RAHASIA KEKEBALAN TUBUH
Bab 1 Sistem
Pertahanan
• Sistem
yang Tak Pernah Tidur
Bab 2 Kastil
yang Terkepung: Tubuh Manusia
• Perisai
Perlindungan Tubuh: Kulit
• Perlindungan
dalam Pernapasan
• Perlindungan
di Dalam Sistem Pencernaan
• Metode
Lain: Menghancurkan Musuh dengan Musuh Lain
• Siapakah
Musuh Mikro Kita?
• Bakteri
• Virus
Bab 3 Senjata
Cerdas: Antibodi
• Struktur
Antibodi
• Pengelompokan
Antibodi
• Upaya
Para Evolusionis untuk Menyembunyikan Bukti Penciptaan-Nya
Bab 4 Organ
Tubuh yang Terlibat dalam Pertahanan
• Pusat
Penyiapan Pasukan: Sumsum Tulang
• Fakultas
di Dalam Tubuh Kita: Timus
• Organ
Serbaguna: Limpa
• Produksi
Sel
• Fagositosis
• Gudang
Sel Darah Merah
• Kontribusi
dalam Peperangan
• Pusat
Produksi Lainnya: Nodus Getah Bening (Limfa)
Bab 5 Sel
yang Bertugas dalam Sistem
• Pasukan
Bantuan Pertama: Makrofag
• Tanda
Bahaya Umum
• Transfer
Informasi
• Sang
Pahlawan: Limfosit
• Pabrik
Senjata di Tubuh Manusia: Sel B
• Jalur
Sel B
• Apakah
Setiap Sel B yang Dihasilkan Dapat Bertahan Hidup?
• Bagaimana
Cara Sel B Mengenali Musuh?
• Apa
Fungsi Sel B?
• Pasukan
Pemberani: Sel T
• Jalur
Sel T
• Diferensiasi
Sel T Menurut Perintah yang Diterimanya
• Jenis-Jenis
Sel T
• Sel
T Penolong
• Sel
T Pembunuh
• Sel
Pembunuh Alamiah: “PA”
• Sel
Darah
• Sel
yang Menyerahkan Antigen (Antigen Presenting Cells): “SMA”
Bab 6 Menuju
Perang Habis-Habisan
• Bagaimana
Seandainya Peperangan dalam Tubuh Diserahkan
pada Pengendalian Manusia
• Toleransi
• Penghalang
yang Terlindung
Bab 7 Musuh
Sistem
• Permainan
Sel Kanker
• Musuh
yang Cerdas: AIDS
• Mengapa
Belum Ditemukan Solusinya?
Bab 8 Sistem Pertahanan Tak Mungkin Terbentuk Secara Evolusi
Kesimpulan
Lampiran Keruntuhan Teori Evolusi
KEPADA PEMBACA
Buku ini berisi fakta-fakta yang
meruntuhkan teori evolusi. Semua ini untuk menangkal kekeliruan pandang akibat
teori ini, yang telah begitu lama menjadi landasan bagi semua filsafat
anti-Tuhan. Darwinisme menolak fakta penciptaan, dan lebih jauh lagi,
penciptaan Allah, dan selama 140 tahun terakhir filsafat ini telah membuat
banyak orang meninggalkan kepercayaannya atau jatuh ke dalam keraguan. Oleh
karena itu, sangat penting kiranya menunjukkan bahwa teori ini merupakan suatu
kekeliruan dan penipuan, dan menyebarkannya kepada semua orang.
Seperti dalam buku-buku lain karangan
penulis, penjelasan yang disampaikan dilengkapi dengan ayat-ayat Al Quran dan
para pembaca diajak untuk mempelajari dan hidup dengan ayat-ayat tersebut.
Semua subjek yang berhubungan dengan ayat-ayat Allah dijelaskan tanpa
meninggalkan ruang apa pun bagi keraguan atau pertanyaan dalam pikiran pembaca.
Penuturan yang tulus, terus-terang
dan lancar akan memungkinkan setiap pembaca dari berbagai usia dan kelompok
sosial memahami buku-buku ini dengan cepat dan mudah. Bahkan mereka yang keras
menentang ketuhanan akan tersentuh dengan fakta-fakta yang diungkapkan dalam
buku-buku ini dan tidak dapat membantah kebenaran isinya.
Buku ini dan semua karya-karya lain
dari penulis dapat dibaca secara perorangan atau dikaji bersama dalam suatu
diskusi. Membaca buku-buku ini dalam kelompok pembaca akan sangat bermanfaat,
karena para pembaca dapat mengutarakan perenungan dan pengalaman mereka kepada
yang lainnya.
Akhirnya, buku-buku yang ditulis
semata untuk mencari keridhaan Allah ini dapat menjadi sarana yang amat efektif
untuk memahami maupun menyampaikan Islam kepada orang lain.
TENTANG PENGARANG
Pengarang, yang menulis dengan nama
pena HARUN YAHYA, lahir di Ankara pada tahun 1956. Setelah menyelesaikan
sekolah dasar dan menengahnya di Ankara, ia kemudian mempelajari seni di
Universitas Mimar Sinan, Istambul dan filsafat di Universitas Istam-bul.
Semenjak 1980-an, pengarang telah menerbitkan banyak buku bertema politik,
keimanan, dan ilmiah. Harun Yahya terkenal sebagai penulis yang menulis
karya-karya penting yang menyingkap kekeliruan para evolusionis,
ketidak-sahihan klaim-klaim mereka dan hubungan gelap antara Darwinisme dengan
ideologi berdarah seperti fasisme dan komunisme.
Nama penanya berasal dari dua nama
Nabi: “Harun” dan “Yahya” untuk memuliakan dua orang nabi yang berjuang melawan
kekufuran. Stempel Nabi pada cover buku-buku penulis bermakna simbolis yang
berhubungan dengan isi bukunya. Stempel ini mewakili Al Quran, kitabullah terakhir,
dan Nabi kita, penutup segala nabi. Di bawah tuntunan Al Quran dan Sunah,
pengarang menegaskan tujuan utamanya untuk menggugurkan setiap ajaran
fundamental dari idelogi ateis dan memberikan “kata akhir”, sehingga membisukan
sepenuhnya keberatan yang diajukan melawan agama.
Semua karya pengarang ini berpusat
pada satu tujuan: menyampaikan pesan-pesan Al Quran kepada masyarakat, dan
dengan demikian mendorong mereka untuk memikirkan isu-isu yang berhubungan
dengan keimanan, seperti keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan hari akhirat, dan
untuk menunjukkan dasar-dasar lemah dan karya-karya sesat dari sistem-sistem
tak bertuhan.
Karya-karya Harun Yahya dibaca di
banyak negara, dari India hingga Amerika, dari Inggris hingga Indonesia.
Buku-bukunya tersedia dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol,
Portugis, Urdu, Arab, Albania, Rusia, Serbia-Kroasia (Bosnia), Polandia,
Melayu, Turki Uygur, dan Indonesia, dan dinikmati oleh pembaca di seluruh
dunia.
PRAKATA
Salah satu faktor terpenting untuk
keberlangsungan keberadaan negara mana pun adalah kemampuannya mempertahankan
diri. Sebagai bangsa, ia harus terus-menerus siap siaga menghadapi se-gala
macam ancaman dan bahaya, baik dari dalam maupun dari luar. Semaju apa pun suatu
negara, kalau ia gagal mempertahankan dirinya, ia bisa hancur bercerai-berai
hanya oleh suatu serangan militer kecil, atau bahkan tindakan teroris yang
tepat arah dan tidak terantisipasi. Dalam menghadapi ancaman demikian, sumber
daya alam, keunggulan tekno-logi, perekonomian, tidak akan berguna. Apabila
negara tersebut tidak dapat mempertahankan dirinya, maka ia mungkin akan
musnah.
Inilah salah satu alasan mengapa
sejumlah besar pendapatan nasio-nal selalu dialokasikan untuk pertahanan;
dewasa ini, kekuatan angkatan bersenjata harus dilengkapi dengan persenjataan
yang paling canggih, peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan perkembangan
tekno-logi terbaru, dan para prajurit harus dilatih dengan saksama. Kesemua-nya
itu merupakan upaya mati-matian untuk menjaga agar sistem perta-hanan berfungsi
sepenuhnya.
Tidak kurang pentingnya dari negara,
manusia juga harus memper-hatikan sistem pertahanan dirinya, kalau ingin
menjalani hidup yang sehat dan damai. Tak terelakkan, mereka harus melindungi
diri dan milik mereka dari tindakan kriminal, seperti pencurian dan pembunuhan,
begi-tu pula dari bencana alam, seperti kecelakaan, kebakaran, gempa bumi, dan
banjir.
Namun persoalan belum berhenti sampai
di sini. Manusia mempu-nyai musuh lain, yang tak kasat mata, dan karenanya,
sering terabaikan. Sebenarnya, musuh ini jauh lebih gigih dari yang lain.
Karena itu, harus dilakukan tindakan serius untuk menghindar darinya.
Siapakah, atau apakah musuh yang
selalu mengancam manusia ini? Mereka adalah bakteri, virus, dan organisme
mikroskopis serupa, yang ada dalam air yang kita minum, makanan yang kita
makan, rumah yang kita tinggali, dan kantor tempat kita bekerja. Pendek kata,
mereka ada di mana-mana.
Yang paling menarik, walau manusia
dikelilingi oleh ancaman serius ini, kita tidak melakukan upaya apa pun untuk
melindungi diri darinya. Ini disebabkan adanya suatu mekanisme dalam tubuh
kita, yang men-jalankan tugas ini atas nama kita, memberikan perlindungan yang
kita butuhkan, tanpa membuat kita terganggu sedikit pun. Inilah “Sistem
Ke-kebalan.” Sistem ini merupakan sistem yang paling penting dan paling
menakjubkan yang beroperasi dalam tubuh kita, karena ia menjalankan salah satu
misi hidup paling vital. Kita mungkin tidak menyadarinya, tetapi semua unsur
sistem kekebalan melindungi tubuh kita layaknya sepasukan besar prajurit
angkatan bersenjata. Sel-sel pertahanan yang melindungi tubuh manusia terhadap
penyerang seperti bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya, dilengkapi dengan
kemampuan luar biasa. Pola kecerdasan, upaya, dan pengorbanan, yang ditunjukkan
sel-sel ini selama perang yang mereka kobarkan di dalam tubuh, mengherankan
semua orang yang mempelajarinya.
Orang umumnya ingin mengetahui apa
yang membuat mereka sakit, bagaimana penyakit mengambil alih sepenuhnya tubuh
mereka, apa yang menyebabkan demam, kelelahan mendalam, rasa nyeri di tulang
dan sendi, serta proses apa yang terjadi dalam tubuh mereka selama sakit.
Tujuan utama buku ini adalah untuk
menjelajahi bagaimana sistem yang melindungi tubuh manusia layaknya pasukan
bersenjata yang ber-disiplin dan teratur ini, terwujud dan bagaimana kerjanya.
Dua poin ini akan menggiring kita
pada kesimpulan penting. Perta-ma, kita bersama-sama akan menyaksikan keunikan
dan kesempurnaan ciptaan Allah. Yang kedua, kita akan mengamati hal
bertentangan pada teori evolusi, sebuah keyakinan khayali yang tidak mempunyai
pembuk-tian apa pun, termasuk di dalam alasannya sendiri. Kita akan melihat
pula landasan tidak logis yang menjadi dasar tegaknya teori evolusi.
Sebelum beranjak ke topik utama, ada
gunanya untuk menyatakan poin penting lain: Dalam buku [lain] mengenai sistem
kekebalan, Anda akan sering membaca pernyataan seperti:
“Kami belum mengetahui bagaimana ini
terbentuk …”
“Penyebabnya masih belum diketahui …”
“Sedang dilakukan penelitian mengenai
topik ini …”
“Menurut sebuah teori …”
Pernyataan seperti di atas sebenarnya
merupakan pengakuan pen-ting. Ini adalah ungkapan ketidakberdayaan yang dialami
orang-orang di awal abad ke-21 bahkan dengan semua teknologi terbaru dan
kumpulan ilmu pengetahuan yang tersedia bagi mereka di hadapan tugas ajaib yang
dijalankan sel-sel kecil ini. Sungguh suatu tugas rumit, pikiran manusia bahkan
tidak dapat menggapai detail sistem yang mapan ini. Jelas ada ke-arifan
tersembunyi dalam sistem kekebalan yang luput dari pemahaman manusia.
Membaca buku ini, Anda akan
menyaksikan betapa hebatnya kearif-an yang tersembunyi dalam sel-sel Anda dan
dalam detail lain berkenaan dengan tubuh Anda. Kesimpulan akhir adalah bahwa
tak lain ini adalah kearifan Sang Maha Pencipta.
Mungkin suatu hari sains berhasil
memecahkan semua rahasia sis-tem kekebalan dan bahkan memproduksi sistem
artifisial serupa dengan meniru kerja sel ini. Tidak ragu lagi, tugas ini akan
membutuhkan tenaga profesional yang sangat cerdas, dengan memanfaatkan
teknologi dan peralatan tercanggih yang tersedia, bekerja dalam laboratorium
yang sangat maju. Hal terpenting di sini adalah bahwa tercapainya prestasi
se-macam itu sekali lagi akan menafikan teori evolusi, membuktikan bahwa sistem
demikian tidak dapat muncul hanya karena kebetulan.
Peluang terjadinya perkembangan
spontan dari mekanisme sema-cam sistem pertahanan agaknya kini terlalu jauh.
Begitu para ilmuwan menyingkap rahasia sistem ini, mereka dibuat takjub oleh
desain yang mereka hadapi. Apa yang mereka singkapkan menggiring kepada ba-nyak
pertanyaan lain, yang membuat kearifan dan kesadaran akan sel ini lebih jelas
terlihat. Oleh karena itu, sudah sangat jelas bahwa sistem keke-balan,
sebagaimana semua sistem lain dalam tubuh, tidak dapat dikem-bangkan secara
bertahap, hanya karena kebetulan, sebagaimana yang disarankan teori evolusi.
Tujuan utama buku ini adalah untuk
memperkenalkan kepada Anda “prajurit pemberani” yang ada dalam diri Anda,
sembari membuktikan kepada Anda bahwa sistem yang mengejutkan akal ini
merupakan tanda-tanda khusus penciptaan. Sehubungan dengan itu, kita akan
melihat ba-gaimana skenario yang dirumuskan teori evolusi dihancurkan dan
di-anggap tidak bermakna tatkala berhadapan dengan kenyataan ini. Topik yang
khususnya akan disoroti di sini bukan detail biologis sistem keke-balan tubuh,
yang gampang dijumpai dalam sembarang buku biologi atau kedokteran, melainkan
sisi ajaib dari sistem kekebalan. Khususnya kita menghindari pemakaian tidak
perlu dari istilah-istilah biologis dan psikologis supaya isi buku ini mudah
dimengerti oleh pembaca dari segala lapisan usia dan profesi.
Terakhir, kami ingin mengingatkan
Anda bahwa bahkan sekarang, Anda betul-betul harus berterima kasih kepada
sistem kekebalan kalau Anda bisa membaca buku ini dengan tenang, tanpa
terinfeksi mikroba di sekitar Anda. Andaikan sistem kekebalan tidak ada dalam
tubuh Anda, niscaya Anda tidak akan pernah membaca buku ini, Anda telah
me-ninggalkan dunia ini bahkan sebelum sempat belajar membaca dan menulis.
PENDAHULUAN
Sebelum menyelidiki detail
menakjubkan dari perang pertahanan yang berlangsung di bagian terdalam tubuh
kita, pertama-tama kita harus memiliki pandangan umum tentang sistem pertahanan
dan elemen penyusunnya.
Secara singkat, sistem kekebalan
dapat didefinisikan sebagai “pra-jurit yang sangat disiplin, teratur dan
pekerja keras yang melindungi tu-buh dari cengkeraman musuh eksternal.” Dalam
peperangan aneka rupa ini, tugas utama dari elemen yang berperang di garis
depan adalah untuk mencegah sel musuh, seperti bakteri atau virus, memasuki
tubuh.
Kendati tidak gampang bagi organisme
musuh untuk memasuki tubuh, mereka menggunakan segala cara untuk mencapai
tujuan akhir-nya, yaitu menjajah tubuh. Kalau mereka berhasil melakukannya,
setelah mengatasi berbagai penghalang seperti kulit serta saluran pernapasan
dan pencernaan, mereka akan mendapati prajurit tangguh telah menanti. Para
prajurit tangguh ini dihasilkan dan dilatih di pusat khusus seperti sumsum
tulang, limpa, timus, dan kelenjar getah bening. Para prajurit ini adalah
“sel-sel pertahanan” yang disebut makrofag dan limfosit.
Pertama, berbagai jenis fagosit, yang
disebut “sel pemakan” akan langsung beraksi. Kemudian makrofag, jenis spesifik
lain dari fagosit, mendapat gilirannya. Makrofag ini menghancurkan semua musuh
de-ngan jalan menelannya. Makrofag juga menjalankan tugas lain seperti mengajak
sel-sel pertahanan lainnya ke arena pertempuran, dan menaik-kan suhu tubuh.
Meningkatnya suhu tubuh atau demam di awal sakit sangat penting, karena orang
yang mengalaminya akan merasa kelelahan dan perlu beristirahat, hal ini
menghemat energi yang diperlukan untuk memerangi musuh.
Apabila unsur-unsur sistem kekebalan
ini terbukti tidak memadai untuk musuh yang memasuki tubuh, maka limfosit, sang
jagoan sistem, ikut bermain. Ada dua jenis limfosit; sel B dan sel T. Keduanya
ini kemudian juga terbagi ke dalam dua kelompok.
Setelah makrofag, yang datang
berikutnya adalah sel T penolong. Ia mungkin dianggap agen administratif
sistem. Setelah sel T penolong me-ngenali musuh, mereka memperingatkan sel-sel
lain supaya mengangkat kapak perang untuk melawannya. Begitu diberi tahu, sel T
pembunuh memainkan perannya menghancurkan musuh yang menyerbu.
Sel B merupakan pabrik senjata dalam
tubuh manusia. Mengikuti rangsang dari sel T penolong, sel B segera mulai
memproduksi semacam senjata yang disebut “antibodi”.
Kalau tanda peringatan sudah
berakhir, sel T penekan menghenti-kan kegiatan semua sel pertahanan, dan karena
itu mencegah pertem-puran berlangsung lebih lama daripada yang diperlukan.
Akan tetapi, misi pasukan pertahanan
ini belum berakhir. Sel-sel prajurit, yang disebut sel pengingat, menyimpan
informasi yang diperlu-kan tentang musuh itu dalam memori mereka selama
bertahun-tahun. Hal ini memungkinkan sistem kekebalan untuk segera menyusun
perta-hanan melawan musuh yang sama jika suatu saat nanti datang lagi.
Masih banyak faktor hebat dalam
perincian sistem kekebalan, yang telah kita jabarkan secara ringkas di atas.
Sebagaimana dijelaskan sebe-lumnya, di dalam buku ini, peristiwa luar biasa
tersebut disampaikan dalam cara yang mudah dipahami.
BAB 1
SISTEM PERTAHANAN
Sekitar 250 tahun lalu, dengan
ditemukannya mikroskop, para ilmu-wan mendapati bahwa kita hidup bersama banyak
makhluk kecil, yang tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Makhluk ini
ada di mana-mana, dari udara yang kita hirup, sampai benda apa pun yang
bersinggungan dengan permukaan tubuh kita. Juga ditemukan bahwa makhluk-makhluk
ini berpenetrasi memasuki tubuh manusia.
Meski keberadaan musuh ini ditemukan
dua setengah abad lalu, se-bagian besar rahasia “sistem pertahanan” yang
bertempur dengan gigih belumlah tersingkapkan. Begitu ada benda asing memasuki
tubuh, seca-ra spontan sistem molekular tubuh ini diaktifkan. Dengan rancangan
strategi hebat, ia menyatakan perang mati-matian melawan musuh. Kalau kita
lihat sekilas cara kerja sistem ini, tampak bahwa setiap tahapan berlangsung
berdasarkan suatu rencana yang sangat cermat.
Sistem
yang Tak Pernah Tidur
Kita sadari atau tidak, jutaan
operasi dan reaksi berlangsung dalam tubuh kita setiap detiknya. Hal ini terus
berlangsung walaupun kita sedang tidur.
Kegiatan yang padat ini terjadi dalam
selang waktu yang menurut pandangan kita sangat singkat. Ada perbedaan mendasar
antara pan-dangan tentang waktu dalam kehidupan kita sehari-hari dengan waktu
biologis tubuh kita. Rentang satu detik yang melambangkan selang wak-tu sangat
pendek dalam keseharian kita, berjalan sangat lama bagi kebanyakan sistem dan
organ yang bekerja dalam tubuh kita. Jika semua kegiatan yang dilaksanakan oleh
semua organ, jaringan, dan sel tubuh dalam satu detik itu dituliskan, hasilnya
tak terbayangkan, di luar batasan pikiran manusia.
Salah satu sistem terpenting, yang
terus-menerus melakukan kegiat-an dan tidak pernah melalaikan tugasnya, adalah
sistem pertahanan. Sistem ini melindungi tubuh siang dan malam dari semua jenis
penye-rang. Ia bekerja dengan penuh ketekunan, layaknya pasukan tempur
berperalatan lengkap, bagi tubuh yang dilayaninya.
Setiap sistem, organ, atau kelompok
sel di dalam tubuh mewakili ke-seluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang
sempurna. Setiap kega-galan dalam sistem menghancurkan tatanan ini. Dan sistem
kekebalan sangat diperlukan.
Mungkinkah kita bertahan hidup kalau
sistem pertahanan tidak ada? Atau, hidup macam apa yang akan kita jalani jika
sistem ini gagal memenuhi sebagian fungsinya?
Tidak sukar memperkirakan jawabannya.
Sejumlah contoh di dunia kedokteran memperjelas betapa pentingnya sistem
kekebalan. Kisah pasien yang dikutip dalam banyak sumber terkait memperlihatkan
beta-pa sulitnya hidup yang harus dijalani pada kasus adanya gangguan dalam
sistem pertahanan.
Begitu lahir, pasien ini langsung
ditempatkan di sebuah tenda plas-tik steril. Tidak ada satu pun yang
diperbolehkan masuk. Pasien itu dila-rang menyentuh manusia lainnya. Ketika dia
tumbuh besar, dia ditem-patkan di tenda plastik yang lebih besar. Untuk keluar
dari tendanya, dia harus memakai seperangkat peralatan yang dirancang khusus
mirip pakaian astronot. Apa yang menghalangi pasien ini menjalani hidup normal
seperti orang lain? Setelah lahir, sistem kekebalan pasien ini tidak berkembang
normal. Tidak ada pasukan bersenjata di tubuhnya untuk melindunginya dari
musuh.
Dokter yang menangani anak itu sadar
dengan apa yang bakal ter-jadi jika dia memasuki lingkungan normal. Dia akan
segera menderita pi-lek, penyakit bersarang di tenggorokannya; walau diberi
antibiotik dan perlakuan medis lainnya, dia akan menderita infeksi ini, infeksi
itu. Tidak lama, perawatan medis akan kehilangan efek, berakibat pada kematian
anak laki-laki itu.
Paling-paling anak laki-laki itu
hanya akan bisa hidup beberapa bulan atau beberapa tahun di luar lingkungan
yang aman tersebut. Maka dunia anak laki-laki itu selamanya dibatasi oleh
dinding tenda plastiknya.
Setelah beberapa waktu, dokter dan
keluarganya menempatkan anak itu di sebuah ruang yang betul-betul bebas hama
yang dipersiapkan khusus di rumahnya. Akan tetapi, semua upaya ini tidak
membuahkan hasil. Di awal umur belasan, anak itu meninggal ketika transplantasi
tulang gagal.1
Keluarganya, para dokter, staf rumah
sakit tempat dia dirawat sebe-lumnya, serta perusahaan farmasi, telah berusaha
semampu mereka un-tuk menjaga anak laki-laki tersebut bertahan hidup. Walaupun
mutlak se-galanya sudah diupayakan, dan tempat tinggal anak laki-laki itu
selalu disuci-hamakan, kematiannya tidak dapat dicegah.
Akhir kisah ini memperlihatkan bahwa
tidak mungkin bagi manusia untuk bertahan hidup tanpa adanya sistem kekebalan
yang melindungi mereka dari mikroba. Hal ini membuktikan bahwa sistem kekebalan
pastilah sudah ada lengkap dan menyeluruh sejak manusia pertama. Oleh karena
itu, tidak masuk akal kalau sistem seperti itu berkembang secara bertahap dalam
selang waktu yang sangat lama sebagaimana dinyatakan oleh teori evolusi.
Manusia tanpa sistem kekebalan, atau dengan sistem kekebalan yang tidak
berfungsi, akan segera meninggal seperti pada contoh kasus di atas.
Picture Text
PASUKAN DI DALAM TUBUH
Di dalam nodus limfa pecah
pertempuran antara penyerang tubuh dan pasukan pertahanan. Ketika bakteri masuk
melalui saluran limfatis (1), makrofag menelan sebagian penyerang itu (2),
menghancurkannya, dan menunjukkan penanda identitas bakteri itu di permukaannya
sendiri. Pesan kimiawi ini diberikan untuk semacam sel darah putih yang dikenal
sebagai sel T penolong (3), yang menanggapi dengan memperbanyak (4) dan
melepaskan pesan kimia yang memanggil lebih banyak pasukan ke bagian itu (5).
Sel T lain memberi isyarat kepada sel B untuk turun ke kancah pertempuran (6).
Sebagian sel B mulai bereproduksi (7), dan sel-sel baru ini menyimpan informasi
untuk membantu tubuh memerangi musuh yang sama di kemudian hari (8). Sel B lain
mengeluarkan ribuan antibodi setiap detik (9), memaksa bakteri menggumpal (10).
Selanjutnya makrofag menyapu habis, menelan gumpalan bakteri sementara molekul
protein tertentu dan antibodi membuat bakteri mudah ditelan makrofag (11).
Terkadang, protein tadi langsung membunuh bakteri dengan merobek dinding selnya
(12). Makrofag pembersih kemudian membersihkan seluruh nodus dari sisa-sisa
pertempuran, menelan antibodi yang berserakan, bakteri mati, dan puing-puing
lain sampai infeksi itu hilang.
Anak laki-laki dalam gelembung.
Terlahir pada 1971 tanpa kekebalan tubuh, dia dilahirkan dalam lingkungan
suci-hama di sebuah rumah sakit. Walau demikian, kematiannya tidak dapat
dicegah.
Bab 2
Kastil yang Terkepung:
Tubuh Manusia
Fakta menunjukkan bahwa kendati kita
berusaha hidup dalam lingkungan yang bersih, kita berbagi tempat ini dengan
banyak mikroorganisme. Kalau Anda berkesempatan mengamati ruang-an tempat Anda
duduk sekarang ini dengan mikroskop, Anda segera akan melihat jutaan organisme
yang hidup bersama Anda.
Pada situasi ini, tubuh manusia
layaknya “kastil yang terkepung”. Tak perlu dikatakan, kastil itu, yang
dikelilingi oleh musuh tak berhingga banyaknya, mestilah dilindungi dengan cara
yang sangat lengkap dan teratur. Manusia diciptakan bersama perlindungan
sempurna yang di-butuhkannya. Karena itu, manusia bukanlah sepenuhnya tak
berdaya melawan musuh-musuh ini. Pasukan penjaga “mikro” dalam tubuh kita tidak
pernah meninggalkan kita, mereka bertempur untuk kita di banyak garis depan.
Sel-sel pengganggu yang ingin
menyerang tubuh pertama-tama ha-rus berusaha mencari jalan melewati garis depan
tubuh. Walaupun ka-dang garis depan ini lemah, musuh tidak gampang masuk
melewatinya. Pertahanan pertama yang harus dihadapi musuh adalah kulit kita.
Perisai
Perlindungan Tubuh: Kulit
Kulit, yang menutupi seluruh tubuh
manusia layaknya selubung, penuh dengan sifat yang menakjubkan. Kulit mampu
memperbaiki dan memperbarui diri, air tidak dapat menembusnya, meskipun banyak
pori-pori kecil di permukaannya, padahal ia berfungsi membuang air lewat proses
perspirasi. Strukturnya yang luar biasa lentur, memungkinkan gerakan bebas,
padahal ia cukup tebal sehingga tidak mudah robek. Kulit mampu melindungi tubuh
dari panas, dingin, dan sinar matahari yang merugikan. Kesemuanya itu hanyalah
sedikit sifat kulit yang khusus diciptakan untuk manusia. Di sini, kita
berhadapan dengan sifat khusus dari kertas pembungkus ajaib ini: kemampuannya
untuk melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit. Jika tubuh
dianggap sebagai kastil yang dikepung musuh, kita bisa menyebut kulit sebagai
dinding kastil yang kuat.
Fungsi perlindungan utama kulit
diwujudkan lewat lapisan sel mati yang merupakan bagian terluar dari kulit.
Setiap sel baru yang dihasilkan oleh pembelahan sel bergerak dari bagian dalam
kulit menuju ke permu-kaan luar. Sembari melakukan ini, unsur cair (sitoplasma)
di dalam sel berubah menjadi protein kuat yang disebut keratin. Selama proses
ini, sel itu mati. Senyawa keratin yang baru terbentuk ini mempunyai struktur
yang sangat keras dan karena itu tidak dapat didekomposisi oleh enzim
pencernaan. Dengan demikian, penyerang seperti bakteri dan jamur tidak akan
bisa mendapatkan sesuatu untuk dicabik dari lapisan luar kulit.
Lebih dari itu, sel mati yang
mengandung keratin itu selalu gugur dari permukaan kulit. Sel-sel baru yang
berasal dari bawah untuk meng-gantikan sel yang sudah usang membentuk
penghalang yang tak dapat tembus di daerah itu.
Organisme yang hidup di kulit
menjalankan fungsi perlindungan lain dari kulit. Sekelompok mikroba tak
berbahaya hidup di kulit, dan telah beradaptasi dengan medium asam kulit.
Karena memperoleh ma-kanan dari bahan-bahan sisa di keratin kulit, mikroba ini
menyerang segala macam benda asing untuk melindungi tempat makannya. Kulit,
sebagai tuan rumah mikroba ini, bagai bidang perlengkapan yang menyediakan
dukungan eksternal bagi pasukan di dalam tubuh manusia.
Perlindungan
dalam Pernapasan
Salah satu jalan yang dilalui musuh
untuk memasuki tubuh kita adalah saluran pernapasan. Ratusan macam mikroba,
yang ada di udara yang kita hirup, berusaha memasuki tubuh lewat jalur ini.
Namun, mere-ka tidak mengetahui adanya halang rintang di dalam hidung yang
dicip-takan untuk melawan mereka.
Sekresi khusus pada lendir hidung
menahan dan menyapu sekitar 80-90% mikroorganisme yang berhasil memasuki sistem
pernapasan secara langsung atau lewat partikel debu atau substansi lain.
Selain itu, bulu halus (cilia) di
permukaan sel-sel saluran pernapasan berdiri tegak, menimbulkan aliran yang
membawa partikel asing ke kerongkongan untuk kemudian tertelan dan dihancurkan
oleh asam dalam lambung. Refleks batuk dan bersin mempermudah fungsi ini.
Mikroba yang berhasil mengatasi
rintangan ini dan sampai di alveoli (paru-paru, bronkus, dan gingiva) akan
ditelan oleh fagosit. Setelah tahap ini, fagosit bergerak bersama mikroba yang
telah mereka telan untuk akhirnya dibuang dari tubuh dengan cara berbeda.
Setiap kali Anda bernapas,
sebagaimana yang Anda lakukan seka-rang, ada perang yang berkobar di gerbang
perbatasan tubuh Anda. Suatu proses yang sama sekali tidak Anda sadari. Penjaga
di gerbang itu bertempur melawan musuh hingga tetes darah penghabisan untuk
melindungi kesehatan Anda.
Perlindungan
di Dalam Sistem Pencernaan
Sarana lain bagi mikroba untuk
memasuki tubuh adalah makanan kita. Akan tetapi, penjaga di tubuh kita, yang
mengetahui metode yang di-pakai mikroba ini, menunggu mereka di daerah tempat
berakhirnya ma-kanan, yaitu lambung. Mereka selalu mempunyai kejutan untuk
mikroba yang datang, yaitu asam lambung. Asam ini merupakan kejutan yang ti-dak
menyenangkan bagi para mikroba yang sudah berhasil lolos dari rintangan dan
sampai di lambung. Mayoritas mikroba, kalau tidak dikata-kan semua, dikalahkan
oleh asam ini.
Sebagian mikroba mungkin berhasil
selamat dari jebakan asam ini karena mereka tidak terlalu berkontak dengan asam
lambung, atau kare-na mempunyai daya tahan. Namun, mikroba ini kembali
menghadapi konflik selanjutnya dengan penjaga lain yang berada di jalur mereka.
Kini, kejutan lain berada di hadapan mereka: enzim pencernaan yang diha-silkan
di usus halus. Kali ini, mereka tidak dapat lolos dengan gampang.
Seperti yang sudah kita lihat, tubuh
manusia memiliki penjaga yang diciptakan khusus, yang melindungi tubuh manusia
dalam setiap tahap serangan mikroba. Lalu ada sejumlah pertanyaan penting yang
muncul dari kajian ini. Siapa yang mengenali bahwa mikroba yang tinggal di luar
akan berusaha memasuki tubuh lewat makanan, rute apa yang dilalui makanan,
bagaimana mikroba akan dihancurkan di tujuan akhir, ke mana mereka akan pergi
kalau mereka berhasil lolos dari rintangan ini? Dan bagaimana kalau mereka
berhadapan dengan musuh yang lebih kuat seperti itu? Apakah yang melakukan itu
semua ada-lah sel tubuh, yang tidak pernah keluar tubuh, dan karenanya tidak
berkesempatan mem-pelajari penyusun kimia mikroba yang ada di luar, dan lebih
dari itu, tidak menerima pelatihan apa pun tentang kimia?
Tentu saja tidak. Hanya Allah, yang
menciptakan dunia eksternal serta ma-kanan di dunia ini, dan tubuh yang
me-merlukan makanan tersebut, serta sis-tem untuk mencerna makanan ini, mampu
menciptakan sistem perta-hanan.
Metode
Lain: Menghancurkan
Musuh
dengan Musuh Lain
Banyak mikroorganisme lain yang
hi-dup dalam tubuh manusia tidak merugikan kita. Organisme apa yang terus hidup
tanpa me-rugikan kita, dan apa tujuan mereka tinggal di tubuh kita? Kelompok
mikroorganisme ini, yang ber-kumpul di bagian-bagian tubuh tertentu, disebut
flora normal tubuh. Mereka tidak merugikan dan bahkan sebagiannya menguntung-kan
bagi tubuh manusia.
Mikroorganisme ini memberikan
dukungan eksternal bagi pasukan pertahanan melawan mikroba. Mereka bermanfaat
bagi tubuh dengan mencegah mikroba asing berdiam di tubuh, karena masuknya
mikroba lain merupakan ancaman bagi tempat tinggal mereka sendiri. Karena
mereka tidak ingin digusur oleh penyerang, mereka dengan gigih me-lawannya.
Kita bisa membayangkan mikroorganisme ini sebagai ”tentara bayaran” yang
bertempur demi tubuh kita. Mereka berusaha melindungi tempat hidup mereka demi
kepentingan mereka sendiri. Dalam mela-kukan itu mereka melengkapi pasukan
bersenjata lengkap di tubuh kita.
Bagaimana cara “tentara bayaran” ini
menetap di tubuh kita? Selama berada di dalam rahim, embrio manusia belum
pernah bertemu dengan musuh. Setelah kelahiran, sang bayi berkontak dengan
lingkungan, dan banyak sekali mikroba memasuki sang bayi lewat asupan makanan
dan melalui saluran pernapasan. Sebagian mikroba langsung mati seketika,
sementara yang lainnya dibinasakan sebelum berkesempatan berdiam di tubuh. Akan
tetapi, sebagian lagi, menetap di berbagai bagian tubuh seperti kulit, lipatan
kulit, mulut, hidung, mata, saluran pernapasan bagian atas, saluran pencernaan,
dan alat kelamin. Mikroba ini membentuk koloni permanen di lokasi tersebut dan
merupakan flora normal tubuh.
Siapakah
Musuh Mikro Kita?
Musuh mikro kita, sebaliknya, adalah
mikroorganisme, yang bukan bagian dari tubuh kita, tetapi kadang memasuki tubuh
kita, dan akhirnya merangsang pasukan pertahanan di dalamnya.
Tidak setiap sel asing yang memasuki
tubuh diperlakukan sebagai musuh. Bahan asing selalu memasuki tubuh kita ketika
kita makan, minum, atau minum obat. Namun tubuh tidak memeranginya. Supaya
sel-sel pertahanan menganggap suatu senyawa asing sebagai musuh, ada kondisi tertentu
yang dipertimbangkan, seperti ukuran molekul, laju eli-minasinya dari tubuh,
dan cara masuknya ke dalam tubuh.
Bakteri
Di antara begitu banyak musuh mikro,
bakteri paling ternama. Bak-teri, yang memasuki tubuh dalam banyak cara,
mengobarkan perang sengit dalam tubuh. Perang ini, yang terkadang berakhir
dengan penyakit yang sangat parah, secara eksplisit menyingkapkan kekuatan dan
kemampuan tersembunyi pada suatu organis-me yang ukurannya hanya beberapa
mikron (satu mikron sama dengan seperseribu milimeter). Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa bakteri memiliki daya tahan luar biasa bahkan terhadap
kondisi yang paling parah dan sulit. Bakteri yang dalam keadaan sebagai spora
tahan terhadap suhu sangat tinggi dan kemarau untuk waktu yang lama. Inilah sebabnya
sukar untuk memusnahkan mikroba tertentu.
Virus
Tubuh manusia mirip intan yang sangat
tinggi nilainya. Intan itu disimpan dalam brankas, mendapatkan perawatan dan
perlindungan paling intensif. Sebagian organisme yang berusaha menyerang tubuh
layaknya pencuri kelas kakap. Salah satu penjahat paling terkenal dan paling
penting adalah virus. Organisme ini, yang keberadaannya baru kita sadari
setelah ditemukannya mikroskop elektron, adalah suatu struk-tur yang terlalu
sederhana dan terlalu kecil untuk bisa dianggap sebagai satu sel. Virus, yang
ukurannya bervariasi antara 0,1 sampai 0,280 mikron, karenanya tidak
digolongkan sebagai makhluk hidup.2
Meskipun tidak masuk kategori makhluk
hidup, tak ayal virus memiliki kemampuan khusus sebagai-ana makhluk hidup
lainnya. Pengamatan saksama terhadap kehidupan virus akan membuat kenyataan ini
lebih je-as. Virus adalah parasit yang selalu bergantung pada makhluk hidup.
Artinya, ia tidak akan bertahan hidup kalau tidak berdiam pada sel tanaman,
binatang, atau manusia, dan mengonsumsi makanan dan energi-nya. Virus tidak
memiliki sistem yang akan memung-kinkan mereka untuk hidup sendiri. Seakan-akan
mengetahui hal ini, mereka dengan lihai menelusup ke dalam sel, dan setelah
menduduki sel itu, dengan kelihaian yang sama mengubah sel tersebut menjadi
“pabrik pem-buatan virus” yang menghasilkan kembarannya.
Rencana yang dikembangkan oleh virus
ini untuk menduduki sel luar biasa canggih dan cerdasnya. Perta-ma-tama, si
virus harus menakar apakah sel itu tepat untuk dirinya atau tidak. Ia harus
sangat berhati-hati dan cermat dalam memutuskan ini, karena sedikit saja
kesalahan dapat menyebabkan kematiannya. Untuk menghindari hal itu, ia
menggunakan reseptor khususnya untuk memas-tikan apakah sel itu memadai atau
tidak. Hal penting berikutnya adalah berhati-hati menempatkan diri di dalam sel
tersebut. Sang virus membi-ngungkan sel dengan taktik yang digunakannya dan
menghindari jangan sampai terdeteksi.
Beginilah peristiwa itu terjadi: Sel
mengangkut DNA baru virus itu ke dalam nukleusnya. Karena mengira ia
memproduksi protein, sel mulai menggandakan DNA baru ini. DNA virus menyamarkan
dirinya sedemi-kian rupa sehingga sel secara tidak sengaja menjadi pabrik
pembuatan musuhnya sendiri dan memproduksi sang virus yang pada akhirnya akan
menghancurkannya. Memang sukar bagi sel untuk mengenali susunan-turunan
sebagaimana pada penyerang.
Virus menempatkan dirinya di dalam
sel sedemikian baiknya sehingga ia hampir menjadi bagian darinya. Setelah
proses penggandaan selesai, sang virus dan virus baru lainnya meninggalkan sel
untuk memulai proses yang sama pada sel lain. Selama proses itu, bergantung
pada jenis virus dan selnya, sang virus bisa membunuh sel tuan rumah,
merusaknya, mengubahnya, atau tidak berakibat apa-apa.
Pertanyaan tentang bagaimana sang
sel, yang beroperasi di bawah mekanisme kontrol yang dipantau dengan sangat
ketat, bisa tertipu se-hingga menjadi pabrik virus masih belum terjawab. Sangat
mengheran-kan bahwa virus, yang mempunyai struktur sangat terspesialisasi,
tetapi tidak dimasukkan sebagai makhluk hidup, bisa bertindak dengan demi-kian
cerdas, berpikir, dan merencanakan strategi yang efektif. Rahasia dari fenomena
ini terletak pada adanya Sang Pencipta, yang menciptakan organisme ini
dilengkapi dengan kemampuan yang ia miliki.
Ciri khas virus secara sempurna
dirancang untuk memungkinkan-nya menggunakan sistem yang berjalan di dalam sel.
Jelaslah bahwa kekuatan yang menciptakan sang virus juga sangat mengetahui prinsip
kerja yang sangat rumit di dalam sel. Kekuatan ini adalah kekuatan Allah, yang
menciptakan virus dan sel yang ia tempati, sebagaimana Dia menciptakan seluruh
jagat raya.
Dengan struktur yang amat kecil,
virus bisa memicu dan terkadang bahkan bisa menyebabkan kematian pada tubuh
manusia, yang jutaan kali lebih besar daripada ukurannya sendiri. Ia diciptakan
khusus oleh Allah untuk mengingatkan manusia akan kelemahannya.
Picture Text
Serbuan bakteri influensa di epitel
rongga hidung (kiri).
Bakteri pada gigi yang baru saja
disikat (kanan).
Monster Miskroskopis
“Tungau debu” (gambar atas) hanyalah
satu dari jutaan organisme yang hidup bersama manusia tetapi tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Larva parasit yang sedang memasuki
kulit manusia (gambar kiri). Organisme ini berusaha mencapai pembuluh darah
lewat kulit, dan berdiam di pembuluh ini untuk memperbanyak diri. Ia
meng-gunakan taktik luar biasa agar lolos dari pasukan pertahanan tubuh,
seperti menyamarkan diri dengan materi yang dirobeknya dari sel tuan rumah.
Pandangan Mendalam atas Kulit
Di atas adalah gambar penampang
melintang kulit. Tetesan keringat yang dikeluarkan dari kulit memainkan
ber-bagai peran bagi tubuh. Selain menu-runkan suhu tubuh, mereka menyedia-kan
zat gizi bagi bakteri dan jamur tertentu yang hidup di permukaan kulit, dan
menghasilkan bahan sisa bersifat asam seperti asam laktat yang mem-bantu
menurunkan tingkat PH (kea-saman) kulit. Media bersifat asam di permukaan kulit
ini menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi bakteri berbahaya yang
mencari tempat tinggal.
Gambar kiri merupakan tampak dekat
dari jalan masuk kelenjar keringat. Di sini, juga, Anda akan mendapati bakteri
seperti di tempat lain di kulit.
Respon pertahanan pertama organisme
melawan penyerangnya yang berbahaya adalah perbaik-an sendiri yang cepat dari
jaringan kulit setelah munculnya luka. Ketika luka mencabik kulit, sel-sel
pertahanan dengan segera bergerak ke daerah luka untuk memerangi sel asing dan
membuang sisa-sisa jaringan yang terganggu. Kemudian, sejumlah sel pertahanan
lainnya meningkatkan produksi fibrin, yaitu protein yang dengan cepat menutupi
kembali luka dengan jaringan berserat. Gambar ini adalah gambar fibrin yang
sudah menyelubungi beberapa sel darah merah.
Gambar ini, yang diperbesar 5.900
kali, memperlihatkan sel-sel di trakhea (biru). Mereka menggunakan kelenjar
mereka (kuning) untuk mensekresikan suatu senyawa yang terjebak di
partikel-partikel udara.
Pada gambar ini, Anda dapat melihat
makrofag yang berlokasi pada jaringan paru-paru. Mereka mengeliminasi partikel
debu di udara yang kita hirup.
Gambar ini, yang diperbesar 865 kali,
memperlihatkan lobang kelenjar asam lambung (masuk) di lapisan mukus.
Terdapat ratusan bakteri di dunia.
Pada gambar di atas Anda bisa melihat hanya sedikit di antaranya.
Gambar bakteri di ujung jarum, sudah
diperbesar.
Suatu virus yang sedang memodifikasi
strukturnya supaya tidak dikenali oleh sistem kekebalan. (Rhinovirus 14)
Virus Ebola (kiri atas),
virus Influenza (kiri bawah),
Virus Pilek (kanan).
Bab 3
senjata cerdas:
antibodi
Antibodi merupakan senjata yang
tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke
tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit
pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh
penyerbu. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama un-tuk mengikatkan diri kepada
sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi
antigen tersebut lalu menghancur-kannya.
Berada dalam aliran darah dan cairan
non-seluler, antibodi mengi-katkan diri kepada bakteri dan virus penyebab
penyakit. Mereka menan-dai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan
diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus
melumpuh-kannya, layaknya tank yang hancur dan tak dapat bergerak atau
melepas-kan tembakan setelah dihantam rudal saat pertempuran. Antibodi
bersesuaian dengan musuhnya (antigen) secara sempurna, seperti anak kunci
dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.
Tubuh manusia mampu memproduksi
masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya.
Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka
tu-buh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk meng-hadapi si musuh.
Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu
mangkus bagi penyakit lainnya.
Membuat antibodi spesifik untuk
masing-masing musuh merupa-kan proses yang luar biasa, dan pantas dicermati.
Proses ini dapat ter-wujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya
dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).
Hal ini seperti membuat masing-masing
kunci untuk jutaan lubang kunci. Perlu diingat, dalam hal ini si pembuat kunci
harus mengerjakan-nya tanpa mengukur kunci atau menggunakan cetakan apa pun.
Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan.
Adalah sulit bagi seseorang untuk
mengingat pola kunci, walau cu-ma satu. Jadi, apakah mungkin seseorang mampu
mengingat desain tiga dimensi dari masing-masing kunci yang sesuai untuk
membuka jutaan lubang kunci? Tentu saja tidak. Akan tetapi, satu sel B yang
sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit informasi
dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombina-si yang tepat.
Tersimpannya jutaan formula dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan
keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah
bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan
manusia.
Jelas, rahasia kesuksesan luar biasa
sel-sel amat kecil ini di luar batas pemahaman manusia. Saat ini, kekuatan
pikiran manusia dikombinasi-kan dengan batas teknologi modern untuk menghadapi
kecerdasan yang diperlihatkan oleh sel-sel tersebut. Sesungguhnya, ilmuwan
evolusionis tidak dapat menutup mata terhadap semua tanda-tanda kecerdasan ini,
yang merupakan bukti nyata keberadaan Sang Pencipta. Dalam bukunya, “Pewarisan
Sifat dan Evolusi”, Prof. Dr. Ali Demirsoy, seorang pembela fanatik evolusi di
Turki mengakui:
Bagaimana dan dalam bentuk apa
sel-sel plasma mendapatkan informasi ini, lalu memproduksi antibodi yang khusus
dirancang berdasarkan informasi itu? Pertanyaan ini belum terjawab sampai saat
ini.3
Sebagaimana pengakuan ilmuwan
evolusionis di atas, cara antibodi dihasilkan merupakan hal yang belum dapat
dipahami sepenuhnya. Teknologi abad ke-20 terbukti belum cukup bahkan untuk
sekadar memahami metode produksi yang sempurna ini. Di masa akan datang, karena
metode yang digunakan oleh sel-sel kecil ini — yang diciptakan untuk melayani
umat manusia — dan cara mereka mewujudkannya be-lumlah tersingkap, semoga
kesempurnaan dan seni dari sel-sel ini akan lebih dimengerti.
Struktur
Antibodi
Sebelumnya telah dikatakan bahwa
antibodi termasuk protein. Jadi, pertama-tama mari kita pelajari struktur
protein tersebut.
Protein tersusun dari asam amino. Dua
puluh jenis asam amino ber-beda disusun dalam urutan yang berbeda untuk
membentuk protein-protein yang berlainan, umpama membuat pelbagai kalung
mengguna-kan manik-manik dengan dua puluh warna berbeda. Perbedaan utama antara
protein-protein tersebut adalah urutan asam aminonya.
Perlu diingat, setiap kesalahan dalam
urutan asam amino menjadi-kan protein tidak berguna, dan bahkan berbahaya.
Karena itu, tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun dalam urutannya.
Jadi, bagaimana penghasil protein
dalam sel dapat mengetahui ba-gaimana urutan asam amino yang menyusun mereka,
dan protein apa yang akan dihasilkan? Instruksi untuk setiap protein dengan
ribuan tipe yang berbeda dilakukan oleh gen yang ditemukan di bank data genetik
pada inti sel. Dengan demikian, gen-gen ini dibutuhkan untuk mempro-duksi
antibodi.
Ada suatu keajaiban penting disini.
Di dalam tubuh manusia hanya ada seratus ribu gen, padahal antibodi yang
dihasilkan 1.920.000. Artinya, sekitar sembilan ratus ribu gen hilang.
Lalu bagaimana mungkin sekelompok
kecil gen mampu mempro-duksi antibodi sebanyak sepuluh kali lipat dari
jumlahnya? Di sinilah keajaiban itu tersingkapkan. Sel menggabungkan seratus
ribu gen yang dikandungnya itu dengan kombinasi berbeda untuk membentuk suatu
antibodi baru. Sel tersebut menerima informasi dari beberapa gen dan
menggabungkannya dengan informasi gen lain dan membuat produksi yang diinginkan
berdasarkan kombinasi informasi tersebut.
Sebanyak 1.920.000 antibodi berbeda
dibentuk dari 5.200 buah kom-binasi.4 Proses ini memperlihatkan suatu kearifan
dan perencanaan yang terlalu hebat untuk dipahami otak manusia, apalagi untuk
merancang-nya.
Tak terhingga jumlah kombinasi yang
dapat diwujudkan dengan menggunakan seratus ribu gen tersebut. Akan tetapi,
sel, dengan kecer-dasan luar biasa, hanya menggunakan 5.200 kombinasi dasar dan
meng-hasilkan 1.920.000 antibodi spesifik. Bagaimana cara suatu sel dapat
bela-jar untuk membuat kombinasi yang tepat sementara peluang untuk mem-bentuk
antibodi yang diinginkan tak berhingga banyaknya? Lalu, dari mana sel itu
mendapatkan ide untuk membuat kombinasi tersebut?
Lagi pula, kombinasi yang dihasilkan
memiliki tujuan tertentu, dan dimaksudkan untuk memproduksi antibodi pelawan
antigen yang ma-suk ke tubuh. Jadi, sel tersebut juga memahami karakter jutaan
antigen yang masuk ke tubuh manusia.
Tidak satu pun ahli di dunia mampu
menghasilkan desain sempurna tiada banding seperti ini. Akan tetapi sel-sel
yang berukuran hanya seperseratus milimeter, mampu melakukannya. Lalu,
bagaimana sel tersebut mempelajari sistem spesial itu?
Nyatanya,
tidak ada sel yang berkesempatan “mempelajari” fungsi biologis dalam artian
sebenarnya. Ini dikarenakan sel tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan hal
itu sejak lahir. Mereka tidak pula berkesempatan mengembangkan keterampilan
yang dibutuhkan selama masa hidupnya. Kalau demikian halnya, adalah suatu
keniscayaan bah-wa sistem yang ada di dalam sel pastilah sudah siap dan lengkap
sejak awal kehidupan. Sel-sel itu juga tidak mempunyai keterampilan untuk
mempelajari kombinasi kunci, tidak pula ia punya waktu untuk mempe-lajarinya,
karena hal itu akan menyebabkan kegagalannya menghentikan antigen yang memasuki
tubuh, dan tubuh akan kalah dalam pertempuran itu.
Ada makna tersendiri di balik
kenyataan bahwa sistem yang men-cengangkan umat manusia bahkan pada titik
pemahaman ini ditempat-kan pada sebuah sel yang tidak memiliki kemampuan untuk
berpikir dan bernalar. Ini merupakan cerminan dari keunikan ciptaan Allah Yang
Maha Mengetahui, pada sel yang sangat kecil. Dalam Al Quran dinyata-kan bahwa
kemahabijaksanaan Allah meliputi segalanya:
“... mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit
dan bumi. Dan Allah tidak merasa lelah memelihara keduanya, dan Allah
Maha-tinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al Baqarah, 2: 255) !
Jika Anda mendesain suatu molekul
antibodi, bagaimana cara Anda melakukannya? Pertama-tama, Anda harus mengadakan
penelitian me-nyeluruh sebelum menentukan bentuk molekul tersebut. Tentu Anda
tidak dapat membentuknya secara acak tanpa tahu pasti tugas si molekul. Karena
antibodi yang ingin Anda produksi akan berkontak dengan anti-gen, Anda juga
harus sangat menguasai struktur dan spesifikasi antigen tersebut.
Terakhir, antibodi yang Anda hasilkan
harus memiliki pola khusus dan unik pada salah satu ujungnya. Hanya dengan
demikian ia dapat mengikatkan diri dengan antigen. Ujung yang lainnya harus
serupa dengan antibodi lainnya. Inilah satu-satunya cara untuk menonaktifkan
antigen perusak. Kesimpulannya, satu ujung bersifat standar, sedangkan ujung
yang lainnya harus berbeda dengan lainnya (ada lebih dari satu juta tipe yang
berbeda).
Bagaimanapun juga, manusia tidak
dapat menciptakan suatu anti-bodi, apa pun teknologi yang ada di hadapan
mereka. Antibodi yang di-hasilkan dari laboratorium tetap diperoleh dari contoh
antibodi yang diambil dari tubuh manusia, atau dari tubuh makhluk hidup
lainnya.
Pengelompokan
Antibodi
Sebelumnya telah kita sebutkan bahwa
antibodi adalah sejenis pro-tein. Protein-protein yang berfungsi untuk
melindungi tubuh lewat proses kekebalan ini dinamakan “imuno globulin”,
disingkat “Ig”.
Protein paling khas pada sistem
pertahanan, molekul imuno globulin mengikatkan diri pada antigen untuk
menginformasikan kepada sel-sel kekebalan lainnya tentang keberadaan antigen
tersebut atau untuk memu-lai reaksi berantai perang penghancuran.
IgG (Imuno globulin G): IgG merupakan
antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia
memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG
ber-edar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan
usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya
begitu terdeteksi. Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur
antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan
asam yang terkandung dalam racun.
Selain itu, IgG mampu menyelip di
antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk ke
dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka
dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan
infeksi.
Jika antibodi tidak diciptakan dengan
karakteristik yang memung-kinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka
janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat
menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan
melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.
IgA (Imuno globulin A): Antibodi ini
terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air
liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi
usus. Kepe-kaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan
bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap seperti itu.
Secara struktur, IgA mirip satu sama
lain. Mereka mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka
menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan
untuk melindungi daerah kritis.
Antibodi ini melindungi janin dari
berbagai penyakit pada saat da-lam kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak
akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang
baru lahir mem-butuhkan pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam
organis-me bayi yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam
ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis
antibodi ini juga akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada
saat bayi telah berumur beberapa minggu.
Pernahkah Anda mempertanyakan siapa
gerangan yang mengirim-kan antibodi yang berusaha melindungi Anda dari mikroba
pada saat Anda masih dalam bentuk embrio dan tidak mengetahui apa-apa?
Mung-kinkah itu ibu, atau ayah? Atau mungkinkah mereka memutuskan bersa-ma dan
mengirimi Anda antibodi secara bersama-sama? Tentu saja perto-longan yang kita
bicarakan ini di luar kendali kedua orang tua. Si ibu malah tidak menyadari
bahwa dia telah dikaruniai rancangan bantuan ini. Sang ayah juga tidak
menyadari apa yang telah terjadi.
Lalu kenapa sel-sel itu berada di
payudara ibu? Kenapa pembuatan antibodi berlangsung dengan cara tersebut?
Kekuatan mana yang mem-beri tahu sel-sel itu bahwa bayi yang baru lahir
membutuhkan antibodi? Bukan suatu kebetulan bahwa sel yang terlibat dalam
pembuatan anti-bodi untuk bayi ditempatkan pada bagian yang akan diisap sang bayi.
Di sini, kembali ada keajaiban
penting. Antibodi merupakan organis-me yang tersusun dari protein. Sedangkan
protein dicerna dalam lam-bung manusia. Karena itu, normalnya, bayi yang
menyusu pada ibunya akan mencerna antibodi ini dalam lambungnya, sehingga tidak
lagi terlindung dari mikroba. Akan tetapi, lambung bayi yang baru lahir
diciptakan sedemikian rupa untuk tidak mencerna dan menghancurkan antibodi ini.
Pada tahap ini, produksi enzim pencerna protein masih sangat sedikit. Maka,
antibodi yang sangat penting untuk hidup itu tidak dicerna dan akan melindungi
bayi yang baru lahir dari musuhnya.
Keajaiban tidak berhenti sampai di
sini. Antibodi yang tidak dapat dihancurkan lambung ini dapat diserap oleh usus
secara utuh. Sel-sel usus pada bayi diciptakan sedemikian rupa untuk melakukan
hal itu.
Tak disangkal lagi, bukanlah
kebetulan bahwa peristiwa menakjub-kan di atas ditata dalam suatu urutan. Tubuh
manusia, suatu contoh pen-ciptaan yang sangat teliti, menjalani tahap-tahap
sempurna dari embrio sampai memiliki sistem kekebalan yang berfungsi penuh.
Pastilah, pem-buat perhitungan yang sangat tepat ini adalah Allah. Dia yang
mencip-takan segala sesuatu berdasarkan perencanaan sangat rumit.
IgM (Imuno globulin M): Antibodi ini
terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat
organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama
yang dihasil-kan tubuh untuk melawan musuh.
Janin dalam rahim mampu memproduksi
IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin
terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui
apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam
darah.
IgD (Imuno globulin D): IgD juga
terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak
mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.
IgE (Imuno globulin E): IgE merupakan
antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung jawab untuk
memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk berperang. Antibodi
ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE
tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi.
Upaya Para Evolusionis untuk
Menyembunyikan Bukti Penciptaan-Nya
Pertama, mari kita tinjau kembali
informasi yang kita peroleh sejauh ini:
- Antibodi
akan mengunci antigen yang memasuki tubuh.
- Dihasilkan
antibodi berbeda untuk masing-masing musuh.
- Sel
mampu menghasilkan ribuan antibodi berbeda untuk ribuan antigen berlainan.
- Produksi
ini dimulai langsung pada saat musuh memasuki tubuh dan teridentifikasi.
- Terdapat
kesesuaian antara antigen dengan antibodi tiga dimensi, yang dihasilkan khusus
untuk antigen itu, persis seperti anak kunci cocok dengan lubangnya.
- Sel,
jika dibutuhkan, dengan sengaja menyusun informasi yang dimi-likinya dan
menghasilkan antibodi-antibodi yang berbeda.
- Sembari
melakukan hal itu, sel memperlihatkan kearifan dan peren-canaan yang jauh melampaui
batas pemahaman akal manusia.
- Antibodi
tertentu, yang terdapat khusus dalam ASI, memenuhi kebu-tuhan antibodi bayi
yang belum mampu untuk memproduksi antibodi ini sendiri.
- Lambung
bayi tidak akan mencerna antibodi, melainkan melewat-kannya agar dapat
melindungi tubuh bayi.
Di sini kita lihat sistem yang
bekerja sempurna. Dalam sel-sel yang memproduksi antibodi, Allah menempatkan
informasi yang berisikan rancangan konstruksi antibodi. Kesemua informasi itu
dapat mengisi penuh ribuan halaman ensiklopedi. Lebih jauh, Allah mengaruniai
sel-sel itu kemampuan untuk membuat kombinasi yang melampaui pemikiran manusia.
Bagaimana orang yang meyakini evolusi
akan menjelaskan kebe-radaan sistem yang sempurna ini? Jawabannya sangat
sederhana: Mereka tidak mampu menjelaskannya.
Yang mereka lakukan hanyalah
mengedepankan asumsi tidak logis yang saling bertentangan. Banyak skenario
rekaan tanpa sedikit pun kebenaran ilmiah yang dimaksudkan semata-mata untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan “Bagaimana kita dapat menjelaskan sistem
ini dari sudut pandang evolusi?”
Skenario yang paling populer
bersikukuh bahwa sistem kekebalan tubuh berkembang dari satu antibodi. Berikut
ini ringkasan skenario yang tidak mempunyai landasan ilmiah tersebut:
Pada awalnya sistem pertahanan tubuh
terdiri dari satu gen yang mempro-duksi satu tipe imunoglobulin (semacam
protein). Akan tetapi gen ini “de-ngan cepat memperbanyak dirinya sendiri(!)”
dan mengembangkan kembarannya ini sehingga membentuk molekul imunoglobulin yang
berbeda. Kemudian dikembangkan mekanisme kontrol yang akan mengawasi
pembentukan gen-gen berbeda yang memiliki kemampuan untuk kombinasi ulang.
Contoh ini penting untuk
memperlihatkan betapa goyahnya pijakan tempat teori evolusi. Dari contoh ini
juga dapat dipahami metode palsu dan bersifat mencuci otak yang sering dipilih
para evolusionis. Mari kita lihat kebohongan ini kalimat demi kalimat:
Kalimat 1: “Pada awalnya sistem
pertahanan tubuh terdiri dari satu gen yang memproduksi satu tipe imunoglobulin
(semacam protein).” Pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah: “Siapa yang
menciptakan gen awal ini?”
Evolusionis mencoba memperlihatkan
tahap ini sebagai sesuatu yang tak berarti dan mengelakkannya. Tetapi,
bagaimana gen awal ini bermula harus dijelaskan. Secara ilmiah mustahil suatu
gen membentuk dirinya sendiri. Mustahilnya pembentukan tak sengaja dari urutan
gen adalah kenyataan yang sering diakui oleh ilmuwan evolusionis. Dalam hal ini
kita dapat mencontohkan Prof. Ali Demirsoy, seorang evolusionis dari Turki:
Yaitu, jika kehidupan membutuhkan
urutan tertentu, maka dapat dikatakan peluang terjadinya hanya satu kali di
seluruh jagat raya. Kalau tidak, ada campur tangan kekuatan metafisik tak terdefinisikan
dalam pemben-tukannya5.
Namun para evolusionis menyembunyikan
hal ini dan melontarkan pemikiran bodoh seperti “apa pun argumennya, pasti ada
satu gen pada awalnya.” Jelas sekali, skenario ini runtuh pada langkah pertama.
Kalimat 2: “Akan tetapi gen ini
‘dengan cepat memperbanyak dirinya sendiri(!)’ dan mengembangkan kembarannya
ini sehingga membentuk molekul imunoglobulin yang berbeda.”
Kendati mustahil, anggaplah memang
ada satu gen pada awalnya. Meskipun sama sekali tidak mungkin gen pertama tersebut
membentuk dirinya sendiri, para evolusionis mengeluarkan pernyataan yang tidak
memiliki landasan ilmiah seperti “ia memperbanyak dirinya sendiri.” Per-nyataan
itu, yang tidak memiliki nilai ilmiah merupakan contoh bagus kedok para
evolusionis. Hipotesa yang menyatakan bahwa suatu gen terbentuk dan membuat
salinan berbeda dari dirinya tidak bersesu-aian dengan aturan logis serta
fakta-fakta ilmiah.
Di samping itu, antibodi yang
dihasilkan gen khayalan yang katanya membentuk dirinya sendiri beserta salinannya,
harus memiliki kemam-puan dan struktur yang dapat menghentikan antigen yang
datang dari dunia luar. Hal ini berarti Pencipta yang sama, yaitu Allah,
menciptakan antigen serta gen, yang bertanggung jawab untuk memproduksi
antibodi untuk melawan antigen.
Kalimat 3: “Kemudian dikembangkan
mekanisme kontrol yang akan mengawasi pembentukan gen-gen berbeda yang memiliki
kemam-puan untuk kombinasi ulang.”
Tidak mampu menjelaskan prinsip kerja
mekanisme kontrol dan kombinasinya, para evolusionis menghindari topik ini
dengan mengata-kan bahwa “sistem ini ada dengan sendirinya” agar sesuai dengan
maksud mereka. Mereka tidak berusaha menjelaskan bagaimana sistem yang luar
biasa ini dibangun oleh dirinya sendiri secara kebetulan. Pada saat mereka
mencoba memberi penjelasan tentang hal ini, yang dapat mereka kemukakan
hanyalah skenario mengada-ada dan menggelikan. Dengan demikian mereka telah
menyingkapkan kelemahan serta tidak masuk akalnya pernyataan yang mereka buat.
Demikian hebatnya kearifan yang
ditunjukkan mekanisme kontrol ini sehingga sekitar dua juta produk dengan
struktur berbeda terbentuk dari ribuan kombinasi unit informasi. Sebagaimana
yang dijelaskan di atas, sel dan sistem apa pun di dalam sel sama-sama tidak
mempunyai kemampuan untuk “belajar” dan “mengembangkan”. Lagi pula, sel membuat
kombinasi informasi ini dengan memilih hanya satu pilihan te-pat di antara
begitu banyak kemungkinan. Oleh karena itu, hal ini mem-butuhkan mekanisme
pemilihan yang jauh lebih sadar dan masuk akal.
Mereka yang mengeluarkan pernyataan
di atas mungkin akan me-ngembangkan teori berikut untuk produk apa pun yang
dihasilkan dari teknologi atau pemikiran manusia:
“Lempeng batu tulis terbentuk dengan
sendirinya dan belakangan berkembang menjadi komputer.” Atau,
“Layang-layang terbuat dengan
sendirinya kemudian berkembang menjadi pesawat jet.”
Kalimat di atas terdengar konyol bagi
siapa pun. Akan tetapi, kalimat ini malah masih lebih logis daripada mengatakan
bahwa elemen dari sis-tem pertahanan, yang prinsip kerjanya belum tersingkapkan,
ada secara kebetulan.
Terlebih lagi, antibodi saja tidak
cukup untuk melindungi tubuh ma-nusia. Agar sistem kekebalan berfungsi, dan
agar tubuh manusia dapat bertahan hidup, diperlukan kerja sama antara makrofag,
sel T penolong, sel T pembunuh, sel-sel T penekan, sel pengingat, sel B, dan
banyak faktor lain.
Picture Text
Satu sel B menggandakan antibodi
spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar membran selnya. Antibodi
memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu
berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi
tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang
bersambungan dalam bentuk Y. Bagian tetap dari rantai itu sama di pelbagai
jenis antibodi. Tetapi bagian bergerak ujung lengan masing-masing mempunyai
rongga berbentuk unik yang tepat sesuai dengan bentuk bagian protein yang
“dipilih” antibodi.
Setelah digandakan sampai jutaan,
sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang
bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B
lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang
dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi
mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk
inilah yang membuat antibodi “menempel” di bagian luar makrofag.
Bab 4
Organ Tubuh yang Terlibat
dalam Pertahanan
Pusat
Penyiapan Pasukan: Sumsum Tulang
Ketika bom atom dijatuhkan di
Hiroshima dan Nagasaki, banyak orang terkena radiasi dan meninggal sepuluh atau
lima belas hari kemudian disebabkan oleh pendarahan di dalam atau infeksi.
Percobaan pada hewan yang dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada
korban tersebut menunjukkan bahwa radiasi terhadap sekujur tubuh membunuh sel
generatif dalam organ pembentuk darah dan limfoid. Tanpa sel yang bertanggung
jawab untuk penggumpalan dan berperang melawan musuh, maka tubuh akan mati.6
Pabrik pembuat sel penting tersebut
adalah sumsum tulang. Hebat-nya, dari pabrik ini dihasilkan berbagai jenis sel
yang berbeda. Sejumlah sel yang dihasilkan di sini berperan dalam produksi
fagosit, sebagian lainnya berperan dalam penggumpalan darah, dan sebagian
lainnya lagi dalam penguraian senyawa. Di samping dari segi struktur-nya,
sel-sel ini juga berbeda dalam fungsinya.
Sangatlah menakjubkan bahwa sistem
produksi yang sangat khusus ini bekerja membuat sel-sel berbeda tetapi
ditujukan untuk tujuan sama. Agaknya di sini ada penghalang yang tak dapat
ditembus bagi teori evolusi yang mengatakan bahwa organisme multisel berasal
dari evolusi organisme satu sel.
Jadi, bagaimana mungkin sel yang
terbentuk secara kebetulan dapat membangun suatu sistem yang mampu memproduksi
sel-sel baru de-ngan struktur yang persis sama dengan mereka? Ini ba-gai ribuan
batu bata yang terhambur ke udara karena suatu ledakan di pabriknya, dan pada
saat berjatuhan secara kebetulan saling bertumpang tindih menyusun suatu
bangunan baru. Belum cukup, pada bangunan baru ini harus pula ada pabrik lain
untuk membuat batu bata baru.
Harus diingat bahwa penciptaan tubuh
manusia jutaan kali lebih hebat daripada bangunan tadi. Sel, yang merupakan
blok pembangun tubuh, memiliki rancangan yang terlalu sempurna untuk
dibandingkan dengan produk buatan manusia. Analogi antara sel dan batu bata ini
hanya untuk memperjelas betapa dusta-nya hipotesis evolusionis.
Fakultas
di Dalam Tubuh Kita: Timus
Menurut pengamatan biologis, timus
tampak seperti organ biasa tanpa suatu fungsi khusus. Namun demikian, jika
dikaji secara rinci, pekerjaannya sangatlah menakjubkan. Di dalam timuslah
limfosit men-dapat semacam pelatihan. Tidak, Anda tidak salah baca. Sel-sel
limfosit ini mendapat pelatihan di timus.
Pelatihan adalah transfer informasi,
yang dapat dilaksanakan ter-hadap makhluk hidup yang memiliki tingkat
kecerdasan tertentu. Jadi ada suatu poin penting yang perlu disebutkan di sini.
Yang memberikan pelatihan adalah segumpal daging, yaitu timus, dan yang
menerimanya adalah suatu sel yang amat kecil. Menurut analisis terakhir,
keduanya adalah makhluk hidup yang tidak memiliki kesadaran akan hal ini.
Di akhir pelatihan, limfosit
dilengkapi dengan kumpulan informasi yang sangat penting. Mereka mempelajari cara
mengenali karakteristik khusus sel tubuh. Dapat dikatakan bahwa limfosit
diajarkan mengenai identitas sel-sel di dalam tubuh. Terakhir, sel-sel limfosit
meninggalkan timus dengan bermuatan informasi. Dengan demikian, ketika limfosit
bekerja dalam tubuh, mereka tidak menyerang sel-sel yang identitasnya pernah
diajarkan, melainkan hanya menyerang dan membinasakan sel-sel lainnya yang
bersifat asing.
Selama bertahun-tahun timus dianggap
sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna dan oleh para
ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi. Namun demikian, pada
tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan sumber
dari sistem pertahanan kita. Setelah hal ini dipahami, para evolusionis itu
beralih mengemukakan teori yang sangat berlawanan mengenai organ yang sama.
Mereka mengklaim bahwa timus tidak eksis sebelumnya, dan berasal dari evolusi
yang bertahap. Mereka masih tetap mengatakan bahwa timus terbentuk melalui
periode evolusi yang lebih panjang dibanding banyak organ lainnya. Akan tetapi,
tanpa timus, atau tanpa timus yang telah tumbuh dan berkembang sempurna,
sel-sel T tidak akan pernah belajar mengenali musuh, dan sistem pertahanan
tidak akan ber-fungsi. Seseorang tanpa sistem pertahanan tidak akan hidup.
Bahkan bahwa Anda sekarang sedang membaca kalimat ini adalah suatu bukti bahwa
timus tidak diciptakan melalui proses evolusi yang panjang, melain-kan bahwa
timus telah selalu eksis dengan sempurna dan utuh, sejak manusia pertama.
Organ Serbaguna: Limpa
Unsur menakjubkan lain-nya dari
sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah
dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan
ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang
dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini
menying-kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah
yang membuatnya sangat menakjubkan.
Tugas limpa, seperti berkontribusi
pada produksi sel, fagositosis, perlindungan sel darah merah, dan pembangunan
kekebalan, sangat pen-ting sekaligus sulit. Tentu saja, limpa juga hanya
segumpal daging, sama seperti organ-organ lainnya. Namun ia menunjukkan kinerja
dan tingkat kecerdasan tak terduga dari sekadar segumpal daging. Ia
mengorgani-sasikan segalanya, tidak membiarkan terjadinya masalah, dan juga
beker-ja tanpa istirahat. Sesungguhnya limpa bekerja untuk manusia dengan
sangat giat sejak manusia lahir, dan akan terus-menerus seperti itu selama
masih dikehendaki demikian oleh Allah.
Produksi Sel
Sumsum tulang janin di rahim ibunya
tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya memproduksi sel-sel darah. Sumsum
tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir. Akankah bayi ini
terkena anemia saat di dalam kandungan ?
Tidak. Pada tahap ini, limpa akan
bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh mem-butuhkan sel darah
merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai memproduksi sel-sel ini
selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas uta-manya.
Namun demikian limpa adalah segumpal
da-ging yang tidak memiliki kesadaran. Ia tidak memi-liki kemampuan untuk
mengemban tanggung jawab seperti itu. Di samping itu, seandainya ia memang
begitu, bagaimana cara ia dilengkapi dengan infor-masi dan komponen yang
dibutuhkan untuk mem-produksi sel-sel dan protein yang sangat kompleks ini?
Allah yang menciptakan tubuh manusia, menciptakan limpa, dan melengkapinya
dengan sistem produksi dan stimulus sedemikian rupa, sehingga jika diperlukan,
memungkinkan dia bertanggung jawab pada tugas-tugas lain selain tugas utamanya.
Fagositosis
Limpa mengandung sejumlah besar
makrofag (sel pembersih). Makrofag menelan dan mencernakan sel darah merah dan
sel darah lainnya yang rusak dan tua, serta bahan-bahan lain yang dibawa darah
ke limpa.
Ada satu sistem daur ulang kimiawi
yang sangat penting di sini. Sel makrofag di dalam limpa mengubah protein
hemoglobin, yang ditemu-kan dalam komposisi sel darah merah yang ditelannya,
menjadi bilirubin, yaitu pigmen empedu. Kemudian bilirubin ini dikeluarkan ke
sirkulasi vena dan dikirim ke hati. Dalam bentuk ini ia dapat saja dikeluarkan
dari tubuh bersama-sama empedu. Akan tetapi, molekul besi dalam bilirubin yang
akan dibuang ini merupakan bahan langka yang sangat berharga untuk tubuh. Oleh
karena itu zat besi ini diserap kembali di bagian tertentu usus halus. Dari
sana, zat besi ini mula-mula menuju ke hati lalu ke sumsum tulang. Di sini,
tujuannya adalah untuk membuang bilirubin yang merupakan bahan berbahaya,
sekaligus untuk memperoleh kembali zat besi.
Keseimbangan bilirubin penting untuk
tubuh kita. Kesalahan sekecil apa pun pada sistem ini akan mengakibatkan hal
serius. Salah satu contoh terbaik adalah jika bilirubin melebihi tingkat
tertentu maka timbul sakit kuning. Namun demikian, sel-sel dalam tubuh,
seakan-akan menyadari bahaya ini, membuang bahan-bahan berbahaya dari tubuh
kita dengan ketepatan tinggi sembari memilah bahan-bahan yang bermanfaat dan
kembali menggunakannya.
Gudang Sel Darah Merah
Keterampilan limpa tidak hanya itu.
Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah merah dan trombosit).
Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang terpisah dalam
limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ kecil
yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang
supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang
mengembang disebabkan oleh suatu penyakit juga memungkinkan memiliki ruang
penyimpanan yang lebih besar.
Kontribusi dalam Peperangan
Saat terjadi infeksi yang disebabkan
oleh mikroba atau ada penyakit lainnya, maka tubuh menyiapkan serangan bela
diri dari musuh, men-dorong sel-sel prajurit untuk menggandakan diri. Pada
saat-saat seperti ini limpa menambah produksi limfosit dan makrofag. Jadi,
limpa juga berpartisipasi dalam “operasi darurat” yang dilancarkan saat
penyakit akan membahayakan tubuh.
Pusat
Produksi Lainnya:
Nodus
Getah Bening (Limfa)
Dalam tubuh manusia ada semacam
angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian yang tersebar di seluruh
tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi
penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini
adalah sistem limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi
dalam sistem ini ada-lah limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu
keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat manusia. Sistem ini terdiri
atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa yang
terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang
diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik,
serta cairan getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang
bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai
berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh
dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler.
Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-kan
kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini
diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada
jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus
limfa melalui cairan getah bening.
Jika setelah pengamatan atas
sifat-sifat musuh ini terdeteksi adanya bahaya, maka dikeluarkan tanda bahaya.
Pada tahap ini, di nodus limfa dimulailah produksi limfosit dan sel prajurit
lainnya dengan sangat cepat.
Setelah tahap produksi, prajurit baru
diangkut ke garis depan medan perang. Prajurit baru ini berjalan dari nodus
limfa ke pembuluh limfatik melalui cairan getah bening. Mereka berdifusi ke
dalam aliran darah dari pembuluh limfatik, dan akhirnya sampai di medan perang.
Inilah sebabnya nodus getah limfa pada daerah yang terinfeksi membengkak
ter-lebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa produksi limfosit pada daerah
tersebut meningkat.
Sekarang, coba kita ringkas sistem
ini:
- Suatu
transportasi khusus yang meliputi seluruh tubuh.
- Stasiun
nodus limfa yang tersebar di daerah berbeda
di
seluruh tubuh.
- Operasi
intel yang ditujukan terhadap sel-sel musuh.
- Produksi
prajurit sesuai dengan hasil laporan intel.
Sistem ini akan ambruk jika
kehilangan salah satu saja dari elemennya. Dan mustahil baginya untuk berasal
mula dari pengembangan bertahap sepanjang waktu. Misalnya, suatu sistem dengan
limfosit dan nodus limfa tetapi tanpa pembuluh darah limfatik akan menjadi tak
berguna. Sistem ini akan bekerja baik hanya jika semua elemennya tercipta
secara simultan.
Picture Text
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan. Yang Membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al Hasyr, 59: 24)
Kamukah yang menciptakan-nya, atau
Kamikah yang menciptakan-nya?
(QS. Al Waa-qi'ah, 56: 59)
Bab 5
Sel yang Bertugas
Dalam Sistem
Jika musuh dapat mengatasi semua
rintangan dan berhasil memasuki tubuh kita, tidaklah berarti bahwa pasukan
pengaman telah ter-kalahkan. Sebaliknya, perang yang sebenarnya baru saja
dimulai, dan pasukan utama akan memainkan perannya pada tahap ini. Pasukan
pertama yang menghadapi musuh adalah sel pemakan, yaitu fagosit, yang
terus-menerus berkeliling di tubuh kita dan mengawasi apa yang sedang terjadi.
Mereka adalah “sel pembersih khusus”,
yang memakan mikroba tak diinginkan yang masuk ke bagian dalam permukaan tubuh.
Mereka juga memperingatkan sistem pertahanan jika diperlukan. Sel tertentu
dalam sistem pertahanan menangkap, memecah, memakan, serta mengelimi-nasi
partikel kecil dan benda asing cair yang masuk ke dalam tubuh. Tahap ini
disebut “fagositosis” (penelanan sel).
Fagositosis adalah salah satu elemen
paling penting dalam sistem kekebalan. Proses ini memberi perlindungan segera
dan efektif terhadap infeksi. Fagosit, yang dianggap “angkatan kepolisian
tubuh”, dapat diamati dari dua sisi:
1. Pasukan
bergerak (mobile): Mereka berpatroli di dalam darah, jika perlu berjalan maju
mundur di antara jaringan-jaringan. Unit-unit sel ini, yang bersirkulasi di
dalam darah, juga berfungsi sebagai pasukan pencari.
2. Pasukan
tak bergerak: Mereka adalah makrofag yang tak bergerak. Pasukan ini ditempatkan
pada celah di berbagai jaringan. Mereka menelan mikroorganisme di tempat mereka
berada, tanpa berpindah.
Jika antigen musuh (mikroorganisme
asing) jumlahnya sedikit dan dapat dimakan oleh sel pemakan yang ada, maka antigen
ini akan di-musnahkan tanpa membunyikan tanda bahaya. Tetapi jika jumlah
mik-roba penyerang terlalu banyak, sel pemakan mungkin gagal mengen-dalikan
mereka. Saat tak mampu memakan semuanya, sel pemakan akan mengembang. Ketika
menggelembung karena adanya antigen, sel pecah, mengeluarkan cairan (pus). Ini
tak berarti sel kalah perang. Sampai se-jauh ini, sel-sel pemakan baru bertemu
mikroba, dan mikroba masih menghadapi banyak penghalang lebih kuat yang harus
dilewati. Terbentuknya pus mengaktifkan limfosit, yang telah dilepaskan sum-sum
tulang, juga mengaktifkan nodus limfa, dan yang penting, meng-aktifkan timus.
Pada pertahanan gelombang kedua, sel pertahanan yang baru tiba menyerang segala
sesuatu di sekitar mereka, termasuk ser-pihan-serpihan sel, antigen yang masih
ada, bahkan sel darah putih yang sudah tua. Sel-sel pertahanan inilah yang
merupakan sel pemakan yang sebenarnya, yang disebut makrofag, salah satu jenis
fagosit.
Pasukan
Bantuan Pertama: Makrofag
Ketika peperangan menjadi lebih
sengit, makrofag beraksi. Makro-fag beroperasi dengan cara spesifik. Mereka
tidak bertempur satu lawan satu seperti antibodi. Tidak seperti antibodi,
makrofag tidak beroperasi layaknya bom yang ditujukan pada satu sasaran. Bagai
senapan yang menembak serangkaian target, atau bom yang dapat ditujukan pada
banyak target secara bersamaan, makrofag dapat memusnahkan sejum-lah besar
musuh sekaligus.
Seperti sel pertahanan lainnya,
makrofag juga berasal dari sumsum tulang. Makrofag memiliki waktu hidup yang
sangat panjang, mereka dapat hidup berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Meskipun ukuran-nya kecil (10-15 mikrometer), mereka sangat penting dalam hidup
manusia. Mereka memiliki kemampuan untuk menyerap dan memakan molekul besar
dalam sel dengan cara fagositosis.
Karakteristik fagositosisnya
menjadikan mereka pasukan “penyapu” dalam sistem pertahanan. Mereka memusnahkan
semua bahan yang harus dibersihkan, seperti mikroorganisme, kompleks
antigen-antibodi, dan bahan-bahan lain dengan struktur serupa antigen. Di akhir
proses, bahan yang dikelompokkan sebagai antigen akan dicerna, sehingga tidak
lagi menjadi ancaman bagi tubuh.
Tanda
Bahaya Umum
Jika pecah perang di suatu negara,
akan diumumkan mobilisasi umum. Sebagian besar sumber daya alam dan anggaran
akan dibelan-jakan untuk kebutuhan militer. Ekonomi akan diatur ulang untuk
meme-nuhi kebutuhan situasi yang luar biasa ini dan negara berperang
mati-matian. Begitu pula sistem kekebalan tubuh, juga akan mengumumkan
mobilisasi massa, merekrut semua elemennya untuk memerangi musuh. Apakah Anda
ingin tahu bagaimana hal ini terjadi?
Jika musuh lebih banyak dari jumlah
yang dapat ditangani makrofag yang sedang berperang, maka disekresikan suatu
zat khusus. Nama zat ini adalah “pirogen” dan ini semacam bunyi tanda bahaya.
Setelah berjalan sangat jauh,
“pirogen” mencapai otak, lalu merang-sang pusat peningkatan panas pada otak.
Begitu diberi tanda, otak akan membunyikan tanda bahaya di dalam tubuh dan
orang yang bersang-kutan akan mengalami demam tinggi. Pasien yang menderita demam
tinggi biasanya merasa perlu beristirahat. Dengan demikian energi yang
dibutuhkan untuk pasukan pertahanan tidak dikeluarkan untuk hal lain. Pirogen
yang dihasilkan oleh makrofag telah didesain sempurna untuk memicu mekanisme
peningkatan panas pada otak. Oleh karena itu, makrofag, pirogen, pusat
peningkatan demam pada otak, serta otak sendiri, pastilah diciptakan bersamaan.
Seperti telah dibuktikan, ada rencana
sempurna yang tengah ber-jalan. Segala hal yang dibutuhkan demi kesuksesan
rencana ini di-ciptakan tanpa ada kesalahan: makrofag, senyawa pirogen dan
zat-zat lain yang sejenis, pusat peningkatan panas pada otak, dan mekanisme
peningkatan demam dalam tubuh….
Jika tidak ada satu saja dari mereka,
sistem tidak akan bekerja. Jadi, dengan alasan apa pun, tidak dapat dikatakan
bahwa sistem seperti ini dihasilkan dari proses yang bertahap melalui suatu
evolusi.
Lalu, siapa yang telah membuat
rencana ini?
Siapa yang mengetahui bahwa suhu
tubuh harus naik, dan bahwa hanya dengan cara itu energi yang dibutuhkan oleh
pasukan pertahanan tidak akan digunakan di tempat lain?
Apakah makrofag?
Makrofag hanyalah sel kecil yang tak
terlihat oleh mata telanjang. Mereka tidak memiliki kapasitas untuk berpikir.
Mereka adalah makhluk hidup yang hanya menuruti perintah yang lebih tinggi;
mereka hanya melaksanakan tugas.
Apakah otak?
Tentu saja bukan. Otak juga tidak
memiliki kekuatan untuk men-ciptakan atau menghasilkan sesuatu. Seperti juga
pada sistem-sistem lainnya, otak juga tidak dalam posisi untuk memberi
perintah, melain-kan untuk mengikuti dan menuruti perintah.
Apakah manusia?
Tentu bukan. Sistem ini melindungi
manusia dari kematian tertentu, meskipun dia sendiri bahkan tidak menyadari
bahwa sistem sempurna seperti ini bekerja dalam tubuhnya. Bahkan kalau saja
seorang manusia ditugaskan untuk mengembangkan sepasukan tentara dalam tubuhnya
untuk menyerang musuh dan menyebabkan suhu tubuhnya meningkat, dan melengkapi
pasukan ini untuk bekerja sepanjang waktu dalam tu-buhnya, pasti dia tidak
dapat melakukannya.
Saat ini, walaupun dengan bantuan
teknologi yang paling canggih, manusia belum dapat memahami secara rinci
mekanisme kerja di dalam sistem kekebalan, apalagi untuk menirunya.
Merupakan suatu kenyataan yang tidak
dapat disangkal bahwa manusia diciptakan dengan segala kelebihannya. Sama
seperti seluruh makhluk yang lain, diinginkan atau pun tidak, manusia akan
berserah diri kepada Sang Pencipta dan sistem yang telah diciptakan-Nya.
“... Mahasuci Allah, bahkan apa yang
ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.”
(QS. Al Baqarah, 2: 116) !
Transfer
Informasi
Fungsi menakjubkan lainnya dari
makrofag adalah dalam hal menyuplai limfosit yaitu sel B dan sel T dengan
informasi mengenai musuh. Sel B dan sel T inilah pahlawan sejati di dalam
sistem pertahanan. Setelah fagositosis antigen, sel yang membawa antigen
berjalan ke nodus limfa (jaringan limfatik) melalui saluran limfatik.
Inilah rincian yang sangat penting.
Hanya jika sebuah sel memiliki kesadaran dan nalar maka ia akan mampu mensuplai
dan meneruskan informasi kepada musuh di pusat-pusat yang relevan. Supaya
sel-sel makrofag mengetahui bahwa informasi ini akan diproses limfosit,
makrofag harus benar-benar diberi informasi mengenai strategi umum sistem
pertahanan. Maka sangatlah jelas bahwa makrofag, seperti halnya semua sel-sel
lainnya, merupakan elemen yang menuruti suatu sistem yang terintegrasi total.
Sang
Pahlawan: Limfosit
Limfosit merupakan sel utama dalam
sistem kekebalan. Peperangan yang sengit di dalam tubuh hanya dapat dimenangkan
berkat usaha gigih limfosit. Cerita kehidupan sel ini penuh dengan
tahapan-tahapan yang sangat mengagumkan dan menarik, yang masing-masing,
walaupun berdiri sendiri, sudah cukup untuk menunjukkan keusangan teori
evolusi.
Para tentara pemberani ini terdapat
di dalam sumsum tulang, pusat limfotik, kelenjar ludah, limpa, tonsil, dan
persendian. Limfosit ini biasa-nya banyak terdapat dan dihasilkan di sumsum
tulang.
Pembentukan limfosit di sumsum tulang
merupakan salah satu ke-jadian yang paling misterius dalam biologi. Di sini,
sel-sel batang dengan sangat cepat melewati sejumlah tahapan-tahapan biologis
dan mengambil struktur yang benar-benar baru dengan mengubah diri menjadi
limfosit (sel batang adalah sel yang tidak terspesialisasi tetapi ke-mudian
menjadi sel khusus, misalnya sel darah). Meskipun ada per-kembangan besar di
dalam rekayasa genetika, kalaulah transformasi dari spesies mikroba yang paling
sederhana menjadi spesies lain yang mirip dianggap tidak mungkin, misteri
kejadian yang berlangsung pada sumsum tulang ini malah lebih besar lagi.
Misteri yang tidak dapat dipecahkan oleh sains mutakhir ini merupakan proses
yang sangat sederhana bagi tubuh kita. Itulah sebabnya banyak ilmuwan
evolusionis mengakui bahwa seleksi alam atau dongeng mutasi tidak dapat
men-jawab misteri transformasi tersebut. Prof. Dr. Ali Demirsoy mengatakan
bahwa sebuah sel kompleks seperti limfosit, yang memikul hampir seluruh
tanggung jawab perang, tidak mungkin dihasilkan oleh sebuah sel sederhana:
Sel kompleks tidak pernah dihasilkan
dari sel primitif melalui suatu proses evolusi sebagaimana yang dikatakan
baru-baru ini.7
Kenyataan ini sebenarnya diketahui
dengan pasti oleh kalangan ilmu-wan sekarang. Namun, jika mereka mengakuinya,
berarti mereka harus mengakui keberadaan Sang Pencipta. Ini yang sangat enggan
mereka lakukan.
Pakar biokimia terkenal, Michael J.
Behe, menyatakan bahwa para evolusionis mengabaikan beberapa fakta hanya untuk
menolak keberada-an Allah:
Sangat disayangkan, masyarakat ilmiah
terlalu sering mengesam-pingkan kritisisme karena khawatir akan memberi amunisi
bagi kelompok kreasionis. Ironis bahwa dengan mengatasnamakan perlindungan
kepada sains, kritisisme ilmiah yang tajam mengenai seleksi alam
dikesampingkan.8
Limfosit, produk transformasi
misterius ini, merupakan salah satu kenyataan yang diabaikan. Padahal, ia
memainkan peran sangat menarik dalam sistem pertahanan. Mereka memeriksa sel
tubuh beberapa kali dalam sehari untuk melihat jika ada sel-sel yang sakit.
Jika ditemukan sel yang sakit atau sel yang tua, limfosit memusnahkannya.
Terdapat sekitar hampir seratus triliun sel di dalam tubuh kita, dan limfosit
hanya merupakan satu persen saja.
Sekarang, bayangkan sebuah negara
yang memiliki populasi yang sangat padat, sekitar seratus triliun. Berarti
jumlah tenaga kesehatannya (limfosit) ada-lah satu triliun. Jika kita anggap
populasi dunia sekarang adalah sekitar tujuh miliar, jumlah orang yang hidup di
negara ima-jiner kita kira-kira 14.285.000 kali populasi dunia. Lalu akankah
mungkin semua war-ga negara dengan populasi yang sangat padat ini mendapatkan
check-up satu per satu, dan lebih-lebih, beberapa kali dalam sehari?
Pasti Anda akan katakan tidak, tetapi
proses ini dijalankan di tubuh kita setiap hari: Limfosit menjelajahi tubuh
kita bebe-rapa kali dalam sehari untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Apakah mungkin mengaitkan operasi
yang sangat terorganisasi oleh sejumlah besar makhluk hidup ini dengan suatu
kebetulan?
Apakah kebetulan yang menyebabkan
setiap limfosit mengemban tugas yang sangat berat ini?
Tentu saja tidak!
Allah, Penguasa alam semesta
menciptakan tiap-tiap limfosit yang berjumlah satu triliun ini dan
menugaskannya untuk bertanggung jawab melindungi manusia.
Peran limfosit sangat penting untuk
melawan penyakit-penyakit menular yang utama seperti AIDS, kanker, rabies dan
TBC dan penyakit lain yang cukup serius seperti angina dan rematik. Tentu saja
bukan berarti limfosit tidak berperan pada penyakit-penyakit lain. Bahkan,
pilek tidak lain adalah perang yang dikobarkan limfosit untuk mengusir virus
flu yang sangat berbahaya dari tubuh.
Kebanyakan musuh dapat dikalahkan
tubuh dengan antibodi. Ini mungkin membuat Anda bertanya mengapa limfosit
terjun langsung ke kancah perang padahal mereka juga telah berkontribusi dengan
mem-produksi antibodi. Namun sebagian mikroba bersifat sangat mematikan
sehingga diperlukan toksin kimia yang sangat kuat untuk memusnah-kannya. Oleh
karena itu, sebagian limfosit menggunakan toksin kimia ini dan berpartisipasi
langsung dalam peperangan.
Kalau begitu bagaimana cara sistem
pertahanan ini menghentikan musuh?
Pertama-tama, diperlukan laboratorium
dan ahli kimia untuk meng-hasilkan toksin. Struktur bahan yang dibutuhkan
terlalu khusus untuk dapat terbentuk hanya secara kebetulan. Allah, yang
mengetahui bahwa tubuh manusia akan menghadapi musuh seperti ini, atau justru
men-ciptakan musuh seperti ini supaya manusia mendapat peringatan, juga telah mengaruniai
kita limfosit untuk menyintesa toksin ini.
Jadi, apakah sudah cukup dengan bahan
kimia ini saja?
Belum, karena bahan kimia ini tidak
dapat bersirkulasi dengan bebas di dalam darah, sebab hal itu akan mematikan
pula sel tubuh kita sendiri.
Lalu bagaimana toksin ini dapat
digunakan tanpa menimbulkan ke-rusakan pada sel tubuh?
Jawaban atas pertanyaan ini
tersembunyi dalam kesempurnaan peciptaan limfosit. Toksin ditempatkan di dalam
kantung-kantung pada membran sel limfosit, dengan demikian senjata kimia ini
dapat digunkan dengan mudah. Limfosit menyuntikkan toksin ini hanya jika
terjadi kontak dengan sel musuh, untuk akhirnya membunuhnya.
Ada dua jenis limfosit: sel B dan sel
T.
Pabrik
Senjata di Tubuh Manusia: Sel B
Saat matang dan berfungsi penuh,
sebagian limfosit meninggalkan sumsum tulang dan diangkut darah ke jaringan
limfatik. Limfosit ini disebut sel B. Sel B layaknya pabrik senjata di dalam
tubuh. Pabrik ini memproduksi protein, disebut antibodi, yang dimaksudkan untuk
menyerang musuh.
Jalur Sel B
Sel limfosit mengalami proses yang
sangat kompleks sebelum men-jadi sel B. Pertama-tama, mereka terlebih dahulu
harus melalui pengu-jian yang ketat sebelum menjadi tentara yang akan
melindungi kese-hatan manusia.
Pada fase awal, sel B menyusun ulang
fragmen gen yang akan membentuk molekul antibodi. Segera setelah penyusunan
ulang selesai, gen “direkam”. Pada tahap ini, penting diperhatikan bagaimana
sel yang kecil dapat melakukan tugas-tugas yang kompleks seperti penyusunan dan
perekaman. Sebenarnya yang disusun dan dicatat adalah informasi, dan informasi
dapat disusun dan dikelola hanya oleh makhluk yang memiliki kecerdasan. Lebih
dari itu, keluaran setelah penyusunannya sangatlah penting: informasi ini
nantinya akan digunakan dalam pembuatan antibodi.
Transformasi sel B berlanjut terus
dengan cepat. Dengan suatu perintah yang tidak diketahui sumbernya, sel ini
menghasilkan protein “alfa” dan “beta” yang mengelilingi membran sel. Pada
tahap selanjut-nya, terjadi serangkaian proses rumit di dalam sel. Dengan
proses ini sel dapat memproduksi molekul yang membuatnya bisa berikatan dengan
antigen. Terakhir, sel berubah menjadi pabrik yang langsung mengenali musuh
begitu berkontak dengannya. Pabrik ini mampu memproduksi jutaan senjata
berbeda.
Apakah Setiap Sel B yang Dihasilkan
Dapat Bertahan Hidup?
Semakin kita mendalami perincian
sistem pertahanan, semakin ba-nyak keajaiban yang kita temui. Seperti telah
dinyatakan sebelumnya, sel B membuat antibodi. Antibodi adalah senjata yang
dibuat hanya untuk menyerang sel jahat. Lalu, apakah yang akan terjadi jika
senjata buatan sel B ini salah sasaran dan mulai menyerang sel baik? Dalam
kasus ini, sel lain dalam sel B memberi tanda. Tanda ini sebenarnya adalah
perintah untuk melakukan “bunuh diri”. Terakhir, enzim dalam inti sel
diaktifkan dan menghancurkan DNA sel. Tubuh dilindungi oleh mekanisme
auto-kontrol yang berfungsi sempurna. Akhirnya hanya sel B yang mempro-duksi
antibodi perusak musuh saja yang akan tetap hidup.
Pada mulanya sel B hanya terdiri atas
satu inti sel kompak dan sedikit sitoplasma. Sel B lantas mengalami perubahan
menakjubkan saat ber-temu dengan antigen. Mereka membelah diri berkali-kali dan
mem-bangun ribuan titik perakitan da-lam sitoplasma untuk membuat an-tibodi.
Mereka juga membuat sis-tem kanal untuk pengemasan dan pengiriman antibodi.
Dalam satu jam, satu sel B mampu memompa keluar lebih dari sepuluh juta molekul
antibodi.
Inilah sel tunggal yang meng-ubah
dirinya menjadi pabrik yang cukup andal dalam memproduksi sepuluh juta senjata
per jam ketika menghadapi musuh. Kalau kita ingat bahwa sel ini dapat
memproduksi senjata berbeda untuk masing-masing musuh yang jutaan banyaknya,
maka kita dapat lebih memahami sebesar apa keajaiban yang kita bicarakan di
sini.
Sebagian sel B menjadi “sel
pengingat”. Sel ini tidak langsung turut serta dalam pertahanan tubuh. Mereka
bertugas menyimpan catatan mengenai musuh yang telah dihadapi untuk mempercepat
persiapan perang di masa datang. Ingatan mereka sangat kuat. Ketika tubuh
kem-bali bertemu dengan musuh yang sama, dengan cepat dapat dihasilkan senjata
yang sesuai. Dengan demikian pertahanan menjadi lebih cepat dan lebih efisien.
Di sini, kita tak tahan untuk
bertanya: “Bagaimana bisa manusia, yang menganggap dirinya makhluk yang paling
maju, memiliki ingatan yang lebih lemah dari sebuah sel kecil?”
Karena tidak mampu menjelaskan cara
terbentuk dan bekerjanya ingatan seorang manusia yang normal, para evolusionis
tak pernah men-coba menjelaskan keberadaan ingatan ini sebagai yang berkaitan
dengan evolusi.
Jika segumpal daging yang berukuran
seperseratus milimeter hanya memiliki sepotong informasi, dan menggunakan
informasi ini untuk ke-pentingan manusia dengan cara paling akurat, itu saja
sudah merupakan suatu keajaiban. Akan tetapi, yang sedang kita bicarakan di
sini jauh lebih hebat dari itu. Sel menyimpan jutaan informasi untuk
kepentingan manusia dan menggunakan informasi itu dengan begitu tepat dalam
berbagai kombinasi jauh di luar pemahaman manusia. Manusia dapat bertahan hidup
berkat kearifan yang ditunjukkan oleh sel-sel ini.
Sel pengingat adalah sel yang khusus
diciptakan untuk melindungi kesehatan manusia. Dalam penciptaannya, Allah
melengkapi sel ini dengan kemampuan mengingat yang kuat. Jika tidak, tidaklah
mungkin bagi sel ini untuk mengembangkan strategi dengan sendirinya dan dalam
strateginya itu ada tanggung jawab untuk menyimpan informasi. Lebih jauh,
bahkan sel ini tidak menyadari akan kebutuhan untuk melindungi kesehatan;
apalagi kebutuhan untuk menggunakan suatu strategi.
Selain itu, ada pertanyaan penting
lain yang perlu dijawab mengenai ingatan kuat sel pengingat. Setiap detik,
delapan juta sel manusia normal mati dan diganti oleh sel baru. Oleh karena
itu, metabolisme terus-me-nerus memperbarui dirinya. Akan tetapi, waktu hidup
sel pengingat ja-uh lebih panjang dari waktu hidup sel lainnya. Karakteristik
ini yang membantu melindungi manusia dari penyakit berkat adanya informasi
dalam sel pengingat. Namun sel pengingat ini tidaklah kekal, lambat laun mereka
akhirnya akan mati. Pada tahap ini ada suatu kenyataan yang sangat mengejutkan.
Sebelum mati, sel pengingat mengalihkan informasi yang mereka miliki kepada
generasi berikutnya. Manusia sangat tertolong dengan adanya sel pengingat ini
karena dengan cara ini manusia tidak perlu terkena penyakit yang sama yang
telah dialami pada masa bayi (seperti cacar, gondongan, dan lain-lain).
Lalu, bagaimana sel ini bisa tahu
bahwa ia harus mentransfer infor-masi?
Jelaslah ini tidak dapat hanya
dikaitkan kepada sel itu sendiri, melainkan kepada kemampuan yang diberikan
kepadanya oleh Pencip-tanya.
Bagaimana Cara Sel B Mengenali Musuh?
Dalam keadaan benar-benar siap
berperang, sebelum memperta-hankan tubuh, sel B belajar membedakan musuh dari
sel tubuh. Mereka tak perlu berusaha terlalu keras untuk itu, karena sel ini
dan antibodi yang diproduksinya mampu mengenali musuh langsung dari ben-tuknya,
tanpa memerlukan bantuan. Reseptor di permukaan sel telah diprogram untuk
menemukan antigen lalu mengikatkan diri pada beberapa bagian kecil antigen.
Dengan demi-kian antigen diidentifikasi sebagai benda asing. Dengan cara ini
sel B dapat dengan mudah mengenali antigen semisal bakteri.
Apa Fungsi Sel B?
Sel B layaknya penjaga yang selalu
was-pada kalau-kalau ada mikroba. Ketika mer-eka menemukan penyerang, mereka
dengan cepat membelah diri dan memproduksi anti-bodi. Antibodi ini berikatan
dengan mikroba seperti reseptor sel B. Di penghujung kerja keras fagosit dan
sel T, sel musuh yang oleh antibodi ditandai sebagai benda asing, dike-luarkan
dari tubuh. Pada saat menonaktifkan musuh dengan jutaan antibodi, sel B
seka-ligus menandainya untuk sel pembunuh. Di sini, ada satu poin lain yang
penting, yang sama pentingnya dengan menandai dan memusnahkan sel-sel asing.
Bagaimana sedikit gen memproduksi sekian banyak antibodi?
Sebagaimana dibahas secara terperinci
pada bagian “antibodi”, sel B memanfaatkan gen di dalam tubuh manusia untuk
memproduksi anti-bodi. Namun demikian, jumlah gen di dalam tubuh manusia lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah antibodi yang dihasilkan. Ini bukan masalah
bagi sel B. Walau ada keterbatasan ini, mereka berhasil mem-produksi kira-kira
dua juta jenis antibodi per jam.9 Sel B berinteraksi dalam berbagai kombinasi
dengan gen yang ada untuk menghasilkan produksi seperti disebutkan di atas.
Secara harfiah tidaklah mungkin satu sel mampu memikirkan kombinasi ini.
Sel-sel yang tidak memiliki kesadaran ini diberi kemampuan untuk mengikatkan
diri dalam kombi-nasi seperti ini atas kehendak Allah. Ini karena …
“... Dia hanya mengatakan kapadanya:
“Jadilah”. Lalu jadilah ia.” (QS. Al Baqa-rah, 2: 117) !
Tak ada kekuatan di langit dan di
bumi selain Allah yang mampu memberi perintah bahkan hanya kepada satu dari
triliunan sel. Hanya dengan kehendak Allah-lah suatu sel dapat melakukan
operasi mate-matis seperti memproduksi senjata yang paling sesuai untuk menon-aktifkan
setiap musuh yang menyerang sel.
Pasukan Pemberani: Sel T
Setelah diproduksi di sumsum tulang,
sebagian limfosit bermigrasi ke timus. Limfosit ini, yang di sini membelah diri
dan matang, disebut sel T. Sel ini matang membentuk dua kelompok: sel T
pembunuh dan sel T penolong. Setelah pelatihan selama tiga minggu, sel T
bermigrasi ke limpa, nodus limfa, dan jaringan usus untuk menunggu saat
misinya.
Jalur Sel T
Sama seperti sel B, sel T juga
merupakan sel yang sederhana pada awalnya. Bedanya, sel T harus melalui jalan
yang jauh lebih rumit dan melewati serangkaian ujian yang sulit untuk menjadi
sel T yang siap melaksanakan misinya.
Pada ujian pertama, diperiksa apakah
sel ini dapat mengenali musuh atau tidak. Sel ini mengenali musuh dengan bantuan
“KSU” (Kompleks Setara-jaringan Utama, MHC = Major Histocompatibility Complex),
yang ditempatkan di permu-kaan musuh. KSU adalah molekul yang memaksa antigen
melewati serangkaian proses kimia dan menyerahkannya ke-pada sel T.
Pada akhirnya, hanya sel yang mampu
mengidentifikasi musuh saja yang dapat hidup, yang lain tidak ditoleransi dan
langsung dimusnahkan.
Kemampuan untuk mengenali sel musuh
saja belum cukup untuk menjamin hidup sel T. Sel ini juga harus berpengetahuan
luas mengenai zat-zat yang tidak berbahaya dan jaringan tubuh manusia yang
normal, sehingga dapat mencegah konflik yang tidak diperlukan, yang akhirnya
akan merugikan tubuh.
Diferensiasi Sel T Menurut Perintah
yang Diterimanya
Perang belumlah berakhir untuk sel T.
Sebagian calon sel T memus-nahkan diri sendiri setelah menerima satu sinyal
khusus dari sel lain. Sangat sedikit informasi tentang sinyal yang menyebabkan
sel T mem-programkan kematiannya, atau melanjutkan hidup, atau menjadi dewa-sa
dan mentransformasikan dirinya. Dari sudut pandang ilmiah, hal ini masih
menjadi salah satu misteri sistem pertahanan yang belum terpe-cahkan. Banyak
sel serupa di dalam tubuh kita menerima sinyal dari suatu tempat, dan memulai
fungsinya setelah menerima sinyal itu. Bagaimanakah sel ini, yang saling
mengirim sinyal antara satu dengan lainnya, mengetahui kapan dia perlu mengirim
sinyal? Mahlon B. Hoagland juga mengangkat pertanyaan yang sama dalam bukunya
The Roots of Life:
Bagaimana sel-sel tahu kapan harus
berhenti tumbuh? Apa yang memberi tahu mereka bahwa ukuran organ yang mereka
susun belum sesuai?…Bagaimanakah sifat sinyal yang menghentikan pembelahan
diri? Kita belum tahu jawabannya dan kita terus mencari jawabannya. 10
Memang, misteri tentang sistem sinyal
di antara sel masih belum terpecahkan. Satu sel batang biasanya diharapkan
membelah diri dan membentuk dua sel baru dengan sifat-sifat yang sama. Namun,
ada semacam tombol tersembunyi di dalam salah satu sel yang menye-babkan
transformasi mendadak dalam sel. Sel yang baru ini adalah sel T yang akan
berperang untuk tubuh manusia. Hal ini membawa kita kepa-da pertanyaan: Mengapa
sebuah sel mentransformasikan dirinya menja-di sel lain yang sangat berbeda ?
Sains belum dapat menjawab pertanyaan
ini. Sains dapat menjawab pertanyaan mengenai bagaimana sel mentransformasikan
dirinya, tetapi tidak pernah dapat menjelaskan mengapa sel ini menginginkan
menjadi sel prajurit. Sains juga tidak dapat menjelaskan siapa yang memprogram
sel supaya menjadi sel yang mempertahankan tubuh pada saat dibutuh-kan.
Hanya mereka yang mengetahui adanya
Allah yang dapat mema-hami sepenuhnya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Jenis-Jenis Sel T
Sel T terdiri atas tiga kelompok: sel
T penolong, sel T pembunuh, dan sel T penekan. Setiap sel T memiliki molekul
KSU khusus yang mem-buatnya mampu mengenali musuh.
Sel T Penolong
Sel ini dapat dianggap sebagai
administrator di dalam sistem per-tahanan. Pada tahap-tahap awal perang, ia
menguraikan sifat-sifat sel asing yang diabsorpsi oleh makrofag dan sel
penangkap antigen lainnya. Setelah menerima sinyal, mereka merangsang sel T
pembunuh dan sel B untuk melawan. Stimulasi ini menyebabkan sel B memproduksi
antibodi. Sel T pembunuh menyekresikan molekul yang disebut limfokin untuk
merangsang sel lain. Molekul ini menghidupkan tombol pada sel lain dan mulai
menyalakan alarm perang.
Kemampuan sel T penolong menghasilkan
molekul yang meng-aktivasi molekul lain, merupakan proses yang penting.
Pertama, produksi molekul ini berhubungan dengan strategi perang yang akan
datang. Jelas sel T tidak dapat membuat strategi itu sendiri. Jelas pula bahwa
strategi ini tidak datang hanya dengan suatu kebetulan belaka.
Lagipula, mengembangkan strategi
belumlah cukup. Molekul di da-lam sel, yang akan menyalakan tombol untuk
memulai produksi pada sel lain, harus disintesis dengan tepat. Untuk itu, dia
harus betul-betul tahu mengenai struktur kimia sel lawan. Satu kesalahan saja
pada produksi molekul ini akan melumpuhkan keseluruhan sistem pertahanan. Ini
kare-na suatu pasukan tanpa suatu komunikasi akan dimusnahkan bahkan sebelum
pasukan ini meluncurkan pertahanannya.
Keberadaan molekul ini saja sudah
cukup untuk membuktikan kemustahilan teori evolusi, karena prasyarat sistem
pertahanan adalah adanya molekul ini sejak awal. Jika sel T penolong gagal
menyiagakan sel lain dengan bantuan molekul limfokin, berarti tubuh manusia
menyerah kepada virus.
Sel T Pembunuh
Sel T pembunuh adalah unsur paling
efisien dalam sistem pertahanan. Pada bab-bab sebelumnya, kita telah
mempelajari bagaimana virus dinon-aktifkan oleh antibodi. Namun demikian, ada
kasus saat antibodi tidak dapat mencapai virus yang telah menyerang suatu sel.
Untuk kejadian seperti ini, sel T pembunuh membunuh sel yang sakit yang telah
diserang oleh virus.
Pengamatan saksama mengenai cara sel
T pembunuh membunuh sel yang sakit menyingkapkan suatu seni dalam penciptaan
dan suatu kearifan yang sangat agung. Sel T pembunuh terlebih dahulu harus
membedakan antara sel normal dan sel yang di dalamnya terdapat musuh yang
bersembunyi. Sel T pembunuh mengatasi masalah ini dengan bantuan sistem molekul
KSU yang telah ada padanya. Ketika mereka melihat sel yang telah diserang,
mereka menyekresikan suatu bahan kimia. Sekresi ini melubangi membran sel
dengan cara berbaris berdampingan sangat berdekatan dalam suatu lingkaran.
Selanjutnya sel mulai bocor dan sel mati.
Sel T pembunuh menyimpan senjata ini
dalam bentuk granular. Dengan demikian senjata kimia ini selalu siap digunakan.
Para ilmuwan takjub ketika menemukan kenyataan bahwa sel memproduksi
senjata-nya sendiri dan menyimpannya untuk digunakan pada masa yang akan
datang. Bahkan lebih menakjubkan lagi adalah rincian cara sel ini memanfaatkan
senjata kimianya.
Ketika musuh mendekati sel tuan
rumah, mikrogranular ini bergeser ke ujung sel searah dengan musuh. Kemudian
mikrogranular menyentuh membran sel, melebur ke dalamnya, dan sambil
mengembangkan ukur-annya, mikrogranular melepaskan zat yang ada di dalamnya.
Sel
Pembunuh Alamiah: “PA”
Limfosit yang diproduksi di dalam
sumsum tulang ini, juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus. Fungsi
mereka yang sangat penting adalah membunuh sel tumor dan sel pembawa virus.
Dari waktu ke waktu, sel-sel
penyerang melakukan cara-cara yang jahat. Kadang mereka bersembunyi dengan
sangat rapi di dalam sel tubuh sehingga baik antibodi maupun sel T tak dapat
mengenali musuh ini. Segala sesuatu tampak normal dari luar. Dalam keadaan
seperti itu, sistem pertahanan bagaimanapun menduga adanya anomali dan sel PA
segera menuju daerah tersebut melalui darah. Limfosit pembunuh mengelilingi sel
tempat musuh bersembunyi ini dan mulai memper-mainkannya. Saat itulah sel musuh
dibunuh oleh zat racun yang di-injeksikan ke dalamnya.
Bagaimana sel-sel ini mengenali musuh
masih merupakan pertanyaan yang belum terjawab. Reseptor yang seharusnya ada di
permukaan dan memungkinkan mereka mengenali sel target belum ditemukan. Oleh
karena itu mekanisme yang digunakan untuk mengenali musuh belum dipahami dengan
jelas.
Dengan
seluruh teknologi yang ada, manusia masih belum mampu menyelesaikan rincian
yang digunakan oleh sistem ini untuk meng-identifikasi musuh. Barangkali
kemajuan teknologi di masa datang akan memberikan seberkas sinar pada sistem
ini sehingga masalah ini tidak lagi merupakan misteri. Ini juga akan menjadi
bukti yang menyata-kan kesempurnaan sistem yang ada sekarang dan bukti tentang
rumitnya perencanaan yang terlibat dalam penciptaannya.
Sel Darah
- Trombosit
Proses
penggumpalan (koagulasi) darah sudah dianggap kejadian biasa yang sering
terabaikan. Namun demikian, jika saja sistem sem-purna yang memungkinkan
penggumpalan darah ini tidak ada, manusia akan mengalami risiko yang cukup
berarti dan bahkan pen-darahan yang menyebabkan kematian hanya dari satu luka
ringan. Trombositlah salah satu sel darah, diproduksi di sumsum tulang, yang
melaksanakan tugas ini. Penggumpalan darah juga melibatkan suatu bahan yang
disebut serotonin. Yang disebutkan terakhir ini berperan penting dalam reaksi
alergi.
-
Eosinofil
Sel
darah ini memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis, yaitu memusnahkan
setiap sel asing yang memasuki tubuh.
-
Basofil
Basofil
adalah sel darah berinti tunggal yang kasar dan besar. Jumlahnya dalam darah
hanya sedikit, tetapi banyak di kulit, di dalam dan di sekitar limpa, serta di
jaringan konektif usus.
- Neutrofil
Dengan
suatu kualitas antibakteri, sel-sel darah ini melindungi organisme dari bahan
benda-benda asing. Selain itu sel-sel ini membantu sistem pertahanan dengan
kemampuan fagositosisnya.
Sel yang
Menyerahkan Antigen
(Antigen
Presenting Cells): “SMA”
Tugas sel ini adalah menyerahkan
antigen (musuh) kepada sel T. Mengapa ada sel yang melaksanakan fungsi
(tanggung jawab penting) seperti ini jelas membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
Sel ini tahu bahwa sel T menjaga tubuh manusia. Sel ini mengenali musuh dan
menyerahkan musuh yang ditangkapnya kepada sel T untuk melengkapi sel T dengan
pengetahuan mengenai musuh.
Mengapa sel ini mau melakukan
tugasnya? Menurut teori evolusi, sel ini seharusnya hanya memikirkan
kesejahteraan dirinya sendiri. Akan tetapi ia melayani sistem, padahal tidak
mendapat keuntungan darinya.
Yang lebih menarik, SMA sangat
mengetahui kebutuhan sel T. Berdasarkan hal itu, SMA akan memecah sel musuh dan
memberikan kepada sel T hanya urutan asam amino sel musuh saja. Berarti SMA
bahkan mengetahui bahwa sel T akan mengekstrak informasi yang diperlukan dari
urutan asam amino ini.
Sampai pada tahap ini, ada perlunya
mengingat kembali satu hal: Kita menyebutkan kegiatan seperti “mengetahui”,
“menghitung”, “berpikir”, “melayani”. Tanpa dipertanyakan lagi, semua kegiatan
tadi membutuhkan suatu kesadaran tertentu. Mustahil makhluk hidup yang tak
memiliki kesadaran melaksanakan kegiatan ini. Padahal, sekarang kita sedang
membahas kemampuan ini sebagai kemampuan yang ada di dalam benda yang sangat
kecil: sel biasa, kecil, dan tidak memiliki kesadaran.
Jawaban atas pertanyaan ini sangatlah
jelas. Dialah Allah yang menciptakan SMA dan sel T, serta sel lainnya di tubuh.
Kesemuanya bekerja harmonis dalam satu sistem yang sama.
Picture Text
Fagositosis dalam proses. Makrofag
(kuning) tengah mencerna bakteri (biru).
Di kiri, Anda bisa melihat makrofag
saat berusaha melahap benda asing.
Makrofag ketika menelan bakteri tahap
demi tahap. Makrofag memanjang untuk menangkap bakteri.
Bakteri tertangkap dan terjebak di
dalam perpanjangan membran makrofag.
Bakteri yang sudah terperangkap di
membran makrofag ditelan satu per satu.
Makrofag (A) berusaha menjangkau
bakteri (C) dan menangkapnya dengan perpanjangan membran yang disebut
pseudopodia (B).
Limfosit sedang memerangi sel-sel
kanker.
Pada orang yang kebal, sel T pembunuh
menyerang dan menghancurkan sel yang membawa antigen asing, seperti sel yang
terinfeksi virus atau sel kanker. Sel T ini memiliki vakuola penyimpanan yang
mengandung senyawa kimia, disebut perforin, karena ia melubangi membran sel dan
melepaskan unit perforin protein. Unit ini bersatu membentuk lubang pada
membran sasaran. Setelah itu, cairan dan garam masuk sehingga sel sasaran
akhirnya pecah.
Sebuah sel B saat membelah diri.
Sebuah sel B diseliputi bakteri.
Bakteri dan virus membawa senyawa
kimia di permukaannya, yang disebut antigen. Sebagian limfosit menghasilkan
antibodi untuk mengikatkan diri dengan antigen, sehingga memudahkan sel darah
putih menelan bakteri tersebut. Antibodi mempunyai ciri khas yang sangat
berbeda dan mereka hanya dihasilkan untuk dan mengikatkan diri kepada antigen
khusus. Sebagaimana diperlihatkan pada gambar di atas, antigen (segi tiga)
dengan pas sesuai dengan antibodi, lingkaran dengan potongan segi tiga. (kiri
atas). Namun antibodi yang sama (bawah) tidak cocok dengan antigen bulat.
Sel darah putih yang dibuat dalam
jaringan sistem limfa berubah menjadi limfosit (sel B dan sel T) atau monosit.
Limfosit merupakan pemain kunci dalam sistem kekebalan. Monosit bisa berubah
menjadi sel pemakan (fagosit) yang besar, disebut makrofag.
Apakah
yang disebut Molekul MHC
(Major
Histocompatibility Complex)
atau KSU
(Kompleks Setara-jaringan Utama)?
KSU adalah suatu molekul yang khusus
dihasilkan untuk membantu sel-T mengenali musuh. Mereka melakukan serangkaian
proses kimia terhadap antigen lalu mempersembahkannya kepada sel-T. Dengan
bantuan molekul KSU, partikel virus, molekul sel kanker, dan bahkan partikel
yang merupakan bagian dalam dari suatu bakteri bisa terdeteksi.
Alasan penting sel-T memanfaatkan
molekul KSU adalah karena hal ini membantunya memasuki sel tuan rumah dan
menemukan sel virus yang menyamar. Akan tetapi, bantuan dari molekul KSU saja
belum cukup. Untuk menjalankan tugasnya, sel-T juga membutuhkan sel penolong.
Disebut SMA, Sel yang Menyerahkan Antigen (APC, antigen-presenting cell) untuk
singkatnya, sel-sel ini mencabik-cabik antigen lalu menangkap bagian terpenting
dari antigen itu. Bagian ini berisi deret asam amino yang menentukan identitas
antigen. Sel T diaktivasi apabila ia menerima informasi identitas ini dari SMA.
Seperti yang bisa kita lihat, sistem
kekebalan membutuhkan sub-sistem luar biasa untuk memulai perang. Tidak adanya
satu saja komponen dari jaringan yang cerdas ini, yang terdiri dari banyak
subunit yang saling terkait, akan mengakibatkan sistem ini tidak berguna.
Dengan demikian, tidak masuk akal untuk berbicara tentang kebetulan dalam
pembentukan sistem yang cerdas ini. Mempertimbangkan pandangan itu hampir sama
dengan takhayul.
Ada kearifan pada setiap tingkatan
sistem ini yang tanpa cacat diciptakan Allah. Contoh dari ini adalah kinerja
sel SMA yang membawa musuh kepada sel T. Sel-sel ini menyadari bahwa sel T bisa
mengenali musuh dari deret asam aminonya. Hal ini merupakan salah satu dari
ribuan keping bukti bahwa kedua sel ini diciptakan oleh kekuatan yang sama,
yaitu, Allah.
Makrofag maupun sel B menyerahkan
antigen kepada sel T penolong. Untuk menjalankan tugas ini, antigen harus
dicerna menjadi peptida yang dikombinasikan dengan protein KSU. Senyawa
kompleks yang terbentuk diserahkan kepada sel T. Selanjutnya, sel T-penolong
memproduksi dan mengeluarkan limfokin yang merangsang sel T dan sel kekebalan
lainnya.
Sebuah sel yang sedang bunuh diri
(tengah). Penghancuran-diri terprogram ini untuk menggantikan jaringan atau
untuk membuang sel yang rusak.
Sel T (kanan) mendapat perintah untuk
membunuh dari sel dendritis (bawah kiri, latar belakang) atau makrofag (bawah
kanan).
Gambar ini memperlihatkan cara sel
memecah mikroba dan menyerahkannya kepada sel T. Seperti yang ditunjukkan di
bagian kanan, sel T akan diaktivasi hanya jika reseptor antigennya cocok dengan
antigen tersebut, jika molekul CD4 menempel ke kompleks antigen, dan jika
sejumlah molekul lain (kanan) berkombinasi satu sama lain. Mekanisme pengamanan
ini mencegah agar sel T matang tidak melancarkan serangan kekebalan terhadap
tuan rumahnya.
Sel T (berbentuk bundar) dikelilingi
oleh sel kanker (dengan sitoplasma menyebar dan seratnya berdifusi).
Sel T-pembunuh (bulatan kecil),
dikeliling oleh sel kanker (bulatan besar).
Contoh molekul SMA adalah makrofag.
Mereka melakukannya dengan memerangkap benda asing ke dalam ruang di
sitoplasmanya bagian sel di luar inti sel dan menyuntikkan senyawa kimia
pencerna ke dalamnya. Senyawa ini memecah bakteri menjadi fragmen protein
penyusunnya, fragmen yang tidak membahayakan dan malah bisa dimanfaatkan.
Bab 6
Menuju Perang Habis-habisan
Sejauh ini kita telah membahas
struktur umum sistem pertahanan, organ-organnya, sel-selnya, dan
musuh-musuhnya. Pada bab ini, kita akan menelusuri peperangan mematikan antara
sistem pertahanan kita dengan sel-sel musuh, dan pertahanan menakjubkan yang dibangun
oleh tubuh.
Pertempuran gagah berani yang
dilakukan oleh sistem pertahanan kita terdiri atas tiga tahapan penting:
1. Aksi
pertama, pengenalan musuh.
2. Perang
habis-habisan yang dilancarkan pasukan yang sebenarnya.
3. Kembali
ke keadaan normal.
Sistem pertahanan harus mengenali
dengan jelas musuhnya sebelum memulai perlawanan, karena setiap kejadian
berbeda satu sama lainnya bergantung pada jenis musuh. Lebih dari itu, jika
pengetahuan ini tidak ditangani dengan tepat, sistem pertahanan kita dapat berbalik
menyerang sel tubuh sendiri.
Fagosit, yang dikenal sebagai sel
pemulung dalam sistem pertahan-an, melancarkan aksi pertama. Mereka bertempur
satu lawan satu dengan musuh. Mereka seperti pasukan infantri yang bertempur
dengan bayo-netnya melawan satuan musuh.
Kadang-kadang fagosit tidak dapat
mengatasi jumlah musuh yang terus-menerus bertambah. Pada tahap ini sel fagosit
besar, makrofag, mengambil alih. Kita dapat mengumpamakan makrofag sebagai
pasuk-an kavaleri yang memotong jalan ke tengah musuh. Pada saat yang sama
makrofag menyekresikan suatu cairan, yang menyalakan alarm umum untuk
meningkatkan suhu tubuh.
Makrofag masih memiliki karakteristik
penting lainnya. Saat me-nangkap dan menelan virus, makrofag merobek bagian
tertentu pada virus, yang kemudian dibawanya seperti bendera. Bendera ini
berlaku sebagai tanda dan informasi bagi elemen-elemen lain pada sistem
pertahanan.
Kumpulan informasi ini diteruskan
kepada sel T penolong, yang menggunakannya untuk mengenali musuh. Begitu
informasi ini sampai, maka tugas pertama yang harus dilakukan adalah segera
menyiagakan sel T pembunuh dan merangsangnya untuk memperbanyak diri. Dalam
waktu singkat, sel T pembunuh yang terstimulasi akan menjadi pasukan yang kuat.
Fungsi sel T penolong tidak hanya ini, mereka juga memas-tikan lebih banyak
fagosit didatangkan ke medan perang, sementara mereka mentransfer informasi
mengenai musuh kepada limpa dan nodus limfa.
Setelah nodus limfa menerima
informasi ini, sel B, yang telah me-nunggu gilirannya, teraktifkan (sel B
dibuat di sumsum tulang, kemu-dian bermigrasi ke nodus limfa, menunggu giliran
untuk melaksanakan tugas).
Sel B yang telah teraktifkan harus
melalui beberapa tahapan. Setiap sel B yang terstimulasi mulai memperbanyak
diri. Proses memper-banyak diri berlanjut sampai ribuan sel identik terbentuk.
Selanjutnya, sel B mulai membelah diri dan berubah menjadi sel plasma. Sel
plasma juga menyekresikan antibodi sebagai senjata selama bertempur dengan
musuh. Seperti dinyatakan pada bab-bab sebelumnya, sel B mampu memproduksi
jutaan antibodi dalam satu detik. Senjata ini sangat berguna. Mereka cukup
mampu untuk berikatan dengan musuh terlebih dahulu, lalu memusnahkan struktur
biologis musuh (antigen).
Jika virus menembus sel, antibodi
tidak dapat menangkap virus. Pada tahap ini, sel T pembunuh berperan lagi.
Dengan bantuan molekul KSU, ia mengenali virus yang ada di dalam sel, lalu
membunuhnya.
Namun kalau virus telah terkamuflase
dengan baik dan dapat menghindar dari perhatian sel T pembunuh, maka “sel
pembunuh alamiah”, atau disingkat PA datang beraksi. Sel PA membunuh sel yang
ditempati virus dan tidak dapat dikenali oleh sel lain.
Setelah perang dimenangkan, sel T
penekan menghentikan perang. Meskipun perang telah berakhir, perang tidak akan
dilupakan. Sel pengingat telah menyimpan musuh di dalam ingatannya. Dengan
tetap tinggal di dalam tubuh selama bertahun-tahun, sel ini membantu pertahanan
menjadi lebih cepat dan lebih efektif jika musuh yang sama menyerang lagi.
Para pahlawan perang ini tidak
mendapatkan pelatihan militer.
Para pahlawan perang ini bukan
manusia yang mampu bernalar.
Para pahlawan perang ini adalah sel
yang sedemikian kecil sehingga kumpulan jutaan mereka saja masih akan sulit
untuk menutupi sebuah titik.
Lagi pula, pasukan yang hebat ini
tidak hanya berperang saja. Pasuk-n ini juga membuat sendiri senjata yang akan
digunakannya saat bertem-pur. Ia membuat semua perencanaan dan strategi
perangnya sendiri dan membersihkan medan perang setelah perang selesai. Jika
semua proses ini diserahkan pada pengendalian manusia, bukan sel, akankah kita
mampu menangani organisasi yang hebat ini ?
Bagaimana
Seandainya Peperangan dalam
Tubuh
Diserahkan pada Pengendalian Manusia?
Kita tidak segera menyadari bahwa
virus atau mikroba sedang me-nyerang tubuh. Hanya jika gejala sakit muncul ke
permukaan, barulah kita mengetahuinya. Ini petunjuk bahwa virus, bakteri atau
mikro-organisme lainnya telah cukup lama bersarang dalam tubuh. Artinya, intervensi
primer gagal. Kondisi tak terperiksa seperti ini memung-kinkan penyakit semakin
parah, menimbulkan keadaan yang tak dapat dipulihkan. Kendati seseorang hanya
terinfeksi oleh penyakit yang relatif ringan dan dapat disembuhkan, respon
(tubuh) yang tertunda dapat menyebabkan krisis yang serius atau bahkan
kematian.
Sekarang bayangkan koordinasi dan
pengendalian unsur-unsur sis-tem pertahanan, strategi berikutnya yang akan
dikembangkan dan dilak-sanakan, pengawasan perangnya sendiri, semuanya
diserahkan kepada manusia. Kesulitan macam apa yang akan dihadapi?
Anggaplah gejala awalnya dapat
didiagnosis dengan efektif. Ketika sel asing memasuki tubuh, sel prajurit
segera harus diproduksi lalu dikirimkan ke tempat kejadian. Sel B harus segera
memproduksi senjata (antibodi). Bagaimanakah kita menentukan jenis dan lokasi
sel asing ini? Tahapan ini penting karena mendasari perlakuan selanjutnya.
Untuk melakukan hal ini, solusi satu-satunya adalah orang tersebut harus
melakukan pemeriksaan kesehatan yang meliputi semua organ dalam tubuhnya sampai
ke setiap tetes darahnya dengan dugaan terkecil sekali pun, bahwa musuh telah
memasuki tubuh. Kalau tidak, maka tidaklah mungkin untuk menentukan jenis dan
lokasi antigen. Waktu panjang yang dibutuhkan untuk melakukan proses ini tentu
saja akan menye-babkan amat tertundanya intervensi yang tepat waktu. Terbukti
betapa rumit dan sulitnya kehidupan manusia kalau harus pergi ke dokter hanya
untuk pemeriksaan terhadap adanya infeksi saja.
Anggaplah intervensi tepat waktu
dimungkinkan dan jenis serta lokasi antigen dapat dikenali dengan tepat.
Bergantung kepada jenis musuh, terlebih dahulu fagosit harus diaktifkan.
Bagaimana cara meng-arahkan fagosit agar segera menuju lokasi yang tepat? Jenis
pesan seperti apa yang dapat membantu fagosit mencapai lokasi musuh dengan
mu-dah? Anggaplah yang tak mungkin menjadi mungkin. Lalu tiba saatnya untuk
mengetahui apakah fagosit telah menang perang atau tidak, karena hal itu akan
menentukan apakah makrofag akan diluncurkan atau peperangan akan diakhiri. Tak
pelak lagi, satu-satunya solusi yang memungkinkan adalah kembali ke dokter
untuk melakukan pemeriksa-an menyeluruh. Kalau peperangan belum dimenangkan,
kekuatan se-under, yaitu makrofag, harus dikirimkan ke tempat kejadian.
Sementara itu, waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan berjalan melawan
kehen-dak kita. Tanpa kehilangan waktu sedikit pun makrofag mestinya mero-bek
musuh dan memperingatkan sel T penolong. Selanjutnya sel T peno-long
memperingatkan sel T pembunuh, sehingga memicu perjuangan lain. Sel ini juga
harus diperiksa apakah mereka sukses atau tidak — untuk itu lagi-lagi bantuan
dokter dibutuhkan — kemudian sel PA harus dipanggil untuk membantu. Setelah
pemeriksaan akhir, akan ditentukan apakah sistem pertahanan telah efektif dalam
mengalahkan infeksi.
Kalaupun hanya satu yang harus
dikendalikan manusia, hanya sis-tem pertahanan tanpa yang lainnya, dia harus
terlibat dalam proses yang sulit dan kompleks. Terserang pilek saja akan
membuat seseorang ber-kali-kali ke dokter, melanjutkan proses penyembuhan dalam
sel dengan peralatan medis canggih, dan mengarahkannya sesuai kebutuhan.
Pe-nundaan kecil saja atau satu masalah yang dijumpai selama proses akan
berakibat penyakit menjadi lebih parah.
Bagaimana jika manusia yang harus
membentuk sel-sel ini, mem-buat mereka mengenali musuh dan memproduksi antibodi
yang sesuai, lalu mengajari dan mengatur semua proses yang akan mereka
jalan-kan.... Tak ayal lagi hidup akan menjadi jauh lebih rumit dan sulit
dibandingkan dengan model yang tadi telah dijelaskan. Secara harfiah dapat
dikatakan tidak mungkin.
Allah telah menjauhkan beban ini dari
manusia, menciptakan sis-tem tak bercacat untuk bekerja dengan cara yang sangat
rapi dan independen dari yang pernah terbayangkan. Sama seperti hal lain di alam
semesta, sistem pertahanan kita juga telah mematuhi tujuan penciptaannya untuk
menjadi elemen kehidupan yang kritis dan sangat diperlukan:
“Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah
semestinya langit itu patuh....” (QS. Al Insyiqaaq, 84: 2) !
Toleransi
Pada bab sebelumnya kita telah
membahas cara sistem pertahanan dapat membedakan sel teman dan sel musuh dengan
bantuan reseptor. Akan tetapi rancang bangun sebagian sel musuh hampir sama
persis dengan rancang bangun jaringan tertentu dalam tubuh manusia. Hal ini
dapat menjadi masalah bagi sistem pertahanan, yang mungkin tanpa se-ngaja
menyerang jaringannya sendiri.
Namun demikian, pada keadaan normal,
keadaan seperti tadi tidak pernah terjadi dalam tubuh manusia yang sehat.
Sistem pertahanan tidak pernah menyerang molekul, sel, atau jaringannya
sendiri. Dalam istilah medis, gejala ini disebut sebagai “toleransi”.
Keajaiban ini luar biasa penting.
Tampak jelas sistem pertahanan sangat mampu membedakan masing-masing protein
yang ribuan jum-lahnya. Misalnya, sistem pertahanan harus membedakan antara
hemo-globin yang ditemukan dalam darah dengan insulin yang disekresikan oleh
pankreas dan dari vitreous humour yang mengisi bola mata, dan sesungguhnya,
dari segalanya yang lain dalam tubuh manusia. Sistem pertahanan mengetahui
bahwa sementara dia bertempur tanpa kenal ampun melawan molekul musuh, dia
tidak boleh membahayakan satu pun jaringan milik tubuh.
Selama
bertahun-tahun para peneliti telah berusaha memahami cara sistem pertahanan
belajar menoleransi jaringannya sendiri. Rincian mengenai mengapa limfosit
terpenting, yaitu sel T dan B, tidak menyerang tubuh manusia, baru terungkap
pada dua puluh tahun terakhir. Proses toleransi telah beroperasi sejak manusia
ada, dan hanya sebagian kecil darinya yang telah tersingkapkan oleh manusia
sebagai hasil dari penelitian bertahun-tahun.
Lalu
bagaimana sistem pertahanan ini berkemampuan membeda-kan berbagai struktur
berbeda antara satu dengan lainnya? Dapatkah hal ini dihasilkan dari suatu
kebetulan yang tidak disadari seperti disampai-kan oleh teori evolusi? Tentu
saja mustahil struktur yang terbuat dari atom-atom yang tidak memiliki
kesadaran secara kebetulan memper-oleh kemampuan seleksi seperti ini yang
membutuhkan kesadaran, informasi, dan inteligensia.
Jika
struktur limfosit yang dirancang khusus sehingga memung-kinkannya memilah
secara tepat diselidiki, pahamlah kita bahwa klaim para evolusionis sungguh tak
logis dan tak masuk akal.
Sel
pertahanan yang dikembangkan pada sumsum tulang atau timus akan dibunuh atau
dinonaktifkan jika dia bereaksi terhadap produk tubuh manusia. Limfosit dewasa
menghadapi konsekuensi yang sama kalau dia menyerang produk tubuh sendiri.
Dengan kata lain, seti-ap unsur sistem pertahanan yang mungkin membahayakan
tubuh akan dibunuh atau dipaksa bunuh diri menuruti perintah yang diterimanya.
Akan
tetapi, jika sebuah sel T dihadapkan pada sel tubuh lainnya, dia tidak akan
menyerang melainkan akan menonaktifkan dirinya sendiri. Serupa dengan itu, jika
ada suatu zat dalam tubuh yang membawa sifat antigen tetapi seharusnya tidak
dimusnahkan, maka tubuh manusia tidak menghasilkan antibodi sehingga tidak
menye-rangnya.
Kalau diingat bahwa tubuh kita
mengandung sekitar satu triliun limfosit, kita dapat menghargai disiplin yang
menakjubkan yang dibu-tuhkan untuk menjamin sel-sel ini hanya mengincar sel-sel
musuh saja dan membiarkan sel-sel teman.
Penghalang yang Terlindung
Pada dasarnya, embrio di dalam rahim
seorang ibu seharusnya dianggap sebagai benda asing oleh tubuh manusia,
sehingga begitu terbentuk akan segera dilawan. Sistem pertahanan tidak akan
mem-biarkan “musuh” seperti ini berkembang. Namun nyatanya embrio tidak mudah
diserang seperti yang kita duga. Setelah embrio terbentuk, ia berhasil
berkembang sepenuhnya selama sekitar sembilan bulan, sepenuhnya terlindungi
dari serangan antibodi.
Bagaimana hal ini dapat terlaksana?
Ada penghalang yang mengelilingi
embrio dan khusus diciptakan hanya untuk menyerap nutrisi dalam darah.
Penghalang ini membantu embrio mengambil nutrisi yang diperlukan untuk
perkembangannya, sambil melindunginya dari efek perusakan oleh antibodi. Kalau
tidak, antibodi akan segera menyerang embrio itu (mengira embrio sebagai benda
asing) dan memusnahkannya. Isolasi embrio dari antibodi dengan perlindungan
khusus seperti itu merupakan salah satu contoh paling sempurna dalam penciptaan
rahim seorang ibu.
Mutasi, seleksi alam, ataupun
mekanisme evolusioner lainnya tidak dapat menyertakan penciptaan sangat
sempurna seperti ini dalam dongeng evolusi. Keajaiban penciptaan menunjukkan
buktinya sendiri. Dalam Al Quran Allah berfirman bahwa Dia menempatkan embrio
pada tempat yang aman:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari
air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim),
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al Mursalaat, 77: 20-23) !
Ada saat-saat ketika sel ini gagal
memenuhi fungsinya. Namun demi-kian, tak boleh dilupakan bahwa jika Allah
menghendaki, ini pun tak akan terjadi. Ketidakteraturan seperti itu diciptakan
untuk suatu alasan yang tersembunyi supaya manusia dapat memahami dengan jelas
bahwa kehidupan di dunia ini sementara dan sangat tidak sempurna. Tanpa
keberadaan berbagai penyakit, manusia mungkin akan melupa-kan betapa tak
berdayanya mereka terhadap Allah yang menciptakan mereka. Mungkin mereka gagal
mengingat bahwa bagaimana pun majunya tek-nologi, penemuan-penemuan mereka,
juga kehidupan mereka, semua-nya bergantung kepada kehendak Allah semata.
Mungkin mereka menja-lani hidup seolah-olah akan tetap sehat selamanya,
seolah-olah mereka tak kan menemui kematian dan dipanggil untuk
mempertanggung-jawabkan perbuatannya di hadapan Allah pada Hari Pembalasan.
Mungkin mereka hidup tanpa becermin pada keadaan buruk mereka yang sakit, yang
kehilangan, dan yang teraniaya. Sehingga mereka mungkin tak dapat menghargai
kesehatannya sebagai suatu anugerah Allah dan tak dapat menghargai bahwa
seharusnya mereka hidup de-ngan cara yang paling baik dan produktif. Orang
seperti ini jarang menerima kenyataan seperti yang diuraikan di atas.
Penyakit membuat orang dengan cepat
menerima kenyataan tadi. Saat itulah baru orang mulai memikirkan hal-hal yang
tak pernah terjadi pada mereka sebelumnya: Ketakberdayaan mereka dan
ketakmampuan mereka melawan kekuatan Allah, kenyataan bahwa teknologi, yang
ber-kembang dengan kehendak Allah, hanya dapat bermanfaat atas kehen-dak Allah.
Mereka berpikir tentang orang-orang yang sedang dalam kesulitan, tentang
kematian, dan bahkan tentang keadaan setelah mati. Hanya saat itulah orang
menghargai kesehatannya. Selain itu, mereka yang selama ini menjalani dan
mencurahkan segala keberadaannya un-tuk kehidupan di dunia kini menyaksikan
betapa mereka tidak dapat bergantung padanya. Hal ini membuat mereka menilai
ulang apakah mereka telah cukup berusaha untuk akhirat, tempat tujuan mereka
sebenarnya.
Memang, tempat tinggal kita yang
sebenarnya bukanlah dunia ini, tetapi akhirat. Kehidupan di akhirat tidaklah
dibatasi oleh tahun, juga kualitasnya tidak ditentukan oleh kebutuhan dasar
kita seperti tidur, makan, membersihkan diri, atau faktor negatif seperti
penyakit. Nikmat yang tak berakhir di surga disebutkan pada ayat Al Quran
berikut ini:
“Mereka tidak mendengar sedikit pun
suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh
mereka.” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 102) !
Sayangnya kebanyakan orang tidak
menghargai kesehatannya, tidak memikirkan singkatnya hidup di dunia ini. Hanya
jika jatuh sakit saja mereka berdoa kepada Allah. Namun saat mereka kembali
sehat dan kembali kepada kehidupan sehari-harinya, mereka melupakan segalanya.
Dalam Al Quran, Allah menyinggung karakteristik manusia seperti ini:
“Dan apabila manusia disentuh oleh
suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya,
kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat
daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya.” (QS.
Ar-Ruum, 30: 33) !
Allah, Yang Maha Mengetahui kebenaran
tentang segala sesuatu (Al Khabir), menciptakan ribuan jenis penyakit. Semuanya
tersedia untuk umat manusia. Tak ada jaminan bahwa salah satu dari penyakit
ini, barangkali salah satu yang paling berbahaya, tak akan menyerang kita.
Setiap organ dan sistem ajaib yang ada dalam tubuh kita dimungkinkan mengalami
kerusakan dan gagal untuk beroperasi. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
jika Allah menghendaki, tak satu pun penyakit menyerang kita dan tidak akan ada
masalah di semua organ atau sistem kita. Jelaslah bahwa ada satu pesan yang
dikirimkan kepada umat manusia dalam segala sesuatu yang terjadi, bahwa
kehidupan di dunia ini bersifat sementara....
Picture Text
Komunikasi nan Hebat
1.
Makrofag menangkap organisme musuh dan mengikatkannya kepada
sel T-penolong. Sekresi yang mengaktivasi sel T-penolong (interleukin, IL-1)
juga merangsang otak untuk meningkatkan suhu tubuh. Hal ini menyebabkan pilek,
yang pada gilirannya meningkatkan aktivitas sel kekebalan.
2.
Begitu diaktivasi, sel T penolong memproduksi interleukin 2
(IL-2) yang menyebabkan sel T-penolong lain dan sel T-pembunuh berkembang dan
membelah diri. (BCGF - Faktor Pertumbuhan Sel B)
3.
Ketika jumlah sel B meningkat, sel T-penolong memproduksi
senyawa lain yang memerintahkan sel B untuk berhenti menggandakan diri dan
mulai memproduksi antibodi. (BCDF Faktor Perkembangan Sel B)
3.
Dengan sinyal yang sama, sel T-penolong juga mengaktivasi sel
T-pembunuh.
Kalau manusia diperintahkan untuk
mengatur bahkan hanya sistem sinyal ini saja, kehidupan akan menjadi sangat
sulit bagi mereka.
Peperangan Sel
1. Perang Dimulai
Begitu virus mulai menyerang tubuh,
sebagian akan tertangkap bagian antigennya lewat bantuan makrofag kemudian
dimusnahkan. Sebagian dari jutaan sel T-penolong yang bergerak dalam peredaran
darah memiliki kemampuan untuk “membaca” antigen khusus ini. Sel T khusus ini menjadi
aktif apabila berikatan dengan makrofag.
2. Menggalakkan Penggandaan Sel
Begitu diaktivasi, sel T penolong
mulai membelah diri. Mereka lalu memperingatkan sel T-pem-bunuh dan sel B, yang
lebih sedikit jumlahnya dan sensitif terhadap virus musuh, agar membelah diri.
Ketika jumlah sel B meningkat, sel T-penolong mengiriminya sinyal untuk mulai
mem-produksi antibodi.
3. Mengalahkan Infeksi
Pada poin ini sebagian virus sudah
berhasil berpenetrasi ke dalam sel. Tempat satu-satunya virus dapat membelah diri
adalah sel tubuh. Dengan senyawa kimia yang mereka sekresikan, sel T-penolong
mematikan sel yang ditumpangi virus ini dengan cara melubangi membrannya lalu
membuang elemen di dalamnya. Dengan demikian mereka mencegah virus dalam sel
tersebut berepro-duksi. Dengan menempel langsung di permukaan si virus,
antibodi melum-puhkan virus itu dan mencegahnya menye-rang sel lain. Terakhir,
sel yang terinfeksi dihancurkan dengan bantuan senyawa kimia yang disiapkan
sebelum pertempuran.
4. Pascaperang
Setelah perang dimenangi, dan
penyakit telah dibasmi, sel T penekan menghentikan keseluruhan sistem
penyerbuan. Sel Pengingat dan sel B masih berada dalam aliran darah dan sistem
limfatik agar segera teraktivasi jika nanti bertemu lagi dengan virus dari
jenis yang sama.
Jutaan limfosit beredar di dalam
aliran darah dan mengemban tanggung jawab untuk menghancurkan organisme
berbahaya yang ada dalam tubuh manusia. Pada gambar ini Anda bisa melihat sel
T-pembunuh (jingga) menyerang sel kanker. Sel T itu menghancurkan membran
pelindung pada sel kanker dengan bantuan enzim asamnya dan menghancurkan sel.
Di akhir penyerangan satu-satunya yang bersisa adalah nukleus (inti) sel kanker
yang besar, bundar, hampir telanjang (gambar besar)
Unsur-unsur sistem pertahanan tidak
akan melukai diri sendiri kalau mereka tidak dapat membedakan antara sel teman
dengan sel lawan. Di sini Anda dapat melihat organisme itu menyerang selnya
sendiri seolah-olah mereka itu musuh.
Bukankah Kami menciptakan kamu dari
air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim),
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan.
(QS. Al Mursalaat, 77: 20-23)
Bab 7
musuh sistem
Dalam pengertian secara umum, kanker
dapat dikatakan sebagai pembelahan sel yang tak terkendali. Tanpa memperhatikan
je-nisnya, kanker pada mulanya berkembang pada sel normal dan sehat dan
memiliki karakteristik dasar sel normal ini, setidaknya dalam tahapan
perkembangan awalnya. Namun demikian, sel-sel ini cenderung kehilangan sebagian
kemampuannya. Salah satu kemampuan yang pen-ting adalah kemampuan untuk
bereaksi terhadap pesan-pesan yang diki-rimkan oleh lingkungannya atau oleh
organismenya sendiri, yang meng-atur replikasi sel. Ketika ketakteraturan
seperti ini terjadi, sel tak lagi da-pat mengendalikan replikasinya dan
pertumbuhan jaringan. Proses ini, yang dikenal dengan “pembelahan
berkesinam-bungan” secara genetis ditransfer kepada sel-sel baru, mengakibatkan
penyebaran tumor, yang pada gilirannya menyerang jaringan tetangga-nya. Sel
yang rusak ini memakan nutrisi sel lain, menghabiskan suplai asam amino yang
sangat penting. Sel kanker akhirnya menutup saluran dalam tubuh manusia dengan
volumenya yang terus membesar. Mereka berakumulasi dalam berbagai organ seperti
otak, paru-paru, hati dan ginjal, mengelilingi sel sehat dan normal dalam organ
ini dan menghalangi fungsi normalnya, akhirnya menimbulkan ancaman yang serius
terhadap kehidupan manusia.
Sel normal hanya membelah diri kalau
mereka menerima perintah dari sel tetangganya. Ini termasuk cara pengamanan di
dalam organisme itu. Akan tetapi, sel kanker tidak merespon mekanisme ini dan
menolak setiap pengendalian pada sistem replikasinya. Jenis kanker yang
dijelas-kan sejauh ini tak menyebabkan masalah pada sistem pertahanan. Tubuh
yang kuat dengan sistem pertahanan yang efektif mampu berjuang mela-wan sel
kanker yang berkembang dan bertambah jumlahnya, dan bahkan mengalahkan penyakit
itu. Masalah utama muncul ketika membran sel kanker robek sendiri karena bantuan
enzim (enzim pac-man), dan bercam-pur dalam peredaran darah dengan menembus
cairan limpatik, dan akhirnya mencapai sel dan jaringan yang jauh.
Skenario saat ini cukup negatif. Sel
yang biasanya bekerja secara ko-lektif memberi manusia karunia melihat, mendengar,
bernapas, dan hi-dup, tiba-tiba tumbuh membandel, tidak mematuhi perintah
“berhenti” yang diterima dari sel tetangganya. Saat mereka terus membelah diri,
mereka mengusung proses pengrusakan berkecepatan penuh yang membawa pada
kematian tubuh total.
Jika kita bandingkan tubuh manusia
dengan sebuah negara, dan sistem pertahanan manusia dengan pasukan yang kuat
dan bersenjata lengkap, sel kanker umpama pemberontak negara. Pemberontak ini
semakin hari semakin banyak, terus melakukan perusakan terhadap struktur saat
itu. Akan tetapi pasukan tentara di negara ini sama sekali tidak dapat
ditembus.
Makrofag, prajurit terdepan dari
sistem pertahanan, mengepung mu-suh begitu bertemu dan memusnahkan sel kanker
dengan bantuan pro-tein yang khusus mereka produksi. Selain itu, sel T,
prajurit yang kuat dan cerdas, serta senjata khususnya (antibodi) membunuh sel
kanker yang telah mulai berfusi ke dalam tubuh dan cairan getah bening dengan
merobek membran sel. Perjuangan ini terus berlanjut bahkan walau sel kanker
telah menyebar. Begitu sel kanker terus berkembang, sel perta-hanan membantu
menghalangi kemajuan penyakit, sehingga berkurang.
Salah satu sistem di dalam sel tubuh
manusia yang mencegah penyebaran sel kanker adalah “apoptosis” yang menyebabkan
sel bunuh diri. Apoptosis terjadi kalau DNA sel rusak, atau sel berkembang
menjadi tumor, atau gen P53 yang juga dikenal sebagai “gen pencegah kanker” kurang
efektif. Meskipun apoptosis mungkin terkesan negatif, sebenar-nya peristiwa ini
sangat penting, karena dia merintangi penyimpangan berbahaya dan mencegah
penyakit diturunkan ke generasi berikutnya. Jika dibandingkan, potensi bahaya
yang disebabkan oleh sel kanker bisa merusak sekujur tubuh manusia, sementara
kehilangan satu sel lebih dapat diterima. Sel-sel di dalam tubuh manusia yang
menyadari (!) bahwa ada penyimpangan dalam struktur mereka sendiri yang
meng-ancam tubuh manusia, memulai kematiannya sendiri untuk mem-perpanjang
kehidupan manusia.
Kanker menjadi bentuk yang mengancam
nyawa ketika sel yang rusak ini berkelit dari sistem bunuh diri. Dalam kasus
ini, diaktifkanlah suatu mekanisme pertahanan sekunder untuk mencegah
multiplikasi tak terkendali sel-sel ini. Jika mereka berhasil pula melewati
penghalang ini, tahapan berikutnya yang mereka hadapi adalah “saat krisis”.
Pada tahap ini, sel-sel yang telah berhasil meloloskan diri dari sistem
keamanan sebe-lumnya sekaligus dibunuh semuanya. Akan tetapi, bisa jadi satu di
antara sel-sel ini berhasil mengatasi “krisis”. Sel kanker “pemberontak”
tersebut akan mentransfer sifat pemberontakannya kepada turunannya, yang akan
bermultiplikasi dalam jumlah besar. Sekarang pasien kanker harus melawan dengan
usaha yang intensif.
Apakah hanya sifat tak terkendalikan,
merdeka, dan terus-menerus membelah diri yang membawa sel kanker pada
kemenangan? Ada alasan lainnya di balik kesuksesan ini.
Sel membawa sejenis sistem penanda di
permukaannya yang me-nentukan posisi mereka dalam tubuh. Tanda ini dapat dibaca
oleh sel lain sehingga membantu sel saling mengenali secara tepat tempat mereka
masing-masing dan mencegahnya supaya tidak menempati tempat sel lain. Sistem
ini menjamin integritas jaringan. Karena mengetahui posisi mereka, sel tak akan
pergi ke tempat lain, atau membiarkan sel lain me-nempati tempatnya, sehingga
akan menjamin pemeliharaan tubuh supaya tetap dalam keadaan sehat. Sel yang tak
memiliki tempat tertentu atau berada di tempat yang tidak semestinya akhirnya
akan bunuh diri. Namun demikian, dengan adanya sistem penanda ini, proses bunuh
diri sepenuhnya dihilangkan, karena sel tak diizinkan untuk tidak memiliki
tempat atau menempati tempat yang tak sesuai. Proses ini tidaklah sesederhana
dugaan kita. Supaya sistem tetap berfungsi efektif, setiap sel harus mengenali
posisi dirinya sendiri selain menghormati posisi sel lain, dan berhati-hati
untuk tidak menduduki tempat sel lain. Prosedur ini diajarkan kepada mereka
melalui berbagai molekul mediator yang memungkinkan sel menjaga tempat mereka
masing-masing. Akan tetapi, terkadang ada juga kejadian saat molekul mediator
ini absen atau tak dapat memenuhi tugasnya. Keadaan ini menguntungkan sel
kanker. Saat molekul penghalang tidak ada di sekitarnya, sel kanker menyebar
lebih cepat. Di samping itu, sel kanker tak perlu menancapkan dirinya pada satu
tempat tertentu. Mereka merusak aturan dengan hidup bebas tanpa menetap di
suatu tempat.
Sel yang mendapat pengecualian untuk
tidak memiliki tempat tetap adalah eritrosit. Mereka menembus membran sel dan
jaringan lain serta merobek rintangan dengan bantuan enzim khusus yang disebut
“metallo-proteinase”. Jadi mereka dapat sekehendaknya mengunjungi bagian ma-na
saja dalam tubuh manusia. Sel pertahanan menggunakan enzim ini untuk menggapai
sel musuh, sementara sel kanker menggunakannya untuk tujuan berbeda sama
sekali. Tujuan utama sel kanker adalah untuk menyerang sel-sel yang sehat dan
mendudukinya.
Keahlian sel kanker tak dibatasi oleh
tujuan penyerangan saja; mere-ka juga mampu memainkan “permainan” lain melawan
sel-sel pertahan-an. Mungkin kedengarannya ganjil, kita bukan sedang
mem-bicarakan aktor berbakat melainkan tentang sel kanker, yang bermain-main
mela-wan musuhnya. Sebelum mencoba menjelaskan permainan yang benar-benar
cerdas ini, mari kita meninjau ulang apa yang sudah dijelaskan sejauh ini.
Bukankah luar biasa bahwa pasukan
pertahanan kita membuat peng-halang progresif untuk melawan musuh? Organisasi
yang kita sebut se-bagai “pasukan” ini, terdiri atas sel-sel yang hanya dapat
dilihat di bawah mikroskop elektron canggih. Kemampuan mereka untuk melindungi
dan menjaga tempatnya, kesediaan mereka untuk mempertaruhkan hidup-nya sendiri
demi menyelamatkan kehidupan tubuh manusia yang memi-likinya, komitmen mereka
yang kuat dalam meneruskan usahanya, bukanlah merupakan hasil dari suatu
kebetulan. Tak dapat diragukan lagi, pada sel pertahanan kita bisa melihat
suatu bentuk fungsi yang sangat sadar dan terorganisasi dengan baik.
Apakah yang akan terjadi jika misi
sulit ini diserahkan kepada satu triliun manusia berpendidikan tinggi? Akankah
tingkat keberhasilan-nya sama-sama mengesankan? Apakah mungkin mereka membuat
khalayak ramai mengikuti keinginan mereka meskipun ada kewajiban serta aturan
disiplin yang ketat? Jika sebagian anggotanya lupa rumus antibodi yang harus
dibuatnya, atau enggan memproduksinya, atau menolak bunuh diri saat diperlukan,
akankah semua tahapan ini berfungsi dengan ter-atur? Akankah perjuangannya
berbuahkan kemenangan? Dapatkah pa-sukan yang beranggotakan miliaran orang
melanjutkan usaha tanpa kesalahan? Adakah komandan atau manajer terampil yang
mau melak-sanakan tanggung jawab mengendalikan miliaran orang ini? Betapapun,
sel pertahanan kita tak memerlukan komandan atau manajer. Sistem mereka
beroperasi dengan cara yang sangat teratur, tanpa suatu pengha-lang atau
kesulitan. Tak ada anarki atau kerancuan selama proses. Hanya ada satu penyebab
di balik kesempurnaan dan fungsi yang sangat efektif ini: Allah. Dia-lah yang
membangun sistem ini sampai ke rincian terkecil, dan mengilhami unsur-unsur
sistem ini untuk memenuhi tanggung jawab mereka. Pada ayat ke-5 surat
As-Sajadah dinyatakan: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi.” Sesuai dengan
aturan ini, sel pertahanan meneruskan usahanya tanpa istirahat ataupun merasa
terpaksa dengan wahyu yang diberikan oleh Allah kepada mereka ini.
Permainan
Sel Kanker
Jangan lupa, sel kanker awalnya
adalah sel tubuh yang membawa karakter molekuler manusia. Akibatnya, sel
pertahanan sulit mengenali sel kanker. Lebih jauh lagi, sel kanker berhasil
menang dari sebagian anti-bodi dengan suatu cara yang sampai saat ini belum
diketahui.
Seperti telah kita sebutkan, antibodi
merupakan sejenis protein yang menghentikan aktivitas sel musuh. Akan tetapi,
entah kenapa, pada sel kanker efek yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya
berhenti, aktivitas sel kanker malah meningkat, penyebaran tumor semakin cepat
dan kuat.
Antibodi, yang mengikatkan diri ke
permukaan sel kanker, dapat dikatakan “bekerja sama” dengan sel kanker.
Antibodi lainnya tidak akan menyentuh sel kanker yang telah ditempeli antibodi.
Jadi sel kanker tersamar sempurna.
Kolaborasi antara antibodi dengan sel
kanker bahkan dapat men-capai dimensi yang lebih luas. Ada juga kejadian sel
kanker bergabung dengan antibodi untuk membentuk ”sel T penekan palsu”. Sel T
penekan palsu ini memberi informasi yang salah kepada antibodi dengan
meman-carkan pesan “tak ada bahaya”. Situasi yang lebih mengancam terjadi
apabila sel kanker berkembang menjadi “sel T penolong palsu”, bukan sel T
penekan palsu. Dalam keadaan seperti ini, pesannya dikirimkan ke lebih banyak
antibodi. Lingkungan seperti inilah yang paling nyaman bagi sel kanker.
Selain itu, sel kanker kadang dapat
menyebar-kan “perangkap anti-gen” untuk melindungi diri mereka dari
kemung-kinan diserang sistem pertahanan. Tumor ini me-nyebarkan sejumlah besar
antigen dari permuka-anya sehingga aliran darah terbanjiri olehnya. Betapapun,
antigen ini palsu dan tak membahaya-kan tubuh manusia. Namun demikian, antibodi
tak mengetahui hal ini dan mereka tanpa penundaan merespon dengan memeranginya.
Selama hiruk-pikuk ini, sel kanker yang sebenarnya dan berbahaya terus bekerja,
tanpa gangguan dan tanpa diketahui oleh musuhnya.
Musuh yang
Cerdas: AIDS
Pada bab-bab sebelumnya kita
mendiskusikan virus, dan menjelaskan peranan pentingnya dalam kehidupan
manusia. Di antara virus-virus ini, yang paling berbahaya adalah “virus HIV”
yang telah menyibukkan para peneliti untuk waktu yang lama dan mungkin akan
terus begitu sampai beberapa waktu yang akan datang. Tak seperti virus lainnya,
mikroorganisme ini benar-benar menonaktifkan sistem pertahanan. Mustahil bagi
manusia untuk hidup dengan sistem pertahanan yang tak berfungsi.
Virus HIV menimbulkan kerusakan yang
tak dapat diperbaiki pada tubuh manusia dengan menyebabkan runtuhnya sistem
pertahanan. Keadaan ini membuat manusia sangat mudah diserang oleh segala jenis
penyakit, yang akhirnya menyebabkan berbagai kondisi fatal. Virus ini telah
menyibukkan para peneliti selama bertahun-tahun, menimbulkan keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Jurnal Bilim ve Teknik (Sains dan Teknik), yang diterbitkan
pada Agustus 1993 menyatakan:
Semakin banyak yang kita pelajari,
semakin kita tak yakin.” Pernyataan ini merupakan jawaban yang paling sering
diberikan terhadap survei publik yang dilakukan pada 150 peneliti paling
terkemuka di dunia, yang mempelajari AIDS. Ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah
mingguan Science. Tak seorang pun yang dapat memberikan penilaian pasti
berdasarkan tesis yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Pandangan yang
tadinya dianggap mutlak benar sekarang disingkirkan setelah diketahui bahwa
semuanya didasarkan pada alasan yang goyah. Tak dapat disangkal, hasil akhirnya
adalah bahwa meskipun telah cukup lama dikembangkan teori tentang AIDS dan
penyebab efektifnya, virus HIV sekali lagi dikaji ulang dan validitasnya masih
dipertanyakan.11
Dengan berlalunya waktu, permasalahan
bukannya mereda, malah menjadi lebih intensif. Sampai saat ini masih terdapat
pertanyaan yang tak dapat dijawab, dan adanya penemuan baru hanya menambah
jumlah pertanyaan yang tak terjawab ini. AIDS masih tetap merupakan misteri
bagi umat manusia.
Salah satu fakta terpenting mengenai
virus HIV adalah bahwa ia hanya memasuki sebagian, tidak seluruh, sel tubuh
manusia. Target utamanya adalah sel T penolong, yang merupakan elemen paling
efektif pada sistem pertahanan. Ini penting sekali. Di antara berbagai jenis
sel, virus memilih sel sistem pertahanan yang paling menguntungkan baginya dan
hal ini menyebabkan perusakan tubuh manusia.
Ketika sel T, elemen vital dari
sistem pertahanan tertangkap, sistem pertahanan kekurangan tim pemikirnya, dan
tak lagi mampu mengenali musuh. Ini umpama taktik peperangan yang cerdas.
Pasukan tanpa komunikasi yang efektif dan tanpa sistem inteligensia dapat
dikatakan telah kehilangan kekuatan utamanya.
Lebih jauh dari itu, antibodi yang
diproduksi oleh tubuh manusia tak membahayakan virus AIDS. Memang pasien AIDS
terus memproduksi antibodi, tetapi tak lagi efektif tanpa adanya sel T.
Satu pertanyaan yang tak terjawab
adalah: Bagaimanakah virus HIV tahu persis target mana yang harus difokuskan?
Begitu memasuki tubuh manusia, menjelang ia bisa paham bahwa sel T merupakan
“otak” sistem pertahanan, virus AIDS akan segera dimusnahkan oleh sistem yang
ada. Bagaimananpun, tidaklah mungkin bagi virus AIDS untuk melakukan
penyelidikan intelijen sebelum memasuki tubuh manusia. Lalu bagai-manakah virus
AIDS mengembangkan strategi-nya?
Ini baru salah satu dari keterampilan
me-nakjubkan yang dikuasai oleh virus AIDS.
Pada tahap kedua, virus harus
mengikat-kan dirinya kepada sel lain yang sudah ditetap-kannya menjadi target.
Prosedur ini sama seka-li tak sulit bagi virus AIDS. Nyatanya dia ber-ikatan
dengan sel ini seperti kunci dengan lubangnya.
Pada tahap ketiga, virus HIV
melakukan se-rangkaian proses menakjubkan yang akan men-jaminnya berumur
panjang.
Virus HIV adalah retrovirus. Artinya,
gen-nya hanya mengandung RNA, tanpa DNA. Tetapi sebuah retrovirus memerlukan
DNA supaya tetap hidup. Untuk menyediakan DNA, dia membuat jalan lain dengan
metode yang sangat menarik: Ia menggunakan asam nukleat dari sel tuan rumah dan
mengon-versikan RNA-nya menjadi DNA dengan bantuan sebuah enzim yang disebut
“reverse transcriptase”, yang berarti ia akan membalik prosesnya. Lalu ia
menempatkan DNA ini pada DNA yang ditemukan di inti sel tuan rumahnya. Bahan
warisan virus sekarang menjadi bahan warisan sel T. Ketika sel ini membelah
diri, demikian pula virus HIV. Sel mulai bekerja sebagai pabrik bagi virus.
Tetapi menduduki satu sel saja tidak memuaskan bagi virus HIV. Ia akhirnya akan
mencoba untuk mengalahkan seluruh tubuh.
Lalu datanglah tahap keempat. Virus
HIV awal dan replikanya ingin meninggalkan sel tuan rumah mereka dan menduduki
sel lain serta memfasilitasi proses proliferasi. Mereka tidak perlu bekerja
keras dalam melakukan hal ini. Segalanya berjalan dengan kecepatan alamiah.
Mem-bran sel T yang telah diduduki tidak kuat menanggung tekanan dari proses
multiplikasi sehingga ia bolong-bolong, memungkinkan virus HIV untuk keluar
dari sel untuk mencari sel tuan rumah lainnya. Setelah virus HIV bertambah
jumlahnya, dia juga membunuh sel T tuan rumahnya.
Virus HIV yang sukses sekarang telah
sepenuhnya mengalahkan tubuh manusia. Kecuali manusia berhasil menemukan obat
yang efektif untuk mengalahkan virus ini, ia akan tetap di sana. Semuanya
bergantung kepada kemauan virus HIV, akan terus tidur selama bertahun-tahun
atau segera menyerang tubuh manusia.
Mengapa Belum Ditemukan Solusinya?
Setelah memasuki tubuh manusia, virus
HIV dapat memproduksi sepuluh miliar virus sehari. Jumlah virus yang sangat
banyak ini tak dapat diatasi, meskipun dengan kemajuan teknologi yang ada
sekarang. Virus HIV tak dapat dianggap sebagai struktur sederhana. Apa yang
kita hadapi ini adalah sebuah mikroorganisme yang demikian maju dan cerdas,
sehingga ia dapat menggandakan jutaan dirinya, dan berencana mengalahkan sel
tuan rumahnya, dan mampu menyebabkan kematian pada tubuh manusia yang besar.
Selain kemampuan di atas, virus HIV
juga mampu mengubah diri-nya ke berbagai bentuk dalam upaya mencegah dirinya
tertangkap oleh sistem pertahanan. Hal ini membuat virus HIV sampai saat ini
kebal terhadap efek pengobatan yang ditujukan padanya. Obat modern telah
menyerang virus dengan berbagai variasi pengobatan pada saat yang sama dan
jarang berhasil dalam menangani resistansi virus. Meskipun sebagian virus telah
dibasmi, hasil positifnya hanyalah berupa perpan-jangan hidup pasien dengan
waktu yang terbatas.
Merupakan hal yang sangat menarik
bagaimana virus HIV dapat meregenerasi dirinya ketika dihadapkan pada bahaya
pembasmian. Para ilmuwan dibuat tak berdaya dengan adanya taktik yang begitu
lihai.
Bukan hanya itu taktik rumit yang
dipakai virus HIV. Sel T penolong yang berenang bersama dalam aliran darah,
saling mengunci satu sama lain seperti retsleting. HIV melompat dari satu sel T
ke sel T lainnya untuk menghindari kontak dengan antibodi dalam aliran darah.
Semua ini dilakukan oleh sebuah virus, yang hanya berukuran satu mikron, tak
memiliki DNA, dan bahkan tak dapat dikelompokkan sebagai makhluk hidup.
Kehebatan virus HIV untuk mengenali tubuh manusia dengan baik, mengembangkan
sistem maju untuk mengatasi tubuh manusia, melaksanakan strategi tertentu yang
dibutuhkan tanpa ada kesalahan, dan terus-menerus memperbaiki dirinya agar
terlindung dari segala jenis senjata yang dipakai oleh tubuh, benar-benar
menakjubkan. Hal ini merupakan contoh yang sangat baik mengenai betapa tak
berdayanya manusia dalam kehadiran virus yang sangat kecil, yang tak dapat
dilihat oleh mata telanjang.
Picture Text
Peperangan antara sel kanker (merah
jambu) dan limfosit (kuning).
Jika diperlukan, dengan penuh
disiplin sel akan bunuh diri.
Proses sel sehat berubah menjadi sel
kanker. Sel normal seperti yang tampak di sebelah kiri me-lakukan bunuh diri
atau berubah menjadi sel kanker karena mengalami berbagai mutasi genetis.
Sel T-pembunuh sedang menyerang sel
kanker.
Sel kanker tidak bertindak sendiri.
Ada banyak sel yang berkomunikasi dan bekerja sama dengannya. (Bawah kanan: sel
kanker payudara, atas: sel kanker kulit)
Gambar di atas adalah sel nodus limfa
yang sehat.
Gambar di bawah memperlihatkan nodus
limfa yang rusak oleh virus AIDS.
Virus AIDS (jingga) berusaha memasuki
sel T dengan merobek membrannya.
Sebelum berpindah menginfeksi sel
lain, sepotong kecil virus HIV (biru) menggandakan diri dalam sel pertahanan.
Meskipun pada awalnya sel pertahanan mampu menangai virus HIV, si virus
akhirnya mengambil alih. Penyebab munculnya fenomena ini masih tidak jelas.
Sel T sehat. (kiri)
Sel T yang telah dirusak oleh musuh
(virus AIDS) dan kini memiliki profil
bundar dan lumah (kanan). Citra ini
diperbesar lebih dari 3.000 kali.
Kendati tidak terinfeksi, sel T pada
pasien AIDS mati setelah melalui semua tahapan apoptosis. Menyiapkan respon
kekebalan melawan virus penyerang, sel T-penolong memperbanyak diri. Sel T ini
akan mati dalam beberapa hari setelah menjalankan fungsinya. Akan tetapi,
banyak sel T sehat pada pasien AIDS melakukan bunuh diri sebelum berusaha
melawan infeksi. Pertama-tama sel itu mengerut dan menjauh dari tetangganya
(kanan atas). Lalu muncul gelembung di permukaan (membuat sel itu seakan-akan
mendidih), dan kromatin (kompleks DNA inti sel dengan protein) memadat di ujung
nukleus (inti sel). Tidak lama, nukleus lalu sel itu sendiri pecah, dan fragmen
pecahan sel segera ditelan oleh sel lain di sekitarnya.
Bab
8
Sistem Pertahanan Tak
Mungkin Terbentuk Secara Evolusi
Menurut pernyataan para ilmuwan,
sistem pertahanan memiliki “kekompleksan yang tak tereduksi”. Istilah ini
merujuk kepa-da sistem utuh yang terdiri atas beberapa bagian yang berin-teraksi
dan berpadanan, dan berkontribusi kepada fungsi dasar. Peng-hilangan salah satu
bagian akan menghentikan fungsi efektif. Sebagai perumpamaan, kita tengok
peralatan yang diperlukan untuk mengirim selembar faks:
- Alat
faksimili
- Saluran
telepon
- Kabel
- Kertas
Jika salah satu dari bagian ini tidak
ada, kita tak bisa mengirim faks. Tak satu pun dari daftar di atas yang boleh
hilang. Di samping itu semuanya harus memenuhi spesifikasi yang tepat. Misalnya
panjang kabel harus cukup agar steker mencapai stopkontak, kalau tidak, kabel
ini jadi tidak berguna. Demikian pula, meskipun semua elemen sistem pertahanan
memenuhi fungsinya dengan sempurna, jika ada beberapa komponen yang tak
berfungsi, tubuh akan kalah perang. Andai glanular kecil yang ada di dalam sel
T tidak berfungsi dengan baik, mereka tidak akan dapat menyimpan zat racun,
sehingga tak ada racun untuk disuntikkan kepada musuh, dan tubuh lagi-lagi akan
kalah perang. Jadi, kalau dalam satu sistem musuh akhirnya tak dapat dibunuh,
fungsi-fungsi penting seperti pembentukan sel prajurit, pelatihannya,
pemancaran sinyal yang diperlukan ke lokasi yang sesuai pada waktu yang tepat
oleh sel, dan ribuan kombinasi yang dibutuhkan oleh gen untuk memproduksi
antibodi, atau penyimpanan jutaan informasi dalam sel pengingat, kesemuanya
tiada guna. Sistem itu tidak akan berjalan. Serupa dengan itu, walau banyak dan
berbagai fungsi tubuh dengan kompleksitas yang tak tereduksi, juga tidak akan
berguna kalau sistem pertahanan tiada. Jika sistem pertahanan tidak ada atau
gagal beroperasi semestinya, tak ada manusia yang dapat bertahan hidup.
Lalu bagaimana penjelasan para
evolusionis mengenai pembentuk-an sistem yang demikian kompleks dan vital ini?
Sebenarnya mereka tidak punya jawaban yang dapat menjelaskan hal ini.
Satu-satunya pernyataan mereka didasarkan pada pandangan bahwa sistem
pertahan-an telah berkembang melalui proses evolusioner yang bertahap. Mereka
bersikukuh bahwa mekanisme yang menyebabkan pengembangan yang bertahap ini
adalah “seleksi alam” dan “mutasi”.
Akan tetapi mustahil modifikasi
ringan, berurutan, dan secara tak sengaja, seperti yang disarankan oleh teori
evolusi, akan menghasilkan sistem yang begitu kompleks. Seperti ditekankan
sebelumnya, sistem ke-kebalan akan tak bermanfaat kecuali semua elemennya yang
utuh. Sekali lagi, sistem pertahanan yang tak berfungsi akan menyebabkan
manusia mati dalam waktu singkat.
Poin kedua dalam argumen evolusionis
adalah proses “seleksi alam”. Proses “seleksi alam” merujuk kepada transfer
kualitas yang meng-untungkan pada generasi berikutnya.
Ada suatu konsensus di antara ilmuwan
bahwa konsep mengenai mekanisme seperti ini jauh dari memuaskan dalam
menjelaskan sistem yang kompleks. Seorang ahli biokimia Amerika yang terkenal,
Michael J. Behe, mengeluarkan pernyataan mengenai seleksi alam dalam bukunya
“Darwin's Black Box”:
Suatu sistem biologis kompleks yang
tak dapat direduksi, kalau memang ada, akan menjadi tantangan besar bagi
evolusi Darwin. Karena seleksi alam hanya dapat memilih sistem yang sudah
berjalan, maka jika suatu sistem biologis tidak dapat diproduksi secara
bertahap berarti pastilah ia muncul langsung sekaligus sebagai satuan yang
terintegrasi. Itulah yang menjadi landasan reaksi seleksi alam.12
Pencetus teori evolusi, Charles
Darwin, serta banyak ilmuwan kon-temporer lainnya, mengakui bahwa mekanisme
yang diumpamakan dalam seleksi alam tak memiliki kekuatan evolusioner. Charles
Darwin mengatakan:
Semua kesulitan dan sanggahan ini
dapat dikelompokkan ke dalam: ... Percayakah kita bahwa seleksi alam, pada satu
sisi, dapat menghasilkan organ yang kurang penting seperti ekor jerapah yang
berfungsi sebagai pengusir lalat, dan di sisi lain, organ yang begitu hebat
seperti mata?13
Salah satu evolusionis terkemuka masa
kini, profesor di bidang geologi dan paleoantroplogi, Dr. Stephan Jay Gould
menyatakan bahwa seleksi alam tidak memiliki kekuatan evolusioner:
Bagaimana kita mendapatkan sesuatu
yang begitu rumit dari ketiadaan, padahal evolusi harus melalui urutan tahapan
antara yang panjang, dan masing-masingnya disokong oleh seleksi alam? Kita tak
dapat terbang dengan 2% sayap atau memperoleh perlindungan dari bagian tumbuhan
yang berpotensi menyembunyikan hanya dengan sangat sedikit kemiripan. Dengan
kata lain, bagaimana seleksi alam dapat menjelaskan tentang tahapan struktur
yang baru terbentuk ini, yang hanya dapat digunakan (seperti yang kita amati
sekarang) dalam bentuk yang jauh lebih rumit? Mivart mengidentifikasi masalah
ini sebagai masalah utama dan hingga kini masih demikian..14
Dapatkah keberadaan sistem yang
begitu kompleks dijelaskan, seba-gaimana disarankan oleh Neo-Darwinis, dalam
istilah “mutasi”? Apa memang mungkin, suatu sistem yang luar biasa hebat
terbentuk dari mutasi berurutan?
Seperti kita ketahui, mutasi adalah
dekomposisi dan kerusakan yang terjadi pada kode genetik makhluk hidup yang
disebabkan oleh berbagai faktor eksternal. Semua mutasi merusak informasi
genetik yang terpro-gram pada DNA makhluk hidup, tanpa menambahkan informasi
genetik baru padanya. Jadi mutasi tak memiliki tugas pengembangan atau
evolu-sioner apa pun. Sekarang banyak evolusionis yang menerima kenyataan ini,
meskipun dengan enggan.
Salah satu evolusionis, John Endler,
seorang ahli genetika dari Universitas California, berkomentar:
Meskipun telah banyak yang diketahui
tentang mutasi, hal ini masih merupakan “kotak hitam” berkenaan dengan evolusi.
Fungsi biokimia baru nampaknya jarang dalam evolusi, dan dasar dari
permulaannya sebenarnya tidak diketahui.15
Seorang ahli biologi Prancis
terkenal, Pierre P. Grassé, juga menya-takan bahwa jumlah mutasi tidak akan
mengubah hasil:
Sebanyak apa pun, mutasi tak akan
menghasilkan evolusi.16
Jelaslah bahwa sifat luar biasa dan
kemampuan yang sangat rumit dari sel yang sangat kecil ini tidak dapat
dijelaskan sebagai hanya kebe-tulan atau mutasi. Di sinilah kekeliruan
evolusionis. Dan pemikiran ini sepenuhnya bertentangan dengan sains dan logika.
Inteligensia manusia yang paling tinggi memudar menjadi sesuatu yang tidak
berarti jika dibandingkan dengan inteligensia yang ditunjukkan oleh sel-sel.
Ada ribuan penampakan inteligensia
yang luar biasa semacam ini pada makhluk hidup, yang tak dapat dijelaskan oleh
teori evolusi. Berhadapan dengan hal demikian, banyak ilmuwan yang tadinya
sudah bimbang, semakin hari semakin kehilangan keyakinannya terhadap teori
evolusi. Dalam setiap kesempatan mereka menyatakan ketidak-puasannya.
Kebanyakan peneliti sangat menyadari
bahwa pernyataan evolusi-onis tak lebih dari sekadar penghibur dan penghias
etalase. Klaus Dose, seorang peneliti terkemuka di bidang biologi molekuler
menyatakan:
Percobaan selama lebih dari 30 tahun
di bidang kimia dan evolusi molekuler mengenai asal mula kehidupan telah membawa
pada persepsi yang lebih baik mengenai besarnya masalah asal mula kehidupan di
bumi, bukan mengenai pemecahannya. Dewasa ini semua diskusi mengenai teori
dasar dan eks-perimen dalam bidang ini hanya berakhir dengan kebuntuan atau
pengakuan akan ketaktahuan.17
Bahkan Darwin, pencetus teori
evolusi, mengalami ketidakyakinan yang sama sekitar 150 tahun yang lalu:
Kalau saya pikirkan tentang
orang-orang yang mempelajari suatu bidang selama bertahun-tahun, lalu
meyakinkan dirinya sendiri mengenai kebe-naran dari doktrinnya yang terbodoh,
kadang-kadang saya merasa sedikit takut, jangan-jangan saya termasuk salah satu
monomaniak ini.18
Jelaslah bahwa semua sistem ini,
seperti juga segala sesuatu yang lain di alam semesta, berada di bawah
pengendalian Allah Yang Mahabesar, Yang Mahakuasa, dan Maha Mengetahui.
Ketakmampuan manusia un-tuk memecahkan semua misteri ini merupakan pertanda
pasti bahwa ma-salah ini berada di luar jangkauan manusia dan merupakan hasil
dari kebijaksanaan yang sangat agung, yaitu kebijaksanaan Allah.
Jawaban akan pertanyaan yang telah
diperdebatkan dan di-rundingkan oleh umat manusia selama berabad-abad, tanpa
mampu mencapai kesimpulan logis, ternyata sangat sederhana. Jawabannya bukan
pada kebetulan, bukan pula pada seleksi alam atau mutasi. Tak satu pun dari
semua ini mampu membentuk kehidupan atau memelihara keberlangsungannya.
Al Quran memberi jawaban kepada semua
pertanyaan ini 1400 tahun yang lalu. Sel tubuh kita, begitu juga semua yang ada
di alam semesta, tunduk kepada kehendak Allah, Penguasa alam semesta:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan la-ngit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di
atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raaf, 7: 54) !
kesimpulan
Dalam buku ini, dijelaskan
aspek-aspek yang belum begitu diketa-hui mengenai pasukan di dalam tubuh, yaitu
sistem pertahanan kita. Dengan sengaja kita tidak menekankan perhatian pada
perincian rumit pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh sel pertahanan, melainkan
pada “cara” sistem ini bekerja. Kita mencari jawaban untuk pertanyaan:
“Bagaimanakah sel-sel pertahanan yang begitu kecil dan ha-nya dapat dilihat
melalui mikroskop elektron bisa menghasilkan sistem yang begitu rumit?” Kita
masuk lebih jauh dan mengamati awal terben-tuknya sel pembangun sistem
kekebalan ini.
Semua sel sistem imun, atau sistem
kekebalan, pada awalnya adalah sel normal, yang melalui tahapan pelatihan yang
berbeda dan diakhiri dengan suatu “ujian kecakapan”. Hanya sel yang mampu mengenali
sel musuh dan tidak mengalami konflik dengan sel tubuh normal yang diizinkan
hidup. Bagaimana dan kapan sel pertama dikembangkan dan siapa yang melakukan
“ujian kecakapan” pertama? Siapa yang mengajari sel apa yang harus
dilakukannya?
Jelas kita tidak bisa berharap sel
dan organ terkait berunding dengan bebas satu sama lainnya, bekerja dengan
kesepakatan penuh, membuat rencana, dan melaksanakan rencana itu dengan
efisien. Jangan lupa yang kita bicarakan adalah pelbagai organ tubuh dan satu
triliun sel. Tak ter-bayangkan jika satu triliun orang dapat diatur dengan
begitu sempurna dan dapat memenuhi tugas mereka tanpa ada sesuatu yang
terlewat, ter-lupakan, membingungkan, atau menyebabkan kekacauan dalam
melak-sanakan pertahanan seperti ini, yang merupakan tugas super sulit.
Ada suatu kenyataan pasti, kenyataan
yang harus diterima, yaitu bahwa sel seperti juga segala sesuatu di alam
semesta tanpa kekecualian, dari yang terkecil sampai yang terbesar telah
diciptakan khusus oleh Allah yang memiliki kekuasaan, pengetahuan, dan
kebijaksanaan tak terbatas.
“... Dia menciptakan segala sesuatu;
dan Dia mengetahui segala se-suatu.” (QS. Al An’aam, 6: 101) !
Kenyataan yang dengan sendirinya
memberi bukti ini telah di-ungkapkan dalam buku ini, sekali lagi agar semuanya
dapat melihat.
Kita katakan bahwa janin di rahim
ibunya melengkapi komponen sistem pertahanan yang belum dipunyainya dengan
bantuan antibodi yang diterima dari ibunya. Akan tetapi, jika peluang itu tidak
ada, atau jika defisiensi berlanjut sampai setelah kelahiran, bayi tersebut tak
mung-kin dapat hidup. Seperti yang telah ditekankan berulang-ulang, meng-ingat
manusia dan begitu banyak bentuk kehidupan lainnya tetap ada sampai sekarang,
berarti sistem pertahanan telah ada sejak awal kehi-dupan dalam bentuk lengkap
dan fungsi sempurna. Jelas ini tak mungkin muncul secara bertahap. Adalah
mustahil jika sistem yang sangat kom-pleks dan terdiri atas komponen, sel,
serta elemen yang saling terhubung dan saling bergantung ini terbentuk melalui
peristiwa kebetulan ringan selama periode jutaan tahun.
Namun, ada orang-orang yang
berpendapat bahwa segala sesuatu terbentuk melalui peristiwa kebetulan dan
tidak mengakui bahwa Sang Pencipta telah menciptakan alam semesta secara
keseluruhan. Padahal dia menyadari satu atau lebih sistem ajaib di antara
banyak sistem lain terus-menerus bekerja dalam tubuhnya. Mereka juga tidak
mengetahui bahwa karakter seperti itu telah didefinisikan dengan jelas dalam Al
Quran sekitar 1.400 tahun yang lalu. Allah telah berfirman dalam Al Quran bahwa
orang seperti itu tak dapat memahami kenyataan yang jelas dan terbuka karena
kekurangan mereka dalam hal persepsi dan pemahaman:
“... Mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergu-nakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah)...” (QS. Al A’raaf , 7: 179) !
Allah juga telah berfirman bahwa
mereka sebenarnya menyadari akan keadaan ini:
“Mereka berkata: “Hati kami berada
dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga
kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding ...” (QS. Al
Fush-shilaat, 41: 5) !
Kelompok kufur lainnya memang melihat
kenyataan yang ditunjuk-kan, tetapi tetap menyembunyikan kebenaran dari apa
yang mereka telah lihat. Inilah alasan satu-satunya bagi banyak sekali teori
yang berhbungan dengan teori evolusi. Saat mereka menerima keberadaan dan
keagungan Allah, mereka harus berserah diri kepada kehendak-Nya. Ini berat
sekali bagi orang-orang yang sombong. Al Quran menyoroti buruknya keadaan orang
yang sombong dan ingkar terhadap Allah:
“Dan mereka mengingkarinya karena
kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini
(kebenaran)-nya....” (QS. An-Naml, 27: 14) !
Ada pula orang yang, demi menyangkal
keberadaan Allah, berusaha untuk membenarkan kesalahan evolusi dengan berbagai
teori yang jauh dari landasan logis dan ilmiah. Sedemikian ngototnya sampai
mereka mempertahankan pandangannya dengan contoh yang sangat bodoh, mengklaim
bahwa sistem yang sedemikian kompleks dan canggih, se-perti sistem kekebalan
berkembang secara bertahap dari satu antibodi tunggal.
Para ilmuwan yang menyadari situasi
mereka, mulai menjauhkan diri dari pengaitan evolusioner, menyadari bahwa
penjelasan seperti itu memalukan.
Sekelompok ilmuwan lainnya menerima
teori evolusi, bukan karena menganggap teori ini tepat dan mereka meyakininya,
tetapi karena tak ada teori lain yang mendukung penyangkalan mereka terhadap
keber-adaan Allah.
Bagaimanapun, tak ada suatu keharusan
untuk menerima dan meng-ikuti teori tertentu. Ketika orang ingin tahu mengenai
penciptaan alam semesta dan isinya, akan cukuplah bagi mereka untuk menilai
kebenaran yang telah terbukti secara objektif dan dengan pikiran bebas.
Sebagaimana yang terus-menerus ditekankan
dalam buku ini, tak ada secarik bukti yang didasarkan pada pemeriksaan,
eksperimen, atau pengamatan yang dapat mendukung klaim teori evolusi. Disiplin
ilmu seperti biologi, biokimia, mikrobiologi, genetika, palaentologi, dan
ana-tomi telah menjelaskan bahwa teori evolusi merupakan hipotesis imajiner
mengenai kejadian yang tak pernah terjadi dan tak kan pernah terjadi.
Sekarang, semua riset yang dilakukan
di berbagai bidang ilmu me-nunjukkan bahwa semua makhluk hidup dan benda mati
di bumi dan di langit telah diciptakan oleh Sang Pencipta Yang Mahabesar dan
Maha-kuasa, Yang memiliki kebijaksanaan, ilmu dan keagungan tak ber-hingga.
Untuk melihat kenyataan ini, dan untuk memahami sifat fiktif teori yang
direkayasa seperti teori evolusi, ilmu pengetahuan atau teknologi maju tidaklah
diperlukan. Allah telah menunjukkan bukti keberadaan-Nya, dan ciptaan-Nya untuk
setiap manusia yang memiliki pikiran jernih dan kesadaran untuk melihat,
terlepas dari di jaman apa dia hidup, di jaman kegelapan atau pun abad pertengahan:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
be-rupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya,
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisar-an angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah, 2 :
164) !
Tugas yang dibebankan kepada
orang-orang yang mengerti, yang dapat menyimak ayat di atas sepenuhnya, adalah
untuk selalu mengingat bukti “fakta penciptaan” yang jelas di seluruh alam
semesta dari sel sam-pai galaksi raksasa, dengan mengutip kata-kata dari Al
Quran berikut ini :
“Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan
langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang
dapat mem-berikan bukti atas yang demikian itu.” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 56) !
Keruntuhan Teori Evolusi
Setiap detail di alam semesta ini
menunjukkan adanya penciptaan yang mahaagung. Sebaliknya, materialisme, yang
berupaya meng-ingkari fakta penciptaan di alam raya, tak lebih dari kegagalan
yang tidak ilmiah.
Begitu materialisme digugurkan, semua
teori yang dilandaskan pada filsafat ini menjadi tak berdasar. Yang terpenting
darinya adalah Darwin-isme, yakni, teori evolusi. Teori ini, yang mengajukan
bahwa kehidupan berasal dari materi tak hidup melalui peristiwa kebetulan,
telah dirontokkan dengan pengetahuan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah.
Astrofisikawan Amerika, Hugh Ross menjelaskan hal ini sebagai berikut:
Ateisme, Darwinisme, dan sebetulnya
seluruh “isme” yang berasal dari filsafat abad ke-18 hingga 20 dibangun atas
asumsi, asumsi yang keliru, bahwa alam semesta ini tidak terbatas. Singularitas
telah membawa kita berhadap-hadapan dengan sebab atau penyebab di latar/di
belakang/ sebelum alam semesta dan semua isinya, termasuk kehidupan itu
sendiri.19
Allah-lah yang telah menciptakan alam
semesta dan merancangnya hingga ke detail terkecil. Karenanya, mustahil teori
evolusi, yang berpe-gangan bahwa makhluk hidup tidak diciptakan oleh Allah,
melainkan hasil dari peristiwa kebetulan, adalah benar.
Tidak mengagetkan, jika kita
mengamati teori evolusi, kita melihat bahwa teori ini dibantah oleh
temuan-temuan ilmiah. Perancangan kehidupan sangatlah kompleks dan menakjubkan.
Di alam tak hidup, misalnya, kita dapat menjelajahi betapa sensitifnya
keseimbangan atom-atom, dan lebih jauh lagi, di alam hidup, kita dapat
mengamati dalam rancangan kompleks mana atom-atom ini dihimpun, dan betapa luar
biasa mekanisme dan struktur seperti protein, enzim, dan sel, yang dibuat
dengannya.
Rancangan luar biasa dalam kehidupan
ini menggugurkan Dar-winisme di akhir abad ke-20.
Kami telah membahas pokok ini teramat
detail dalam sejumlah kajian, dan akan terus melakukannya. Bagaimanapun, kami
pikir, dengan mempertimbangkan kepentingannya, akan sangat membantu jika di
sini pun diberikan sebuah ringkasan pendek.
Keruntuhan Ilmiah dari Darwinisme
Walaupun merupakan sebuah doktrin
yang berawal hingga sejauh jaman Yunani kuno, teori evolusi dikembangkan secara
meluas pada abad ke-19. Perkembangan terpenting yang membuat teori ini menjadi
topik utama dari dunia sains adalah buku karya Charles Darwin yang berjudul
“The Origin of Species” yang diterbitkan pada tahun 1859. Dalam buku ini,
Darwin menolak bahwa spesies-spesies makhluk hidup yang berbeda di bumi diciptakan
secara terpisah oleh Allah. Menurut Darwin, semua makhluk hidup mem-punyai
nenek moyang yang sama dan mereka bervariasi melalui perubahan-perubahan kecil
dalam waktu yang panjang.
Teori Darwin tidak didasarkan pada
temuan ilmiah konkret apa pun; seperti juga ia terima, teori itu hanyalah
sebuah “asumsi”. Lebih-lebih lagi, sebagaimana diakui Darwin dalam bab yang
panjang pada bukunya tersebut yang bertajuk “Kesulitan-Kesulitan Teori”, teori
tersebut gagal dalam menghadapi banyak pertanyaan yang kritis.
Darwin menanamkan semua harapannya
pada penemuan-penemuan ilmiah baru, yang dia harap akan menyelesaikan
“kesulitan-kesulitan teori” tersebut. Namun, berlawanan dengan harapannya,
temu-an-temuan ilmiah justru mengembangkan dimensi dari kesulitan-kesulitan
itu.
Kekalahan Darwinisme terhadap sains
dapat ditinjau dari tiga topik dasar:
1) Teori
tersebut tidak dapat dengan cara apa pun menjelaskan bagai-mana kehidupan
berawal di bumi.
2) Tidak
ada sama sekali temuan ilmiah yang menunjukkan bahwa “mekanisme evolusi” yang
diajukan teori tersebut memiliki kekuatan untuk berevolusi.
3) Catatan
fosil membuktikan hal yang sepenuhnya berlawanan dari apa yang dikemukakan
teori evolusi.
Pada bagian ini, kita akan menguji
tiga poin dasar ini dalam kerang-ka-kerangka umum.
Langkah Pertama yang Tak Terpecahkan:
Asal-usul Kehidupan
Teori evolusi berhipotesa bahwa semua
spesies makhluk hidup ber-evolusi dari sebuah sel hidup tunggal yang muncul
dari bumi primitif 3,8 miliar tahun yang lalu. Bagaimana sebuah sel tunggal dapat
menurunkan jutaan spesies makhluk hidup yang kompleks, dan jika evolusi seperti
itu benar-benar terjadi, mengapa jejaknya tidak dapat diamati dalam catatan
fosil adalah sebagian dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab teori ini.
Bagaimana pun, pertama dan utama, dari langkah pertama proses evolusioner yang
diajukan, harus disidik: Bagaimana “sel pertama” ini berawal?
Karena teori evolusi menolak
penciptaan dan tidak menerima inter-vensi ilahiah apa pun, ia terus bertahan
bahwa “sel pertama” bermula secara kebetulan dalam hukum-hukum alam, tanpa
rancangan, rencana, atau pengaturan apa pun. Menurut teori ini, materi tak
hidup mestilah telah memproduksi sebuah sel hidup sebagai hasil dari peristiwa
kebe-tulan. Ini, bagaimana pun, adalah sebuah klaim yang tidak konsisten bahkan
dengan aturan-aturan biologi yang paling tak tergoyahkan.
“Kehidupan Datang dari Kehidupan”
Dalam bukunya, Darwin tidak pernah
merujuk kepada asal usul kehidupan. Pemahaman sains yang primitif pada zamannya
berpegang pada asumsi bahwa makhluk hidup mempunyai struktur yang sangat
sederhana. Sejak masa abad pertengahan, gene-ratio spontanea, teori yang
menyatakan bahwa materi tak hidup berkumpul untuk membentuk organisme hidup,
diterima secara luas. Diyakini secara umum bahwa serangga berasal dari
sisa-sisa makanan, dan tikus dari gandum. Percobaan yang menarik dilaku-kan
untuk menguji teori ini. Sejumlah gandum dile-takkan di secarik kain kotor, dan
dipercayai bahwa tikus akan muncul dari situ setelah beberapa waktu.
Begitu juga, ulat yang berkembang
pada daging dianggap sebagai bukti dari generatio spontanea. Namun, hanya
beberapa waktu kemu-dian, dipahami bahwa ulat tidak muncul pada daging secara
spontan, tetapi dibawa ke sana oleh lalat dalam bentuk larva, yang tak terlihat
oleh mata biasa.
Bahkan dalam periode ketika Darwin
menulis The Origin of Species, kepercayaan bahwa bakteri dapat muncul dari
materi tak hidup diterima secara luas di dalam dunia sains.
Namun, lima tahun setelah buku Darwin
diterbitkan, penemuan Louis Pasteur membuktikan kekeliruan teori ini, yang
merupakan landasan bagi evolusi. Pasteur meringkaskan kesimpulan yang
dicapainya setelah banyak penelaahan dan percobaan yang menyita waktu: “Klaim
bahwa materi tak hidup sebagai asal usul kehidupan terkubur selamanya dalam
sejarah.”20
Para pembela teori evolusi menolak
penemuan Pasteur dalam waktu yang cukup lama. Namun, begitu perkembangan sains
menguraikan struktur kompleks dari sel makhluk hidup, gagasan bahwa kehidupan
dapat muncul secara kebetulan menghadapi kebuntuan yang lebih besar.
Upaya-Upaya yang Tak Meyakinkan di
Abad ke-20
Evolusionis pertama yang mengangkat
subjek asal usul kehidupan pada abad ke-20 adalah ahli biologi terkenal dari
Rusia, Alexander Oparin. Dengan berbagai tesis yang diajukannya pada tahun 1930-an,
ia mencoba untuk membuktikan bahwa sel dari makhluk hidup dapat bermula dengan
peristiwa kebetulan. Kajian-kajian ini, bagaimana pun, ditakdirkan untuk gagal,
dan Oparin harus membuat pengakuan berikut ini: “Sayangnya, asal usul sel
tetaplah sebuah pertanyaan yang masih merupakan poin tergelap dari keseluruhan
teori evolusi.” 21
Evolusionis pengikut Oparin mencoba
untuk melakukan berbagai eksperimen untuk menyelesaikan masalah asal usul
kehidupan. Yang paling terkenal dari percobaan ini dila-kukan oleh ahli kimia
Amerika, Stanley Miller, pada tahun 1953. Dengan menggabungkan gas-gas yang
dianggapnya ada pada atmosfer bumi purba dalam sebuah upaya eks-perimen, dan
menambahkan energi kepada campuran ini, Miller menyin-tesis beberapa molekul
organik (asam amino) yang terdapat pada struktur protein.
Hampir beberapa tahun telah berlalu
sebelum terungkap bahwa percobaan ini, yang dikemukakan sebagai sebuah langkah
penting dalam evolusi, ternyata tidak absah, atmosfer yang digunakan dalam
eksperi-men tersebut sangat berbeda dengan kondisi bumi sebenarnya. 22
Setelah bungkam cukup lama, Miller
sendiri mengakui pula bahwa kondisi atmosfer dalam eksperimennya tidak
realistis.23
Semua upaya para Evolusionis yang
diajukan sepanjang abad ke-20 untuk menjelaskan asal usul kehidupan berakhir
dengan kegagalan. Ahli geokimia Jeffrey Bada dari Institut San Diego Scripps
menyetujui fakta ini dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam majalah Earth
pada tahun 1998:
Hari ini, saat kita meninggalkan abad
kedua puluh, kita masih menghadapi masalah terbesar yang tak terselesaikan yang
kita punyai saat kita memasuki abad kedua puluh: Bagaimana kehidupan bermula di
bumi? 24
Struktur Kehidupan yang Kompleks
Alasan utama mengapa teori evolusi
berakhir dengan kebuntuan be-gitu besar tentang asal usul kehidupan adalah
bahwa bahkan organisme hidup yang dianggap paling sederhana pun memiliki
struktur yang luar biasa kompleks. Sel dari makhluk hidup lebih kompleks dari
semua produk teknologi yang dihasilkan manusia. Saat ini, bahkan dalam
laboratorium paling maju di dunia, sebuah sel hidup tidak dapat dihasilkan
dengan menggabungkan materi-materi tak hidup.
Kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sebuah sel terlalu besar jumlahnya untuk diterangkan dengan
peristiwa kebetulan. Probabilitas protein, bahan penyusun sel, untuk
tersintesis secara kebetulan adalah 1 banding 10950 untuk sebuah protein
rata-rata yang terbuat dari 500 asam amino. Dalam matematika, suatu probabilitas
yang lebih kecil dari 1 banding 1050 secara praktis dianggap mustahil terjadi.
Molekul DNA, yang berada di inti
sebuah sel dan menyimpan infor-masi genetik, merupakan sebuah bank data yang
menakjubkan. Diper-hitungkan bahwa jika informasi yang disimpan dalam DNA
dituliskan, akan sebanding dengan sebuah perpustakaan dengan 900 jilid
ensiklo-pedia setebal 500 halaman masing-masingnya.
Sebuah dilema yang sangat menarik
muncul dari poin ini: DNA hanya dapat bereplikasi dengan bantuan sejumlah
protein tertentu (enzim). Namun, sintesis dari enzim-enzim ini hanya dapat
terjadi dengan informasi yang tersimpan dalam DNA. Karena saling tergantung,
keduanya harus ada pada saat bersamaan untuk replikasi. Ini membawa skenario
bahwa kehidupan bermula dengan sendirinya kepada jalan buntu. Prof. Leslie
Orgel, seorang evolusionis terkemuka dari Universitas San Diego, California,
mengakui fakta ini dalam majalah Scientific American edisi September 1994:
Sangat tidak mungkin bahwa protein
dan asam nukleat, yang keduanya berstruktur kompleks, muncul secara spontan di
tempat yang sama pada saat yang sama. Tetapi juga mustahil ada yang satu tanpa
yang lainnya. Maka, pada pandang pertama, seseorang mungkin harus menyimpulkan
bahwa faktanya, kehidupan tidak pernah dapat bermula dengan cara kimiawi.25
Tak diragukan, jika kehidupan
mustahil bermula dari penyebab na-tural, maka harus diterima pula bahwa
kehidupan “diciptakan” dengan cara supernatural. Fakta ini secara eksplisit
menggugurkan teori evolusi, yang tujuan utamanya adalah mengingkari penciptaan.
Mekanisme Evolusi Khayalan
Poin penting kedua yang menyangkal
teori Darwin adalah bahwa kedua konsep yang dikemukakan oleh teori ini sebagai
“mekanisme evolusioner” diketahui, pada kenyataannya, tidak memiliki kekuatan
evolusioner.
Darwin melandaskan anggapan evolusi
sepenuhnya pada meka-nisme “seleksi alam”. Kepentingan yang diletakkannya pada
mekanisme ini sangat nyata pada judul bukunya: The Origin of Species, By Means
of Natural Selection ....
Seleksi alam berpandangan bahwa makhluk
hidup yang lebih kuat dan lebih sesuai dengan kondisi alam habitatnya akan
bertahan dalam pertarungan untuk hidup. Misalnya, dalam sebuah kawanan rusa
yang terancam oleh serangan bintang buas, mereka yang mampu berlari lebih
kencang akan bertahan hidup. Maka, kawanan rusa akan terbentuk dari
individu-individu yang lebih cepat dan lebih kuat. Namun, tak diragu-kan,
mekanisme ini tidak akan membuat rusa berevolusi dan mengubah dirinya menjadi
spesies makhluk hidup lainnya, misalnya, kuda.
Karenanya, mekanisme seleksi alam
tidak memiliki kekuatan evo-lusioner. Darwin juga menyadari fakta ini dan
terpaksa menyatakan dalam bukunya “The Origin of Species”:
Seleksi alam tidak dapat melakukan
apa pun hingga variasi yang menguntungkan berkesempatan terjadi.26
Pengaruh Kuat Lamarc
Jadi, bagaimana “variasi yang
menguntungkan” ini terjadi? Darwin mencoba menjawab pertanyaan ini dari titik
tolak pemahaman sains yang primitif di zamannya. Menurut ahli biologi Prancis,
Lamarc, yang hidup sebelum Darwin, makhluk-makhluk hidup meneruskan sifat-sifat
yang mereka peroleh sepanjang masa hidupnya kepada generasi selanjutnya, dan
sifat-sifat ini, yang berakumulasi dari satu generasi ke yang lainnya,
menyebabkan terbentuknya spesies baru. Contohnya, menurut Lamarc, jerapah berevolusi
dari antilop; begitu mereka berjuang untuk memakan daun-daun di pohon-pohon
yang tinggi, leher mereka memanjang dari generasi ke generasi.
Darwin juga memberikan contoh-contoh
yang serupa, dan dalam bukunya “The Origin of Species” misalnya, disebutkan
bahwa sejumlah beruang yang pergi ke perairan untuk mencari makanan
lama-kelamaan berubah menjadi ikan paus. 27
Namun, hukum pewarisan sifat yang
ditemukan oleh Mendel dan diakui oleh ilmu genetika yang berkembang pada abad
ke-20, meroboh-kan sama sekali legenda bahwa sifat-sifat yang diperoleh
diteruskan ke generasi berikutnya. Dengan demikian, seleksi alam telah gagal
sebagai mekanisme evolusioner.
Neo-Darwinisme dan Mutasi
Agar mendapatkan penyelesaian, para
Darwinis mengembangkan “Teori Sintetis Modern”, atau yang umum dikenal,
Neo-Darwinisme, pada akhir 1930-an. Neo-Darwinisme menambahkan mutasi, yang
merupakan gangguan yang terbentuk dalam gen makhluk hidup karena faktor-faktor
eksternal seperti radiasi atau kesalahan replikasi, sebagai “penyebab dari
variasi yang menguntungkan” sebagai tambahan bagi mutasi alamiah.
Saat ini, model yang mempertahankan
evolusi di dunia adalah Neo-Darwinisme. Teori ini tetap mengajukan bahwa jutaan
makhluk hidup yang ada di atas bumi terbentuk sebagai hasil dari proses di mana
banyak organ kompleks dari organisme ini seperti telinga, mata, paru-paru, dan
sayap, telah mengalami “mutasi”, yakni, gangguan genetis. Akan tetapi, ada
sebuah fakta ilmiah yang seketika meruntuhkan teori ini sepenuh-nya: Mutasi
tidak menyebabkan makhluk hidup berkembang; sebalik-nya, selalu merugikan
mereka.
Alasannya sangat sederhana: DNA
memiliki struktur yang sangat kompleks dan pengaruh acak hanya dapat
mengakibatkan kerusakan kepadanya. Ahli genetika dari Amerika, B.G. Ranganathan
menjelaskan sebagai berikut:
Mutasi bersifat kecil, acak, dan
merugikan. Mereka jarang sekali terjadi dan kemungkinan terbaik adalah bahwa
mereka tidak berpengaruh. Keempat ciri dari mutasi ini berimplikasi bahwa
mutasi tidak dapat membawa kepada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan
acak dalam sebuah organisme yang sangat terspesialisasi akan tak berpengaruh,
atau merugikan. Perubahan acak pada sebuah jam tidak dapat memperbaikinya. Ia
paling mungkin akan merusak jam itu atau setidaknya tidak berpengaruh. Sebuah
gempa bumi tidak akan memperbaiki sebuah kota, hanya membawa kerusakan.28
Tidak mengejutkan bahwa sejauh ini
tidak ada contoh mutasi yang bermanfaat, yakni, yang teramati mengembangkan
kode genetis, dite-mukan. Semua mutasi terbukti merugikan. Telah dipahami bahwa
mutasi, yang ditampilkan sebagai sebuah “mekanisme evolusioner”, sebenarnya
merupakan peristiwa genetik yang merugikan makhluk hidup, dan menjadikan mereka
cacat (efek mutasi paling umum pada manusia adalah kanker). Tak diragukan,
sebuah mekanisme yang meru-sak tidak mungkin menjadi “mekanisme evolusioner”.
Seleksi alam, di sisi lain, “tidak dapat melakukan apa pun dengan sendirinya”,
sebagai-mana juga diakui oleh Darwin. Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa
tidak terdapat “mekanisme evolusioner” di alam. Karena tidak ada meka-nisme
evolusioner, tidak mungkin pula proses khayalan yang dinamakan evolusi pernah terjadi.
Catatan Fosil: Tidak Ada Tanda-Tanda
Bentuk Antara
Bukti paling jelas bahwa skenario
yang diajukan oleh teori evolusi tidak pernah terjadi adalah catatan fosil.
Menurut teori evolusi, setiap makhluk
hidup berasal dari pen-dahulu. Sebuah spesies yang telah ada sebelumnya
lama-kelamaan ber-ubah menjadi spesies lain dan semua spesies muncul dengan
cara seperti ini. Menurut teori tersebut, perubahan ini terjadi secara perlahan
dalam periode perubahan yang panjang.
Misalnya, mestilah pernah hidup di
masa silam sejumlah makhluk separo ikan/separo reptil yang telah memperoleh
beberapa sifat reptil sebagai tambahan atas sifat ikan yang telah mereka
miliki. Atau seharus-nya telah terdapat sejumlah reptil-burung, yang memperoleh
beberapa sifat burung sebagai tambahan atas sifat reptil yang telah mereka
miliki. Karena bentuk-bentuk ini berada dalam fase transisi, mereka tentunya
merupakan makhluk hidup yang cacat, lumpuh, dan tidak sempurna. Para
evolusionis menyebut makhluk-makhluk khayalan ini, yang mereka percayai pernah
hidup di masa lampau, sebagai “bentuk-bentuk transisi”.
Jika binatang-binatang seperti itu
benar-benar pernah ada, mereka seharusnya ada jutaan dan jutaan lagi jumlah dan
variasinya. Lebih pen-ting lagi, sisa-sisa makhluk aneh ini seharusnya ada di
dalam catatan fosil. Dalam The Origin of Species, Darwin menjelaskan:
Jika teori saya benar, tak terhitung
jumlahnya varietas antara, yang menghubungkan dengan sangat rapat semua spesies
dalam grup yang sama mestilah pernah ada…. Konsekuensinya, bukti keberadaan
mereka dahulu hanya dapat ditemukan di antara sisa-sisa fosil. 29
Harapan Darwin Hancur Berantakan
Namun, walaupun para evolusionis
telah bekerja keras mencari fosil-fosil sejak pertengahan abad ke-19 di seluruh
penjuru dunia, tidak pernah ditemukan bentuk transisi apa pun. Semua fosil yang
ditemukan dalam penggalian menunjukkan bahwa, berlawanan dengan harapan para
evo-lusionis, kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang
sempurna.
Seorang ahli paleontologi Inggris
ternama, Derek V. Ager, mengakui fakta ini meskipun ia seorang evolusionis:
Poin yang muncul adalah bahwa jika
kita mengamati catatan fosil secara terperinci, baik pada tingkat ordo maupun
spesies, kita temukan lagi dan lagi bukanlah evolusi bertahap, namun ledakan
tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan kelompok lain. 30
Artinya, dalam catatan fosil , semua
spesies makhluk hidup tiba-tiba muncul dalam bentuk sempurna, tanpa
bentuk-bentuk peralihan apa pun di antaranya. Ini sangat berlawanan dengan
asumsi-asumsi Darwin. Juga, ini merupakan bukti kuat bahwa makhluk hidup
diciptakan. Penjelasan satu-satunya dari spesies makhluk hidup yang muncul
secara tiba-tiba dan lengkap dalam setiap detail tanpa nenek moyang evolusioner
adalah bahwa spesies ini telah diciptakan. Fakta ini juga diakui oleh ahli
biologi evolusionis terkenal, Douglas Futuyma:
Penciptaan dan evolusi, di antara
mereka, muncul penjelasan yang mungkin bagi asal usul makhluk hidup. Organisme
muncul di bumi dengan sepenuhnya maju atau tidak. Jika tidak, mereka mestilah
berkembang dari spesies yang ada lebih awal dengan proses modifikasi. Jika
mereka benar-benar muncul dalam keadaan yang telah sepenuhnya maju, mereka
tentunya mestilah telah diciptakan oleh suatu kecerdasan yang mahakuasa.31
Fosil-fosil menunjukkan bahwa makhluk
hidup muncul dengan se-penuhnya maju dan dalam keadaan sempurna di muka bumi.
Ini berarti bahwa “asal usul spesies”, berlawanan dengan perkiraan Darwin,
bukanlah evolusi, tetapi penciptaan.
Kisah Evolusi Manusia
Subjek yang paling sering diangkat
oleh para pembela teori evolusi adalah tentang asal usul manusia. Klaim
Darwinis menyatakan bahwa manusia modern hari ini berevolusi dari sejenis
makhluk menyerupai ke-ra. Selama proses evolusioner yang dianggap ada ini, yang
diperkirakan bermula 4-5 juta tahun yang lalu, diklaim bahwa terdapat sejumlah
“ben-tuk transisi” antara manusia modern dan leluhurnya. Menurut skenario yang
sepenuhnya khayalan ini, didaftar empat “kategori” dasar:
1. Australopithecus
2. Homo
habilis
3. Homo
erectus
4. Homo
sapiens
Para evolusionis menamakan apa yang
disebut sebagai nenek mo-yang pertama manusia yang menyerupai kera ini
“Australopithecus” yang berarti “kera Afrika Selatan”. Makhluk hidup ini
sebenarnya tak le-bih dari spesies kera kuno yang telah punah. Penelitian yang
luas atas be-ragam spesimen Australopithecus oleh dua ahli anatomi yang
terkenal di dunia dari Inggris dan AS, yaitu, Lord Solly Zuckerman dan Prof.
Charles Oxnard, telah menunjukkan bahwa mereka tergolong spesies kera biasa
yang telah punah dan tidak memiliki kemiripan dengan manusia. 32
Para evolusionis menggolongkan tahap
berikutnya dari evolusi ma-nusia sebagai “homo”, yaitu “manusia”. Menurut klaim
evolusionis, makhluk hidup dalam seri Homo lebih maju daripada Australopithecus.
Para evolusionis merencanakan sebuah skema evolusi yang fantastis dengan
menyusun fosil-fosil yang berbeda dari makhluk-makhluk ini dalam urutan
tertentu. Skema ini hanya khayalan karena tidak pernah terbukti bahwa ada
hubungan evolusioner antara kelas-kelas yang ber-beda ini. Ernst Mayr, salah
satu pembela teori evolusi yang terkemuka pada abad ke-20, mengakui fakta ini
dengan mengatakan bahwa “rantai yang mencapai sejauh Homo sapiens benar-benar
hilang”.33
Dengan menyusun rantai hubungan sebagai
“Australopithecus > Homo habilis > Homo erectus > Homo sapiens”,
evolusionis menyatakan bahwa masing-masing spesies ini adalah nenek moyang
spesies lainnya. Akan tetapi, temuan ahli-ahli paleoantropologi baru-baru ini
mengung-kapkan bahwa Australopithecus, Homo habilis, dan Homo erectus hidup di
belahan bumi yang berbeda pada saat bersamaan.34
Bahkan, suatu segmen manusia tertentu
yang digolongkan sebagai Homo erectus ternyata hidup hingga zaman modern. Homo
sapiens nean-dertalensis dan Homo sapiens sapiens (manusia modern) pernah hidup
bersama di wilayah yang sama. 35
Situasi ini jelas menunjukkan
ketidakabsahan klaim bahwa mereka adalah nenek moyang bagi yang lain. Ahli
paleontologi dari Universitas Harvard, Stephen Jay Gould, menjelaskan jalan
buntu dari teori evolusi ini meskipun ia sendiri seorang evolusionis:
Apa jadinya dengan urutan yang kita
susun, jika ada tiga keturunan homi-nid hidup bersama (A. africanus, A.
robustus, dan H. habilis), dan tidak satu pun dari mereka menjadi keturunan
dari yang lain? Lagi pula, tidak satu pun dari ketiganya memperlihatkan
kecenderungan evolusi semasa mereka hidup di bumi.36
Lord Solly Zuckerman, salah satu
ilmuwan yang paling terkenal dan dihormati di Inggris, yang melakukan
penelitian atas subjek ini selama bertahun-tahun, dan khususnya mempelajari
fosil Australopithecus selama 15 tahun, akhirnya menyimpulkan, walau ia sendiri
seorang evo-lusionis, bahwa kenyataannya tidak ada pohon silsilah yang berasal
dari makhluk menyerupai kera kepada manusia.
Zuckerman juga menyusun sebuah
“spektrum sains” yang menarik. Ia membentuk spektrum sains dari yang
dianggapnya ilmiah hingga tidak ilmiah. Menurut spektrum Zuckerman, yang paling
“ilmiah” tergantung pada data konkret adalah bidang kimia dan fisika. Setelah
itu biologi, kemudian diikuti ilmu-ilmu sosial. Pada ujung berlawanan, yang
dianggap paling tidak “ilmiah”, terdapat “Extra Sensory Perception (ESP)”
konsep seperti telepati dan indra keenam dan terakhir adalah “evolusi manusia”.
Zuckerman menjelaskan alasannya:
Kita kemudian bergerak dari kebenaran
objektif langsung ke bidang-bidang yang dianggap sebagai ilmu biologi, seperti
extra sensory perception atau interpretasi sejarah fosil manusia. Dalam
bidang-bidang ini, segala sesuatu mungkin terjadi bagi yang percaya, dan orang
yang sangat percaya kadang-kadang mampu meyakini sekaligus beberapa hal yang
saling kontradiktif.37
Kisah evolusi manusia menguap hingga
tidak bersisa apa pun kecuali penafsiran penuh praduga dari sejumlah fosil yang
ditemukan oleh orang-orang tertentu, yang menganut teori mereka secara membuta.
Kepercayaan Materialis
Informasi yang telah disampaikan
sejauh ini menunjukkan kepada kita bahwa teori evolusi adalah klaim yang
jelas-jelas berbeda dengan temuan-temuan ilmiah. Klaim teori ini atas asal usul
kehidupan tidak ber-sesuaian dengan sains, mekanisme evolusioner yang diajukannya
tidak memiliki kekuatan evolusioner, dan fosil-fosil menunjukkan bahwa
ben-tuk-bentuk antara yang diwajibkan teori ini tidak pernah ada. Maka, tentu
kemudian teori evolusi mesti disingkirkan sebagai sebuah gagasan yang tidak
ilmiah. Seperti inilah banyak gagasan, misalnya model alam semes-ta dengan bumi
sebagai pusat, telah dikeluarkan dari agenda sains se-panjang sejarah.
Namun, teori evolusi tetap disimpan
sebagai agenda sains. Sejumlah orang malahan berupaya menamakan kritisisme yang
diarahkan kepada teori ini sebagai “serangan atas sains”. Mengapa?
Alasannya adalah bahwa teori evolusi
merupakan kepercayaan dogmatis yang tak boleh disingkirkan bagi sementara
kalangan. Kalangan ini secara membuta mengabdikan diri kepada filsafat
materialis dan mengadopsi Darwinisme karena inilah satu-satunya penjelasan
materialis yang dapat dikemukakan untuk bekerjanya alam.
Yang menarik, mereka pun mengakui
fakta ini dari waktu ke waktu. Ahli genetika evolusionis terkenal dari
Universitas Harvard, Richard C. Lewontin, mengakui bahwa dia ”pertama dan utama
adalah seorang materialis dan baru ilmuwan”:
Bukan metode dan institusi sains yang
mendorong kami menerima penjelasan material tentang dunia yang fenomenal ini.
Sebaliknya, kami dipaksa oleh keyakinan apriori kami terhadap prinsip-prinsip
material untuk menciptakan perangkat penyelidikan dan serangkai konsep yang
menghasilkan penjelasan material, betapapun bertentangan dengan intuisi, atau
membingungkan orang-orang yang tidak berpengetahuan. Lagi pula, materialisme
itu absolut, jadi kami tidak bisa membiarkan Kaki Tuhan memasuki pintu..38
Ini merupakan pernyataan yang
eksplisit bahwa Darwinisme meru-pakan sebuah dogma yang terus dihidupkan hanya
untuk ketaatan ter-hadap filsafat materialis. Dogma ini mempertahankan bahwa tiada
keber-adaan selain materi. Oleh karena itu, ia berargumen bahwa materi tak
hi-dup dan tak berkesadaran telah menciptakan kehidupan. Ia berkeras bah-wa
jutaan spesies makhluk hidup yang berbeda-beda; misalnya, burung, ikan,
jerapah, harimau, serangga, pepohonan, bunga, ikan paus, dan manusia berasal
mula sebagai hasil dari interaksi antara materi seperti hujan yang turun, petir
yang menyambar, dan seterusnya, dari materi tak hidup. Ini adalah sebuah ajaran
yang bertentangan baik dengan akal sehat maupun sains. Akan tetapi para
Darwinis terus mempertahankannya tepat sebagaimana “tidak membiarkan Kaki Tuhan
memasuki pintu”.
Siapa pun yang tidak memperhatikan
asal usul makhluk hidup de-ngan praduga materialis akan melihat kebenaran yang
terang ini: Semua makhluk hidup adalah karya dari Sang Pencipta, Yang
Mahakuasa, Mahabijaksana, dan Maha Mengetahui. Pencipta ini adalah Allah, yang
menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan, merancangnya dalam bentuk yang
paling sempurna, dan membentuk semua makhluk hidup.
“Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau,
tidak ada yang kami keta-hui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesung-guhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al
Baqarah, 2 : 32) !
"Mahasuci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. Al
Baqarah, 2: 32) !
Picture Text
Louis Pasteur menggugurkan klaim
bahwa “materi tak hidup dapat menciptakan kehidupan” yang merupakan titik tolak
dari teori evolusi, dengan eksperimen yang dilakukannya.
Upaya Alexander Oparin untuk
memberikan penjelasan evolusionis tentang asal usul kehidupan berakhir dengan
kegagalan besar.
Sebagaimana juga diterima oleh sumber-sumber
evolusionis, asal usul kehidupan masih merupakan batu sandungan besar bagi
teori evolusi.
Salah satu fakta yang menghapuskan
teori evolusi adalah struktur kehidupan yang luar biasa kompleks. Molekul DNA
merupakan semacam bank data yang dibentuk dari susunan empat molekul yang
berbeda dalam berbagai urutan yang berlainan. Bank data ini mengandung
kode-kode dari semua sifat fisik dari makhluk hidup. Jika DNA manusia
dituliskan, dikalkulasikan bahwa ini akan berupa sebuah ensiklopedia yang terdiri
dari 900 jilid. Tak dipertanyakan lagi, informasi yang begitu luar biasa jelas
menyangkal konsep kebetulan.
Sejak awal abad ini, para evolusionis
telah mencoba untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah, dan mengajukan ini
sebagai contoh dari mutasi yang menguntungkan. Namun, satu-satunya hasil yang
didapat pada akhir segala upaya yang berlangsung selama beberapa dasawarsa ini
adalah lalat-lalat yang rusak, sakit, dan cacat. Di samping adalah kepala dari
seekor lalat buah normal dan di kanan adalah kepala dari seekor lalat buah yang
mengalami mutasi.
Teori evolusi mengklaim bahwa spesies
makhluk hidup secara bertahap berevolusi dari satu ke yang lain. Catatan fosil,
bagaimana pun, secara eksplisit menolak klaim ini. Misalnya, pada Periode
Kambrium, sekitar 550 juta tahun yang lalu, lusinan spesies yang telah punah
total tiba-tiba muncul. Makhluk-makhluk yang dilukiskan pada gambar di atas ini
memiliki struktur yang sangat kompleks. Fakta ini, yang disebut sebagai
“Ledakan Kambrium” dalam literatur ilmiah, adalah bukti nyata penciptaan.
Catatan fosil muncul seperti barikade
besar di hadapan teori evolusi, karena ia menunjukkan bahwa spesies makhluk
hidup muncul secara tiba-tiba dan terbentuk sempurna, tanpa bentuk-bentuk transisi
evolusioner di antaranya. Fakta ini merupakan bukti bahwa spesies diciptakan
secara terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar